Penelitian tentang efek makanan terhadap akne vulgaris sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1946 oleh Steiner yang melakukan observasi pada penduduk
Okinawa yang daerahnya terisolasi dari dunia luar dan tidak didapati adanya akne vulgaris. Pada tahun 1967, Findlay melakukan pengamatan terhadap prevalensi akne
vulgaris pada penduduk Afrika Selatan yang tidak mengkonsumsi dan yang mengkonsumsi makanan cepat saji dan didapati hasil 16 untuk penduduk yang tidak
mengkonsumsi dan 45 untuk yang mengkonsumsi. Sulzberger, 1969, melakukan uji trial pertama terhadap efek coklat terhadap eksaserbasi akne vulgaris, dan tidak dijumpai
adanya perbedaan yang bermakna antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, tetapi belakangan penelitian ini ditolak karena kandungan coklat bar dan plasebo yang
digunakan sama. 1971, Schaefer selama 30 tahun melihat adanya peningkatan prevalnsi akne pada Suku Inuit di Eskimo setelah mereka mengadopsi gaya hidup barat. 1981,
Bechelli melakukan survei pada anak 6-16 tahum dengan responden sebanyak 9955, dan hanya didapati prevalensi akne vulgaris sekitar 2,7. Freye, 1998, melihat adanya
perbedaan prevalensi penduduk tradisional Suku Pruvian dengan penduduk perkotaannya dan didapati perbedaan prevalensi sebesar 28 dan 43. 2002, Cordein melakukan
pengamatan pada penduduk Kitavan, dan didapati prevalensi akne sangat rendah. Penelitian terakhir pada tahun 2007, oleh Smith dengan suatu uji trial terhadap pola
makan dengan Glicemic load rendah ternyata dijumpai adanya penurunan lesi akne yang significan Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002.
Di Indonesia sendiri, belum pernah dilakukan penelitian mengenai hubungan pola diet, khususnya makanan cepat saji, terhadap timbulnya akne vulgaris. Oleh karena itu,
berdasarkan data-data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan makanan cepat saji terhadap timbulnya akne vulgaris.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana hubungan konsumsi makanan cepat saji terhadap timbulnya
akne vulgaris pada mahasiswa FK USU.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Universitas Sumatera Utara
Untuk mengetahui hubungan konsumi makanan cepat saji terhadap kejadian akne vulgaris.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU Stambuk
2007. 2.
Untuk mengetahui tingkat konsumsi makanan cepat saji pada mahasiswa FK USU Stambuk 2007.
3. Untuk mengetahui kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU Stambuk
2007 yang mengkonsumsi makanan cepat saji.
1.4. Manfaat Penelitian
a. Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi para dokter umum maupun para
dokter spesialis kulit dalam terapi non farmakologi akne vulgaris. b.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh makanan terhadap timbuknya jerawat.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Akne Vulgaris 2.1.1. Definisi
Akne vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosabasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne
vulgaris sering polimorfi; terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik
jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik Wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009; Harrison, 2008; Odom R B, James W D, Berger T G, 2000.
2.1.2. Epidemiologi
Karena hampir setiap orang pernah menderita penyakit ini, maka sering dianggap sebagai kelainan kulit yang timbul secara fisiologis. Kligman mengatakan bahwa tidak
ada seorang pun artinya 100, yang sama sekali tidak pernah menderita penyakit ini. Penyakit ini memang jarang terdapat pada waktu lahir, namun ada kasus yang terjadi
pada masa bayi. Betapa pun baru pada masa remajalah akne vulgaris mendapat salah satu problem. Umumnya insiden terjadi sekitar umur 15-19 tahun pada pria dan pada
masa itu lesi yang predominan adalah komedo dan papul dan jarang terlihat lesi meradang. Pada populasi barat, diperkirakan 79-95 dari populasi dewasa mengalami
akne, 40 – 54 terjadi pada individu diatas umur 25 tahun, 12 dan 3 pada wanita dan pria umur pertengahan Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B,
Brand-Miller B, 2002; Dreno, 2002. Pada seorang gadis, akne vulgaris dapat terjadi pada masa premenarke. Setelah
masa remaja kelainan ini berangsur berkurang. Namun kadang-kadang terutama pada wanita, akne vulgaris menetap sampai dekade umur 30-an atau bahkan lebih. Walaupun
pada pria umumnya akne vulgaris lebih cepat berkurang, namun pada penelitian diketahui bahwa justru gejala akne vulgaris yang berat biasanya terjadi pada pria.
Diketahui pula bahwa Ras Oriental Jepang, Cina, Korea lebih jarang menderita akne vulgaris dibanding dengan Ras Kaukasia Eropa, Amerika, dan lebih sering terjadi
nodulo-kistik pada kulit putih daripada negro. Akne vulgaris mungkin familial, namun
Universitas Sumatera Utara