pengukuran diperoleh selama 8 detik. Gambar Alat Glukometer Glucotrend dapat
dilihat pada lampiran 8 halaman 66.
3.10 Analisis data
Data hasil penelitian dianalisis secara analisis variansi ANAVA dengan tingkat kepercayaan 95, dilanjutkan dengan uji rata- rata Duncan untuk melihat
perbedaan nyata antar kelompok perlakuan. Analisis statistik ini menggunakan program SPSS.. Hasil pengukuran dapat dilihat pada lampiran 12-16 halaman 71-78.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil identifikasi bahan uji di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Pusat Penelitian Biologi Bogor, menunjukkan identitas tumbuhan adalah Hibiscus
sabdariffa L. suku Malvaceae. Hasil pemeriksaan makroskopik bunga rosela segar menunjukkan bahwa
bunga rosela terdiri dari lima helai daun kelopak dengan ujung kelopak runcing menguncup, berwarna merah, terdapat bulu-bulu rambut halus menempel pada bagian
atas permukaan kelopak, mempunyai rasa yang sangat asam, memiliki bau yang khas. Hasil pemeriksaan mikroskopik menunjukkan adanya rambut bercabang berbentuk
bintang, rambut penutup monoseluler, sel parenkim, papila, kristal kalsium oksalat bentuk prisma. Hasil skrining fitokimia simplisia dan ekstrak bunga rosela
menunjukkkan adanya senyawa flavonoid, glikosida, tanin, dan triterpenoidsteroid. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia bunga rosela diperoleh kadar air serbuk
simplisia 6,62, kadar air pada ekstrak 8,50 , kadar sari larut air 19,48, kadar sari larut etanol 17,53, kadar abu total serbuk simplisia 7,51 , kadar abu total pada
ekstrak 3,32, kadar abu tidak larut asam 0,34 dan kadar abu tidak larut asam pada ekstrak 0,12 .
Penggujian efek ekstrak etanol bunga rosela menggunakan tikus putih jantan sebagai hewan percobaan yang dibuat hiperglikemia dengan harapan tercapai
Universitas Sumatera Utara
kenaikan kadar gula darah dengan penginduksi toleransi glukosa yang diberikan secara oral.
4.1 Hasil pengukuran kadar gula darah tikus setelah puasa 18 jam
Hasil rata- rata kadar gula darah tikus setelah puasa selama 18 jam dapat dilihat pada tabel 4.1 dibawah ini.
Tabel 4.1 Hasil rata- rata kadar gula darah tikus setelah puasa 18 jam n= 6
Kelompok Perlakuan
Rata-rata KGD mgdl
A Pemberian suspensi CMC 0,5 dosis 1 bb
103 ± 9,16 B
Pemberian suspensi ekstrak etanol bunga rosela dosis 50 mgkg bb
100,17 ± 3,65 C
Pemberian suspensi ekstrak etanol bunga rosela dosis 100mgkgbb
102,33 ± 8,64 D
Pemberian suspensi glibenklamid dosis 1 mgkg bb 103,83 ± 4,07
Keterangan A: Suspensi CMC 0,5 dosis 1 bb B: Suspensi ekstrak bunga rosela dosis 50 mgkg bb
C: Suspensi ekstrak bunga rosela dosis 100 mgkg bb D: Suspensi Glibenklammid dosis 1 mgkg bb
103
100,17 102,33
103,83
98 99
100 101
102 103
104 105
A B
C D
Kadar Gula Darah Puasa
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 Grafik Kadar Gula Darah Tikus Setelah Puasa 18 Jam Tabel 4.2. Hasil Perhitungan ANAVA terhadap KGD setelah puasa
Menit ke-0 Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 44.333
3 14.778
.313 .815
Within Groups 943.000
20 47.150
Total 987.333
23 Berdasarkan analisis statistik diperoleh signifikansi 0,815 0,05, berarti tidak
ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi fisiologis tikus yang digunakan tidak berbeda nyata.
Hewan yang telah diukur kadar gula darah puasanya, kemudian diberi larutan glukosa dosis 5 gkg bb. 30 menit setelah pemberian larutan glukosa tersebut terjadi
peningkatan kadar gula darah tikus pada masing-masing kelompok. Data perlakuan kadar gula darah dapat dilihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pengaruh pemberian larutan gukosa dosis 50 terhadap kadar gula darah tikus menit ke-30 setelah pemberian larutan glukosa dosis
5 gkg bb diberikan
Kelompok Perlakuan
Rata-rata KGD mgdl
A Pemberian suspensi CMC dosis 1 mgkg bb
204,60 ± 12,68 B
Pemberian suspensi ekstrak etanol bunga rosela dosis 50 mgkg bb
200,17 ± 13,84 C
Pemberian suspensi ekstrak etanol bunga rosela dosis 100mgkgbb
205,66 ± 13,77 D
Pemberian suspensi glibenklamid dosis 1 mgkg bb 197,67 ± 8,91
Universitas Sumatera Utara
Keterangan A: Suspensi CMC 0,5 dosis 1 bb B: Suspensi ekstrak bunga rosela dosis 50 mgkg bb
C: Suspensi ekstrak bunga rosela dosis 100 mgkg bb D: Suspensi Glibenklammid dosis 1 mgkg bb
Gambar 4.2 Grafik kenaikan rata-rata KGD tikus setelah 30 menit pemberian larutan glukosa 50 dosis 5 gkg bb.
Tabel 4.4. Hasil perhitungan ANAVA terhadap KGD setelah pemberian larutan glukosa 50 dosis 5 g kg bb
Menit ke- 30 Sum of Squares
df Mean Square
F Sig.
Between Groups 1744.333
3 581.444
1.164 .348
Within Groups 9987.000
20 499.350
Total 11731.333
23
Terlihat bahwa pemberian larutan glukosa dosis 5 gkg bb untuk semua hewan menghasilkan kadar gula darah yang telah diuji secara analisis statistik diperoleh
signifikansi 0,348 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan yang signifikan antar perlakuan.
204,6 200,17
205,66
197,67 192
194 196
198 200
202 204
206 208
A B
C D
Kenaikan Kadar Gula Darah ke-30 Menit Setelah Pemberian Larutan Glukosa
Universitas Sumatera Utara
4.2 Penurunan kadar gula darah tikus pada menit ke-60