selanjutnya diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes larutan pereaksi Molish. Tambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat melalui dinding
tabung terbentuk cincin ungu pada batas kedua cairan, menunjukkan adanya gula, reaksi positif terhadap gula menunjukkan adanya glikosida Ditjen POM, 1989.
3.4.6 Pemeriksaan glikosida antrakinon
Sebanyak 0,2 g serbuk simplisia ditambah 5 ml asam sulfat 2 N, dipanaskan sebentar, setelah dingin ditambahkan 10 ml benzen, dikocok dan didiamkan. Lapisan
benzen dipisahkan dan disaring. Kocok lapisan benzen dengan 2 ml NaOH 2 N, didiamkan, lapisan NaOH bewarna merah dan lapisan benzen tidak bewarna
menunjukkan adanya antrakinon Ditjen POM, 1989.
3.4.7 Pemeriksaan steroida triterpenoida
Sebanyak 1 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam disaring, filtrat diuapkan dalam cawan penguap, dan pada sisanya ditambahkan 20
tetes asam asetat anhidrida dan 1 tetes asam sulfat pekat pereaksi Lieberman- Borchard. Apabila terbantuk warna ungu atau merah yang berubah menjadi biru
hijau menunjukkan adanya steroidatriterpenoida Harborne, 1987.
3.5 Pembuatan Ekstrak
Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut etanol 96 . Prosedur pembuatan ekstrak yaitu sejumlah 1,5 kg simplisia dibasahi
dengan penyari dan dibiarkan selama 3 jam. Kemudian dimasukkan kedalam perkolator, lalu dituang cairan penyari etanol 96 secukupnya sampai semua
simplisia terendam dan terdapat selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan aluminium foil dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian
Universitas Sumatera Utara
kran dibuka dan dibiarkan tetesan ekstrak mengalir. Perkolasi dihentikan setelah 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak meninggalkan sisa. Selanjutnya ekstrak diuapkan
dengan menggunakan alat penguap vakum putar pada temperatur tidak lebih dari
50ÂșC dan dikeringkan dengan menggunakan alat freeze dryer sampai diperoleh ekstrak kental Ditjen POM, 1979. Prosedur kerja pembuatan ekstrak secara
perkolasi dapat dilihat pada lampiran 7 halaman 65.
3.6 Penyiapan Hewan
Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah tikus putih jantan dengan berat badan 150 - 210 g. Sebelum percobaan dimulai terlebih dahulu tikus dipelihara
selama 2 minggu dalam kandang yang terbuat dari besi ukuran diameter 1cm diberi sekam pada bagian alas bawah, dan dibersihkan setiap satu kali sehari. Ditjen POM,
1979.
3.7 Pembuatan Larutan dan Suspensi 3.7.1 Pembuatan suspensi CMC 0,5
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi 10 ml air suling panas. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan, setelah
dikembangkan digerus lalu diencerkan dengan sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.
3.7.2 Pembuatan suspensi glibenklamid 0,02 bv
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan,
dan digerus hingga terbentuk gel. Sebanyak 20 mg glibenkamid digerus dan ditambahkan larutan CMC sedikit demi sedikit sambil digerus dan diencerkan dengan
Universitas Sumatera Utara
sedikit air. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml, volumenya dicukupkan dengan air suling hingga 100 ml.
3.7.3 Pembuatan suspensi ekstrak bunga rosela 2 bv
Sebanyak 500 mg CMC ditaburkan dalam lumpang yang berisi air suling panas sebanyak 10 ml. Didiamkan 15 menit hingga diperoleh massa yang transparan,
dan digerus hingga terbentuk gel. Kemudian ekstrak etanol bunga rosela 2 g digerus, dan ditambahkan gel CMC 0,5 sedikit demi sedikit dan terus digerus
hingga terbentuk suspensi. Kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml. Volumenya dicukupkan dengan akuades hingga 100 ml. Hasil Orientasi dapat dilihat
pada lampiran 11 halaman 70.
3.7.4 Pembuatan larutan glukosa 50
Sebanyak 50 g glukosa dimasukan ke dalam labu takar yang telah dikalibrasi 100 ml lalu diaduk hingga larut.
3.8 Prosedur uji efek penurunan kadar gula garah dari ekstrak etanol bunga rosela dengan toleransi glukosa pada tikus putih jantan
Hewan yang digunakan dalam pengujian adalah tikus yang dibagi atas 4 kelompok yaitu kontrol, bahan uji yang terdiri dari 2 dosis dan bahan pembanding,
masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Prosedur kerjanya yaitu: tikus dipuasakan tidak makan tapi tetap minum
selama 18 jam, kemudian berat badan ditimbang dan diukur kadar gula darah puasa selanjutnya berikan larutan glukosa 50 dosis 5 gkg bb secara oral. Lalu diukur
kadar gula darah tikus pada menit ke-30. Kemudian masing-masing diberi perlakuan:
Universitas Sumatera Utara
a. Kelompok A sebagai kontrol yaitu hanya diberikan Suspensi CMC
0,5 dengan dosis 1 bb peroral. b. Kelompok B diberikan suspensi ekstrak bunga rosela dengan dosis 50 mgkg
bb peroral.
c. Kelompok C diberikan suspensi ekstrak bunga rosela dengan dosis 100
mgkg bb peroral. d.
Kelompok D diberikan suspensi Glibenklamid dalam CMC 0,5 dengan dosis 1 bb peroral.
Lalu diukur kadar gula darah tikus pada menit ke-60, 90, 120, 150, 180 dengan menggunakan alat glukometer Glucotrend
..
Prosedur kerja penurunan kadar gula darah terhadap tikus dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 67.
3.9 Prosedur Penggunaan Glukometer Prosedur penggunaan Glukometer sebagai berikut:
Alat yang digunakan untuk mengukur kadar glukosa darah adalah Glukometer glucotrend. Glucotrend Check Strip dimasukkan ke Glucotrend Meter. Glucotrend
Meter akan hidup secara otomatis, dicocokkan kode nomor yang muncul pada layar Glucotrend Meter dengan yang ada pada vial Glucotrend Test Strip, strip dimasukkan
ke Glucotrend Meter maka pada bagian layar akan tertera angka sesuai dengan kode check strip. Kemudian pada layar monitor glukotes muncul tanda akan siap di
teteskan darah, pada saat menyentuhkan setetes darah ke strip, reaksi dari wadah strip akan otomatis menyerap darah ke dalam strip melalui aksi kapiler. Ketika wadah
terisi penuh oleh darah, alat akan mulai mengukur kadar glukosa darah. Hasil
Universitas Sumatera Utara
pengukuran diperoleh selama 8 detik. Gambar Alat Glukometer Glucotrend dapat
dilihat pada lampiran 8 halaman 66.
3.10 Analisis data