Diabetes Tipe I Diabetes mellitus tergantung insulin, IDDM Obat antidiabetes oral Sulfonilurea Binguanida

2.3 Diabetes Mellitus DM 2.3.1 Definisi Diabetes mellitus penyakit gula atau kencing manis adalah suatu gangguan kronis yang khususnya menyangkut metabolisme glukosa di dalam tubuh. Tjay dan Rahardja, 2007. Diabetes merupakan sekelompok sindrom yang ditandai dengan hiperglikemia, perubahan metabolisme lipid, karbohidrat dan protein dan peningkatan resiko komplikasi penyakit pembuluh darah Gilman dan Goodman, 2007.

2.3.2 Klasifikasi diabetes mellitus

Secara umum diabetes mellitus dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu:

a. Diabetes Tipe I Diabetes mellitus tergantung insulin, IDDM

Penyakit ini ditandai dengan defisiensi insulin absolut yang disebabkan oleh lesi sel beta langerhans, hilangnya fungsi sel beta mungkin disebabkan oleh invasi virus. Akibat dari kerusakan sel-sel beta, pankreas gagal berespons terhadap masukan glukosa Mycek,et al., 2001. Diabetes tipe I ini merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan terjadinya ketoacidosis apabila tidak diobati, lazim terjadi pada anak remaja tetapi kadang- kadang juga terjadi pada orang dewasa. Gangguan katabolisme yang disebabkan hampir tidak terdapatnya insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel beta pankreas gagal merespon semua stimulus insulinogenik Katzung, 2002.

b. Diabetes Tipe II Diabetes mellitus tak tergantung insulin, NIDDM

Diabetes tipe II merupakan suatu kelompok heterogen yang terdiri dari bentuk diabetes yang lebih ringan yang terutama terjadi pada orang dewasa tetapi Universitas Sumatera Utara kadang-kadang juga terjadi pada remaja. Sirkulasi insulin endogen cukup untuk mencegah terjadinya ketoasidosis tetapi insulin tersebut sering dalam kadar kurang dari normal atau secara relatif tidak mencukupi karena kurang pekanya jaringan. Obesitas, yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin, merupakan faktor resiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, sebagian besar pasien dengan diabetes tipe II ini bertubuh gemuk Katzung, 2002. Pada NIDDM pankreas masih mempunyai beberapa fungsi sel beta yang menyebabkan kadar insulin bervariasi yang tidak cukup untuk memelihara homeostasis glukosa. Diabetes tipe II sering dihubungkan dengan resistensi organ target yang membatasi respon insulin endogen dan eksogen. Pada beberapa kasus disebabkan oleh penurunan jumlah atau mutasi reseptor insulin Mycek, et al.,

2001. c. Diabetes Gestational

Diabetes gestational adalah diabetes terjadi pada saat kehamilan, ada kemungkinan akan normal kembali namun toleransi glukosa yang terganggu juga bisa terjadi setelah kehamilan tersebut. DM tipe II atau DM tipe I mungkin terjadi pada wanita yang tidak menjalani penanganan pada saat diabetes gestational ini terjadi. Perlu dilakukan pemeriksaan sebelum kehamilan. Data statistik menunjukkan bahwa pengontrolan gula darah saat kehamilan bagi penderita diabetes gestational akan menghindarkan ibu dan bayi yang dilahirkan dari cacat atau kematian. Trisemester kedua merupakan saat terjadinya peningkatan stres kehamilan sehingga kadar glukosa darah meningkat Guthrie and Guthrie, 2003. Universitas Sumatera Utara

2.3.3 Tanda dan gejala diabetes mellitus

Penyakit diabetes mellitus ditandai oleh polidipsia banyak minum dan polifagia banyak makan, poliurea banyak berkemih, walaupun banyak makan tetapi berat tubuh menurun karena tidak terbentuknya lemak, hiperglikemia, glikosuria, ketosis dan asidosis Ganong, 1998. Komplikasi yang mungkin timbul diantaranya adalah adanya gangguan pembuluh darah besar makroagiopati dan gangguan pembuluh darah kecil mikroagiopati. Mikroagiopati menyebabkan kerusakan pada ginjal, mata, syaraf. Adapun makroagiopati mengakibatkan kerusakan pada jantung, otak, dan kaki Dalimartha, 1999

2.3.4 Penyebab Diabetes Mellitus

Penyebab diabetes mellitus adalah kurangnya produksi dan ketersediaan insulin dan terjadinya kerusakan gangguan sel - sel β pulau lagerhans dalam kelenjar pankreas yang menghasilkan insulin Utami, 2003. Ada beberapa faktor yang menyebabkan diabetes mellitus, yaitu : a. Faktor turunan Para ahli menyatakan bahwa faktor turunan adalah salah satu penyebab utama diabetes mellitus. Pada perbandingan keluarga diabetes mellitus dengan keluarga sehat, ternyata angka kejangkitan keluarga diabetes mencapai 8,33 dan 5,33 bila diandingkan dengan keluaraga sehat yang memperlihatkan angka hanya 1,96 dan 0,61 Ranakusuma, 1992. b. Virus dan bakteri Virus yang menyebabkan diabetes mellitus adalah rubella, mumps dan human coxsackie virus B4. Suatau kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan Universitas Sumatera Utara dengan replikasi atau fungsi sel β pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel β setelah infeksi virus. Kemungkinan gen - gen khusus yang diduga meningkatkan kerentanan terhadap virus diabetogenik atau dikaitkan dengan gen - gen yang merangsang sistem imun tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon autoimun terhadap sel - sel pulau legerhans sendiri Katzung, 2002. c. Nutrisi Nutrisi yang berlebihan merupakan faktor resiko pertama yang diketahui menyebabakan diabetes mellitus. Semakain lama dan semakin berat obesitas akibat nutrisi berlebihan semakin besar kemungkinan terjangkitnya penyakit diabetes mellitus. Bila masukan makanan lebih banyak dari kebutuhan kalori sehari, maka makanan ini akan ditimbun dalam bentuk glikogen dan lemak. Apabila sel β kurang sempurna pada saat tak mampu lagi memproduksi insulin sesuai dengan jumlah makanan masuk, maka akan menyebabkan sel β dekompensasi yang akhirnya menimbulkan diabetes mellitus Ranakusuma, 1992. d. Bahan toksik atau beracun Beberapa bahan toksik yang dapat merusak sel β secara langsung yaitu aloksan, pirinuron rodentisida dan streptozosin Utami, 2003. 2.4 Hormon yang berperan untuk mengatur kadar dalam darah 2.4.1 Insulin Insulin merupakan protein kecil yang terdiri atas dua rantai asam amino, satu sama lain dihubungkan oleh ikatan peptida. Salah satu efek terpenting dari insulin Universitas Sumatera Utara adalah untuk menyebabkan absorpsi bagian terbesar glukosa setelah makan untuk disimpan hampir segera di dalam hati dalam bentuk glikogen. Segera setelah makan banyak karbohidrat, glukosa yang diabsorpsi ke dalam darah menyebabkan sekresi insulin yang cepat. Sebaliknya insulin menyebabkan ambilan, penyimpanan dan penggunaan glukosa yang cepat oleh hampir semua jaringan tubuh, tetapi terutama oleh hepar, otot dan jaringan lemak Guyton, 1990. Insulin juga memiliki efek penting pada metabolisme lemak dan protein Sherwood, 2001. Sekali insulin memasuki sirkulasi, maka insulin diikat oleh reseptor khusus yang terdapat pada membran sebagian besar jaringan sehingga memudahkan glukosa menembus membran sel Katzung, 2002. Glukosa dapat masuk ke dalam sel hanya melalui pembawa di membran plasma yang dikenal sebagai glucose transporter pengangkut glukosa. Sel-sel tergantung insulin memiliki simpanan pengangkut glukosa intrasel, pengangkut-pengangkut tersebut diinsersikan ke dalam membran plasma sebagai respon terhadap peningkatan sekresi insulin sehingga terjadi peningkatan pengangkutan glukosa ke dalam sel Sherwood, 2001.

2.4.2 Glukagon

Glukagon adalah suatu hormon yang disekresi oleh sel-sel alfa pulau langerhans, mempunyai beberapa fungsi yang berlawanan dengan insulin. Fungsi yang terpenting adalah meningkatkan konsentrasi glukosa darah. Penurunan kadar glukosa darah akan meningkatkan sekresi glukagon, bila kadar glukosa dalam darah turun sampai 70 mg100 ml darah maka pankreas akan mensekresikan glukagon dalam jumlah yang banyak yang cepat memobilisasi glukosa dari hati Guyton, 1990. Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hati dan juga meningkatkan Universitas Sumatera Utara glukoneogenesis Handoko, 1995. Hasil langsung farmakologis infus glukagon adalah meningkatkan glukosa darah dengan menggunakan simpanan glikogen hati Katzung, 2002.

2.5 Resistensi insulin

Resistensi insulin adalah peristiwa pada mana sel-sel menjadi kurang peka bagi insulin dengan efek berkurangnya penyerapan glukosa dari darah. Akibatnya kadar glukosa darah naik dan lambat laun terjadilah diabetes tipe 2. Penyebab lain adalah berkurangnya reseptor insulin atau tidak bekerja dengan semestinya Tjay dan Rahardja, 2007. 2.6 Pengaturan kadar glukosa dalam darah Pengaturan kadar glukosa dalam darah dipengaruhi oleh hati dan pankreas. Hati dan pankreas ini memegang peranan penting untuk menjaga keseimbangan glukosa sehingga kadarnya bisa normal dalam darah. 2.6.1 Hati Hati memegang peranan penting untuk keseimbangan kadar glukosa dalam darah. Setelah karbohidrat dari makanan dirombak dalam usus menjadi glukosa maka absorbsi glukosa ke dalam darah terjadi, kemudian glukosa ini dialirkan ke hati. Sebagian dari glukosa tersebut disimpan sebagai glikogen Handoko, 1995. Pada keadaan normal bila kadar glukosa darah tinggi maka insulin akan disekresikan oleh sel-sel beta untuk membantu penyerapan glukosa kedalam sel-sel tubuh dan glukosa ini dengan bantuan insulin akan disimpan sebagai sumber energi cadangan berupa glikogen dalam hati. Sebaliknya jika kadar glukosa darah rendah maka sel-sel alfa akan mensekresikan glukagon. Glukagon ini akan menstimulasi Universitas Sumatera Utara pengubahan glikogen menjadi glukosa sehingga kadar gula darah dinormalkan kembali Guyton, 1990. Disamping itu juga hati berupaya untuk menormalkan kadar gula darah yaitu dengan mensintesa glukosa dari molekul-molekul beratom-3C yang berasal dari perombakan lemak dan protein proses glukoneogenesis Tjay dan Rahardja, 2007.

2.6.2 Pankreas

Pankreas adalah suatu organ yang bentuknya lonjong kira-kira 15 cm yang terletak di belakang lambung dan sebagian di belakang hati. Organ ini terdiri dari 98 sel-sel dengan sekresi ekstren yang memproduksi enzim-enzim pencernaan pankreatin yang disalurkan ke duodenum. Sisanya terdiri dari kelompok sel Pulau Langehans dengan sekresi intern yakni hormon-hormon insulin dan glukagon yang langsung disalurkan ke aliran darah Tjay dan Rahardja, 2007. Sel-sel yang berlokasi di pulau Langerhans pada pankreas adalah sel beta yang mensekresi insulin, sel alfa yang mensekresi glukagon, sel delta yang mensekresi somatostatin dan sel PP yang mensekresi polipeptida pankreas Sodeman dan Sodeman, 1995.

2.7 Obat antidiabetes oral

Berdasarkan cara kerjanya obat antidiabetes oral dapat dibagi dalam dua kelompok besar yaitu:

a. Sulfonilurea

Generasi pertama dari golongan sulfonilurea mencakup tolbutamid, asetoheksamid, tolazamida, dan klorpropamida. Generasi kedua mencakup gliburida glibenklamid, glipizida, gliklazida, dan glimepirida. Generasi kedua jauh lebih kuat Universitas Sumatera Utara efek hipoglikemianya dibandingkan generasi pertama. Sulfonilurea menyebabkan hipoglikemia dengan cara menstimulasi pelepasan insulin dari sel β pankreas. Pemberian akut sulfonilurea ke pasien DM tipe 2 meningkatkan pelepasan insulin dari pankreas. Sulfonilurea juga selanjutnya dapat meningkatkan kadar insulin dengan cara mengurangi bersihannya dihati Gilman dan Goodman, 2007. Sulfonilurea menyebabkan kepekaan sel-sel beta bagi kadar glukosa darah diperbesar melalui pengaruhnya atas protein transpor glukosa. Obat ini hanya efektif pada penderita DM tipe 2 yang tidak begitu berat yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Ada indikasi bahwa obat-obat ini juga mamperbaiki kepekaan organ tujuan terhadap insulin Tjay dan Rahardja, 2007.

b. Binguanida

Metformin merupakan merupakan golongan obat dari binguanida. Binguanida berbeda dengan sulfonilurea, obat ini tidak menstimulasi penglepasan insulin dan tidak menurunkan kadar gula darah pada orang sehat. Zat ini menekan nafsu makan hingga berat tidak meningkat, maka layak diberikan pada penderita yang kegemukan Tjay dan Rahardja, 2007. Metformin memiliki kemampuan untuk mengurangi hiperlipidemia, pasien sering kehilangan berat badan. Metformin bekerja terutama dengan jalan mengurangi pengeluaran glukosa hati, sebagian besar dengan menghambat glukogenesis Mycek, et al., 2001 Universitas Sumatera Utara BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian dilakukan secara eksperimental di laboratorium dengan desain rancangan acak lengkap RAL dan tahap penelitian meliputi identifikasi tumbuhan, pengumpulan sampel, pemeriksaan karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak, penyiapan hewan percobaan dan uji efek ekstrak bunga rosela terhadap penurunan kadar gula darah pada tikus putih jantan. Data hasil penelitian dianalisis secara ANAVA analisis variansi dan dilanjutkan dengan uji rata Duncan menggunakan program SPSS Statistical Product and Service Solution.

3.1 Alat dan Bahan

Dokumen yang terkait

Uji Efek Ekstrak Etanol Majakani (Quercus infectoria G. Olivier) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Yang Diinduksi Aloksan

0 52 100

Efek Antidiabetes dari Ekstrak Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa L) terhadap Mencit yang Diinduksi Streptozotocin

7 63 129

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Jengkol (Pithecellobium lobatum Benth) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aloksan

5 51 113

Uji Aktivitas Antibakteri Ekstrak Metanol Bunga Rosella (Hibiscus sabdariffa L) Terhadap Bakteri Escherichia coli dan Stapylococcus aureus

7 97 50

Uji Efek Ekstrak Etanol Biji Mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih

0 39 69

Pengaruh pemberian ekstrak kelopak bunga rosela (hibiscus sabdariffa l) terhadap penurunan kadar gula darah tikus putih (rattus norvegicus) yang diinduksi aloksan

1 6 80

Efek Ekstrak Etanol Kelopak Bunga Rosela (Hibiscus sabdariffa Linn) terhadap Kadar Kolesterol LDL Tikus Wistar Jantan yang Diberi Pakan Tinggi Lemak.

0 0 19

EKSTRAKSI CALYX ROSELA (Hibiscus sabdariffa L.) DAN UJI EFEKNYA TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS PUTIH JANTAN.

0 3 6

UJI EFEK EKSTRAK ETANOL BIJI MAHONI TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH TIKUS PUTIH

1 0 69

Pengaruh ekstrak kelopak bunga rosela (Hibiscus sabdariffa varietas sabdariffa race rubber) terhadap penurunan kadar asam urat darah tikus putih jantan galur wistar hiperurisemia - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 14