Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Prodcts) Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010

(1)

HUBUNGAN KONSUMSI PRODUK OLAHAN SUSU (DAIRY

PRODUCTS) DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA

MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2010

Oleh:

CHAROLINA MARGARETHA

NIM: 100100255

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

HUBUNGAN KONSUMSI PRODUK OLAHAN SUSU (DAIRY

PRODUCTS) DENGAN KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA

MAHASISWA FK USU ANGKATAN 2010

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

CHAROLINA MARGARETHA

NIM: 100100255

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013

HALAMAN PERSETUJUAN Hasil laporan penelitian dengan judul :


(3)

Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Products) dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010

Disusun oleh :

CHAROLINA MARGARETHA 100100255

Hasil Karya Tulis Ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui

Medan, 6 Desember 2013 Dosen Pembimbing

(dr. Djohan, SpKK) NIP. 19691014 199803 1 001


(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Products) dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010

Nama : Charolina Margaretha

NIM : 100100255

Pembimbing Penguji I

(dr. Djohan, SpKK) (dr.Soegiarto Gani, SpPD)

NIP. 19691014 199803 1 001 NIP 19710322 200501 1 004

Penguji II

(dr. Cherry Siregar, SpMK)

NIP : 197404102008122002

Medan , 26 Juni 2013

Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, SpPD-KGEH)


(5)

ABSTRAK

Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Makanan tinggi kalori sudah lama diduga masyarakat sebagai salah satu penyebab dari penyakit ini, didukung oleh meningkatnya angka kejadian akne vulgaris di negara berkembang saat ini. Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai hubungan makanan dengan kejadian Akne Vulgaris sejak 1946 sampai 2007, menghasilkan pertentangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian akne vulgaris, tingkat konsumsi dairy products serta hubungan konsumsi produk susu terhadap timbulnya akne vulgaris pada Mahasiswa FK USU angkatan 2010.

Rancangan penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan kasus kontrol.Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Sampel penelitian ini berjumlah 98 orang yang merupakan mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi atas 2 kelompok, yakni 49 mahasiswa untuk kelompok kasus dan 49 mahasiswa lainnya pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 sampel kelompok kasus; 18 orang (36.7%) dinyatakan memiliki riwayat mengkonsumsi dairy products dan sejumlah 31 orang (63.3%) dinyatakan tidak mengkonsumsi dairy products. Sedangkan dari 49 sampel yang terdapat di kelompok kontrol, sejumlah 20 orang (40.8%) memiliki riwayat mengkonsumsi dan sejumlah 29 orang (59.2%) dinyatakan tidak mengkonsumsi dairy products. Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda analitik bivariat chi square didapat P = 0.836, (α = 0.05). Hasil perhitungan ini menggambarkan tidak adanya hubungan antara konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.


(6)

ABSTRACT

Acne Vulgaris is one of the common diseases of the skin that suffered in public. High-calorie diets have been suspected for a long periode as one of the causes of this disease. It has been supported by the increased number of Acne Vulgaris incidences in developing countries nowadays. Since 1946 to 2007 various studies have been conducted on the relationship of dietary consumption to the occurrence of acne vulgaris and they have come up with variety of results among the researchers.The purpose of this research is to find the rate of incidence of Acne Vulgaris, the rate of dairy products consumption and the relation of dairy products consumption with the incidence of Acne Vulgaris.

An Analytic research design with case-control method was conducted among 49 Acne vulgaris patients and 49 controls patients by giving questionnaires for the sample who matched with the criterias and taken with consecutive technic sampling . From 49 patients of case group, 18 people do have a history of dairy product consumptions, and 31 people do not have. While in control group, from 49 patients who do not suffered acne vulgaris 20 people do have a history consumption and 29 people do not have.

Based on statistical analyze that have been accomplished with bivariate analytic chi square table, it gets P value equal to 0.836 , (α = 0.05) which means the research did not get any significant correlation between dairy products consumption with acne vulgaris incidence between 2010 batch students in FK USU.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-Nya sehingga karya tulis ilmiah dengan judul “Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu (Dairy Products) terhadap Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010” ini dapat diselesaikan. Karya Tulis ini disusun sebagai tugas akhir mata kuliah Community Research Program (CRP) dan merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis dengan rendah hati ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak dr.Djohan,SpKK selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, bimbingan dan ilmu dalam penelitian ini.

2. Bapak dr.Soegiarto Gani,SpPD-FINASIM dan Ibu dr.Cherry Siregar,Mkes selaku dosen penguji yang telah bersedia menguji, memberi masukan dan saran kepada penulis.

3. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

4. Kedua orang tua penulis, Richardo Simatupang,SE dan Roselinda Aritonang, SH atas segala pengorbanan, kasih sayang dan doanya yang diberikan kepada penulis.

5. Adik- adik penulis, Kevin Mario Immanuel dan Chaterina Agnes Tesalonika atas segala bantuan dan doanya yang diberikan kepada penulis.

6. Seluruh responden yang telah bersedia dan memberikan waktunya untuk penelitian ini Ali Fransilo Simanjuntak untuk kerja sama dan bantuan transportasinya selama ini.

7. Sahabat - sahabat Penulis , atas bantuan dan doanya selama ini. 8. Teman-teman sejawat di FK USU yang selalu memberi dukungan


(8)

9. Semua pihak yang baik secara langsung maupun tidak langsung memberikan bantusn dalam penyusunan karya ini.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penyusunan karya tulis ini akibat keterbatasan ilmu dan pengalaman penulis. Oleh karena itu semua saran dan kritik akan menjadi sumbangan yang sangat berarti guna menyempurnakan karya tulis ini.

Akhirnya penulis mengharapkan hasil karya tulis ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, bangsa dan Negara Indonesia, serta pengembangan ilmu pengetahuan.

Medan, 20 Desember 2013 Penulis

Charolina Margaretha 100100255


(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN.………... I

ABSTRAK... Ii ABSTRACT... Iii KATA PENGANTAR... Iv

DAFTAR ISI…………..………... Vi

DAFTAR GAMBAR……..……….………... viii

DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN ... DAFTAR LAMPIRAN...

Ix x xi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang………... 1.2 Rumusan Masalah………... 1.3 Tujuan Penelitian………... 1.4 Manfaat Penelitian………...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akne Vulgaris

2.1.1 Definisi Akne Vulgaris………... 2.1.2 Epidemiologi ………... 2.1.3 Etiologi...………... 2.1.4 Patogenesis...……….... 2.1.5 Gejala Klinis... 2.1.6 Gradasi Akne Vulgaris ... 2.1.7 Diagnosa Akne Vulgaris ... 2.1.8 Diagnosa Banding ... 2.1.9 Penatalaksanaan ... 2.2 Produk Olahan Susu (dairy products)... 2.3 Hubungan Makanan dengan Kejadian Akne Vulgaris...

1 3 3 4 5 5 6 8 10 11 13 14 15 16 18 BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian………...………. 3.2 Definisi Operasional………... 3.3 Hipotesis...

20 21 22


(10)

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian………. 4.2 Waktu dan Tempat Penelitian……… 4.3 Populasi dan Sampel……….... 4.4 Teknik Pengumpulan Data………... 4.5 Pengolahan dan Analisa Data………...

23 23 23 28 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 HASIL PENELITIAN... 5.1.1 Deskripsi dan Lokasi Penelitian... 5.1.2 Karakteristik Responden... 5.1.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Dairy Products... 5.1.4 Hubungan Konsumsi Dairy Products

dengan Kejadian Akne Vulgaris... 5.1.5 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan

Kejadian Akne Vulgaris Berdasarkan Jenis Kelamin... 5.2 Pembahasan...

5.2.1 Hubungan Konsums Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa

FK USU Angkatan 2010... 5.2.2 Hubungan Konsums Dairy Products

dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010 berdasarkan

Jenis Kelamin... 27 27 26 30 31 31 33 33 35 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran ...

37 37

DAFTAR PUSTAKA………... 39


(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Gambaran folikel sebasea 9

Gambar 2.2 Derajat keparahan akne vulgaris. 12

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian 20


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 4.1 Gambaran metode analisis penelitian dengan

chi square

25

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Tabel 5.4

Tabel 5.5

Tabel 5.6

Karakteristik jenis kelamin responden

Karakteristik usia responden

Frekuensi konsumsi dairy products pada Mahasiswa FK USU angkatan 2010

Hubungan konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris

Hubungan konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris pada perempuan

Hubungan konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris pada laki - laki

27

27

28

29

30


(13)

DAFTAR SINGKATAN

ACTH Adreno Corticotropic Hormone

P. Acnes Propionibacterium Acnes

S. Epidermidis

DHT

DHEA-S

IL-1

TLR3

CD14

INH

GL

Staphylococcus Epidermidis

Dihydrotestosterone

Dehydroepiandrosterone Sulfate

Interleukin-1

Toll Like Reseptor 3

Cluster of Differentiation-14

Isoniazid


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Surat Ethical Clearance

Surat Penjelasan

Informed Consent

Kuesioner Penelitian

Validasi Kuesioner


(15)

ABSTRAK

Akne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Makanan tinggi kalori sudah lama diduga masyarakat sebagai salah satu penyebab dari penyakit ini, didukung oleh meningkatnya angka kejadian akne vulgaris di negara berkembang saat ini. Berbagai penelitian yang dilakukan mengenai hubungan makanan dengan kejadian Akne Vulgaris sejak 1946 sampai 2007, menghasilkan pertentangan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui angka kejadian akne vulgaris, tingkat konsumsi dairy products serta hubungan konsumsi produk susu terhadap timbulnya akne vulgaris pada Mahasiswa FK USU angkatan 2010.

Rancangan penelitian ini adalah studi analitik dengan pendekatan kasus kontrol.Pengambilan sampel dilakukan dengan metode consecutive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Sampel penelitian ini berjumlah 98 orang yang merupakan mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dan dibagi atas 2 kelompok, yakni 49 mahasiswa untuk kelompok kasus dan 49 mahasiswa lainnya pada kelompok kontrol.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 sampel kelompok kasus; 18 orang (36.7%) dinyatakan memiliki riwayat mengkonsumsi dairy products dan sejumlah 31 orang (63.3%) dinyatakan tidak mengkonsumsi dairy products. Sedangkan dari 49 sampel yang terdapat di kelompok kontrol, sejumlah 20 orang (40.8%) memiliki riwayat mengkonsumsi dan sejumlah 29 orang (59.2%) dinyatakan tidak mengkonsumsi dairy products. Berdasarkan analisa statistik yang telah dilakukan dengan metoda analitik bivariat chi square didapat P = 0.836, (α = 0.05). Hasil perhitungan ini menggambarkan tidak adanya hubungan antara konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.


(16)

ABSTRACT

Acne Vulgaris is one of the common diseases of the skin that suffered in public. High-calorie diets have been suspected for a long periode as one of the causes of this disease. It has been supported by the increased number of Acne Vulgaris incidences in developing countries nowadays. Since 1946 to 2007 various studies have been conducted on the relationship of dietary consumption to the occurrence of acne vulgaris and they have come up with variety of results among the researchers.The purpose of this research is to find the rate of incidence of Acne Vulgaris, the rate of dairy products consumption and the relation of dairy products consumption with the incidence of Acne Vulgaris.

An Analytic research design with case-control method was conducted among 49 Acne vulgaris patients and 49 controls patients by giving questionnaires for the sample who matched with the criterias and taken with consecutive technic sampling . From 49 patients of case group, 18 people do have a history of dairy product consumptions, and 31 people do not have. While in control group, from 49 patients who do not suffered acne vulgaris 20 people do have a history consumption and 29 people do not have.

Based on statistical analyze that have been accomplished with bivariate analytic chi square table, it gets P value equal to 0.836 , (α = 0.05) which means the research did not get any significant correlation between dairy products consumption with acne vulgaris incidence between 2010 batch students in FK USU.


(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akne Vulgaris adalah penyakit peradangan menahun folikel pilosebasea yang umumnya terjadi pada masa remaja dan dapat sembuh sendiri. Gambaran klinis akne vulgaris sering polimorfi, terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustul, nodus dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun hipertrofik (Wasitaatmadja,2008).

Penyakit ini cukup merisaukan karena berhubungan dengan depresi dan ansietas yang mana dapat mempengaruhi kepribadian, emosi, kesan diri dan harga diri, perasaan isolasi sosial dan kemampuan untuk membentuk hubungan (Ahmed S, Ahmed I 2007).

Etiologi pasti dari penyakit ini sendiri belum diketahui sampai sekarang, namun ada beberapa faktor yang berkaitan dengan patogenesis penyakit ini. Perubahan pola keratinisasi dalam folikel, produksi sebum yang meningkat, terbentuknya fraksi asam lemak bebas, peningkatan jumlah flora folikel (Propionibacterium acnes, Corynebacterium acnes, Pitysporum ovale dan Staphylococcus epidermidis), terjadinya respon hospes berupa pembentukan circulating antibodies, peningkatan kadar hormone androgen, anabolik, kortikosteroid, gonadotropin serta ACTH, faktor lain; usia, ras, familial, makanan, cuaca/musim yang secara tidak langsung dapat memacu peningkatan proses patogenesis akne (Wasitaatmadja, 2008; Fulton, 2009; Harrison, 2008).

Akne vulgaris merupakan penyakit kulit yang paling umum di derita oleh masyarakat. Saat ini tidak begitu banyak sumber yang memuat mengenai prevalensi akne vulgaris di seluruh penjuru dunia. Di Inggris, 85 % dari penduduk usia 12-24 tahun menderita akne vulgaris (Ismail, 2012). Data yang hampir serupa didapati pada sebagian besar dunia barat. Di Afrika sendiri,melalui sebuah studi cross sectional, didapati prevalensi akne vulgaris pada remaja cukup tinggi


(18)

yaitu sebesar 90,7% (Husein,2009). Untuk Asia, beberapa data yang bisa diperoleh menunjukkan prevalensi yang cukup tinggi juga. Sebuah penelitian epidemiologi di Jepang memperoleh prevalensi sebesar 58,6% remaja menderita akne vulgaris (Nobukazu dkk , 2001). Di Cina, tepatnya distrik Zhou Hai Provinsi Guangdong, mendapati prevalensi sebesar 53,5% remaja (Wu TQ ,2007). Di Malaysia prevalensi akne vulgaris pada remaja sebesar 67,5 % (Hanisah,A dkk , 2009). Di Indonesia sendiri belum banyak data mengenai prevalensi akne vulgaris di tengah mayarakat Indonesia.

Pada masa remaja, Akne Vulgaris lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita. Sedangkan pada dewasa Akne Vulgaris lebih sering pada wanita dari pada pria. Akne tidak hanya terbatas pada kalangan remaja saja, 12% pada wanita dan 5% pada pria diusia 25 tahun memiliki Akne. Bahkan pada usia 45 tahun, 5% pria dan wanita memiliki Akne. Lesi awal akne mungkin mulai terlihat pada usia 8-9 tahun dan kurang lebih 50-60% terdapat ada usia remaja. Puncak insiden pada usia 14-17 tahun dijumpai pada wanita sedangkan usia 16-19 tahun pada pria (Fulton,2010; Cuncliffe et al, 2007).

Faktor makanan masih diperdebatkan, ada penelitian yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya akne, ada pula yang kontra. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak, susu, es krim), makanan tinggi karbohidrat, makanan beriodida tinggi (makanan asal laut) dan pedas. Menurut penelitian cross-sectional oleh Anderson (1971) ,tidak ada hubungan antara konsumsi makanan tinggi lemak dengan kejadian akne vulgaris. Namun penelitian baru – baru ini, Menurut Cordain L et al (2007), makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan produksi kelenjar sebasea. Penelitian tentang efek makanan terhadap akne vulgaris sebenarnya telah berlangsung sejak tahun 1946 oleh Steiner yang melakukan observasi pada penduduk Okinawa yang daerahnya terisolasi dari dunia luar dan tidak didapati adanya akne vulgaris. Pada Schaefer (1971) selama 30 tahun melihat adanya peningkatan prevalensi akne pada Suku Inuit di Eskimo setelah mereka mengadopsi gaya hidup barat. Cordain juga melakukan


(19)

pengamatan pada penduduk Kitavan dan didapati prevalensi akne sangat rendah. Penelitian terakhir pada tahun 2007, oleh Smith dengan suatu uji trial terhadap pola makan dengan Gycemic load rendah ternyata dijumpai adanya penurunan lesi akne yang signifikan

Dikalangan masyarakat saat ini, hubungan konsumsi makanan yang mengandung susu dengan kejadian akne vulgaris telah banyak dipertanyakan oleh masyarakat dan sudah ada dilakukan penelitian oleh beberapa peneliti sebelumnya. Pada tahun 1967, Findlay melakukan pengamatan terhadap prevalensi akne vulgaris pada penduduk Afrika Selatan yang tidak mengonsumsi dan yang mengonsumsi makanan tinggi kandungan susu dan didapati hasil 16% untuk penduduk yang tidak mengonsumsi dan 45% untuk yang mengonsumsi. Adebamowo et al mengatakan dalam penelitiannya pada wanita akademi keperawatan tahun 1989 bahwa terdapat kebiasaan mengonsumsi susu dan produk susu (dairy product) pada wanita dengan derajat akne berat.

Di Indonesia sendiri, belum banyak dilakukan penelitian mengenai hubungan pola diet, khususnya produk olahan susu terhadap timbulnya akne vulgaris. Oleh karena itu, berdasarkan data-data di atas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan konsumsi produk susu terhadap timbulnya akne vulgaris.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah hubungan kejadian akne vulgaris dengan konsumsi produk olahan susu (dairy products)

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui angka kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.

2. Untuk mengetahui tingkat konsumsi produk olahan susu (dairy product) pada mahasiwa FK USU angkatan 2010.


(20)

3. Untuk mengetahui kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang mengonsumsi produk olahan susu.

1.3.2 Tujuan Khusus

Untuk mengetahui hubungan kebiasaan konsumsi produk susu (dairy product) terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat,diantaranya :

1. Bagi peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam penerapan ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan

2. Bagi tenaga kesehatan, hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi para dokter umum maupun dokter spesialis kulit dalam terapi nonfarmakologis akne vulgaris

3. Bagi masyarakat, Hasil Penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi masyarakat tentang pengaruh makanan terhadap timbulnya jerawat.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Akne Vulgaris

2.1.1. Definisi Akne Vulgaris

Akne Vulgaris adalah penyakit akibat gangguan dari unit pilosebasea yang umum dijumpai, dapat sembuh sendiri dan terutama ditemukan pada remaja. Tempat predileksi adalah pada daerah yang padat kelenjar minyak seperti wajah, bahu, dada bagian atas dan punggung (Wasitaatmaja, 2008). Akne Vulgaris ditandai dengan adanya lesi yang bervariasi meliputi komedo, papul, pustul dan nodul. Sering kali meskipun akne vulgaris dapat sembuh sendiri, namun perjalanan penyakitnya menimbulkan jaringan parut pada wajah (Zaenglein,2008) , sehingga hampir 30 % pasien akne vulgaris harus berobat ke dokter untuk mendapatkan pengobatan sehubungan dengan keparahan akne vulgaris yang dialaminya (Kaymak,2007).

2.1.2. Epidemiologi

Akne vulgaris adalah penyakit yang mempunyai prevalensi tinggi. Prevalensi Akne vulgaris ini lebih sering didapati pada usia pubertas yaitu pada remaja perempuan usia 14- 17 tahun dan remaja pria pada usia 16 – 19 tahun. Pada populasi barat, remaja yang mengalami akne vulgaris diperkirakan sebanyak 79 – 95% populasi remaja. Dalam suatu penelitian yang dilakukan terhadap 1.045 remaja di Singapura, hasilnya didapat bahwa 88% diantaranya telah memiliki akne vulgaris. Dari Jumlah tersebut, 51,4 % di klasifikasikan sebagai akne vulgaris ringan, 40% akne vulgaris sedang dan 8,6% akne vulgaris berat. Akne juga mengenai populasi remaja di U.K yaitu sebanyak 85%. Di Malaysia, prevalensi akne vulgaris pada wajah sebanyak 67,5% kondisi tersebut terdapat lebih banyak pada laki-laki dari perempuan. Walaupun akne lebih banyak terjadi pada remaja, akne juga


(22)

menyerang orang dewasa. Pada wanita, akne dapat menetap lebih lama daripada pria yaitu sampai usia 30 tahun atau lebih. Namun derajat akne yang lebih berat didapati banyak terjadi pada pria. Pada populasi barat, diperkirakan 75-95% orang dewasa mengenai akne, 40-54% terjadi pada orang dewasa berusia diatas 25 tahun, 12 dan 3% mengenai pria dan wanita dewasa umur pertengahan. Suatu penelitian di Jerman juga menyatakan bahwa 64% pada usia 20-29 tahun dan 43% pada usia 30-39 tahun menderita akne vulgaris. (Wasitaatmaja,2008; Cordain, 2002; Lancet,2012).

Berdasarkan pengamatan para ahli, ternyata akne jarang ditemukan pada populasi non-westernized. Hal ini dengan kuat menyatakan adanya faktor – faktor lingkungan yang mendasari, termasuk diet. Pada populasi non-westernized yaitu kepulauan kitavan di Papua Nugini dan Ache hunter-gatherer di Paraguay ternyata tidak mengalami akne vulgaris.Mereka mengonsumsi buah – buahan, ikan, binatang buruan, umbi-umbian, tetapi tidak sereal dan refined sugar. (Cordain et al, 2002).

2.1.3. Etiologi

Akne Vulgaris memiliki etiologi yang bersifat multifaktorial dan kompleks serta berasal dari faktor eksogen maupun endogen, faktor- faktor tersebut antara lain (Wasitaatmaja,2008; Fulton,2009; Cunclife,2002; Bancin,2011; Goklas,2011; Lancet,2012)

1. Faktor Genetik, adanya peningkatan unit pilosebasea terhadap kadar androgen yang normal dalam darah dipengaruhi faktor genetik. Menurut penelitiaan terdahulu, adanya gen tertentu (CYP17-34C/C homozigote chinese men) dalam sel tubuh manusia meningkatkan kejadian akne. Penelitian di Iran pada anak berumur 16 tahun menunjukan adanya riwayat keluarga dengan akne akan meningkatkan risiko terkena akne vulgaris dua kali lipat.


(23)

2. Faktor ras, kemungkinan ras berperan dalam timbulnya akne vulgaris diajukan karena melihat kenyataan adanya ras-ras tertentu seperti mongoloid yang lebih jarang menderita akne dibandingkan dengan kauscasian, orang kulit hitam pun lebih dikenal dibanding dengan orang kulit putih.

3. Faktor musim, suhu yang tinggi, kelembaban udara yang lebih besar, serta sinar ultra violet yang lebih banyak menyebabkan akne vulgaris lebih sering timbul pada musim panas dibandingkan dengan musim dingin. Pada kulit kenaikan suhu udara 10 C mengakibatkan kenaikan laju ekresi sebum naik sebanyak 10%.

4. Faktor makanan masih diperdebatkan, ada peneliti yang setuju makanan berpengaruh pada timbulnya akne, adapula yang kontra. Jenis makanan yang sering dihubungkan dengan timbulnya akne adalah makanan tinggi lemak (kacang, daging berlemak susu, es krim), makanan tinggi karbohidrat, makanan beryodida tinggi (makanan asal laut) dan pedas. Menurut peneliti yang setuju, makanan dapat merubah komposisi sebum dan menaikan produksi kelenjar sebasea.

5. Faktor infeksi, ada 3 (tiga) golongan mikroorganisme yang merupakan flora normal kulit, P. Acne, dan S. Epidermidis. Peran mikroba ini adalah membentuk enzim lipase yang dapat memecah trigliserida menjadi asam lemak bebas yang bersifat komedogenik.

6. Faktor psikis, seperti stress emosi pada sebagian penderita dapat menyebabkan kambuhnya akne, mungkin melalui mekanisme peningkatan produksi Androgen dalam tubuh.


(24)

7. Faktor hormon dan endokrin,

Faktor hormonal berperan terhadap timbulnya AV. Pengaruh hormon sebotropik asal kelenjar hipofisis dapat merangsang perkembangan kelenjar sebaseus. Produksi sebum yang meningkat dipengaruhi oleh hormon androgen. Hormon gonadotropin dan hormon adrenokortikosteroid, mempengaruhi secara tidak langsung masing-masing lewat testis, ovarii dan kelenjar adrenal serta hormon-hormon ini merangsang kegiatan kelenjar sebasea sehingga memperberat keadaan akne. Pada penderita akne vulgaris derajat berat, kadar DHT ini 20 kali lebih banyak dari normal.

8. Faktor keaktifan kelenjar sebasea akan mempengaruhi banyak sedikitnya produksi sebum. Pada penderita akne vulgaris produksi sebumnya lebih tinggi dari normal.

9. Faktor konsumsi obat, konsumsi obat anti-epilepsi akan menimbulkan monomorphic acne, acneiform eruption ditimbulkan oleh konsumsi obat anti-kanker, penggunaan obat steroid yang dapat meningkatkan massa otot juga dapat menimbulkan akne.

2.1.4. Patogenesis

Terdapat beberapa faktor yang terlibat dalam patogenesis akne vulgaris, namun secara umum terdapat 4 mekanisme utama yang mempunyai peran terbesar yaitu hiperproliferasi folikular epidermal, produksi sebum yang berlebihan, proses inflamasi dan aktivitas dari P. Acnes.

Hiperproliferasi folikuler epidermal mengakibatkan terbentuknya lesi primer akne vulgaris,yaitu mikrokomedo. Epitel folikel rambut bagian atas akan menjadi hiperkeratotik dan mengalami peningkatan kemampuan


(25)

kohesi antar keratinosit. Jumlah sel yang berlebihan disertai dengan pembentukan sekret-sekret akan mengakibatkan penyumbatan di ostium folikuler. Sumbatan ini akan mengakibatkan penumpukan keratin, sebum, bakteri di dalam folikel. Stimulus terhadap hiperproliferasi keratinosit mencakup pengaruh hormon androgen, penurunan kadar asam linoleat dan peningkatan aktivitas IL-1. (Cunlife,2001; Koreck,2003)

Gambar 2.1. Gambaran folikel sebasea

(1) folikel sebasea yang normal (2) lesi inflamasi akne vulgaris disertai ruptur dari dinding folikel dan inflamasi sekunder

(William C, 2012)

Dihidrotestosteron (DHT) adalah androgen yang paling poten dalam merangsang hiperproliferasi keratinosit. DHT merupakan hasil konversi dari dehydroepiandrosterone sulfate (DHEA-S). Peranan regulator lain dalam proses proliferasi keratinosit adalah asam linoleat, suatu asam lemak essensial yang di dalam tubuh manusia. Kadar asam linoleat yang rendah dapat merangsang hiperproliferasi keratinosit folikuler dan menghasilkan sitokin proinflamasi. Peran mediator lain yang telah diteliti adalah peranan mediator inflamasi IL-1 yang dapat merangsang hiperproliferasi keratinosit folikuler (Christos,2004; Cunlife,2001)

Proses kedua yang memegang peranan kunci dalam patogenesis akne vulgaris adalah produksi sebum yang berlebihan dari kelenjar


(26)

sebasea. Pasien akne vulgari memiliki laju ekskresi sebum yang lebih besar dibanding orang normal. Hormon ini mengikat reseptor androgen di sitoplasma dan akhirnya menyebabkan proliferasi sel penghasil sebum. Meningkatnya produksi sebum pada penderita akne disebabkan oleh respon organ akhir yang berlebihan (end-organ hyperresponse) pada kelenjar sabasea terhadap kadar normal androgen dalam darah. Terbukti bahwa, pada kebanyakan penderita, lesi akne hanya ditemukan dibeberapa tempat yang kaya akan kelenjar sabasea (Bancin, 2010).

Terdapat tiga macam mikroba yang terlibat dalam patogenesis akne yaitu propionibacteria Acne, Stapylococcus epidermidis dan pityrosporum ovale (malazzea furfur). Adanya sebore pada pubertas biasanya disertai dengan kenaikan jumlah propionebacteria acne. Meningkatnya produksi sebum akan membuat folikel menjadi tempat yang sangat baik untuk pertumbuhan P.Acnes. Propionibactterium acnes dapat merubah ekspresi keratinosit dan sebosit melalui Toll Like Reseptor 3 (TLR3), Cluster of Differentiation-14 (CD14) dan molekul CD1, serta dapat mengenali produksi sebum/lipid yang berlebihan oleh kelenjar sabasea dan diikuti dengan produksi sitokin-sitokin inflamasi ke daerah tersebut. Beberapa lesi mungkin timbul tanpa ada mikroorganisme yang hidup, sedangkan pada lesi yang lain mikroorganisme mungkin memegang peranan penting. Bakteri mungkin berperan pada lamanya masing-masing lesi. Apakah bakteri yang berdiam dalam folikel (residen bakteria) mengadakan eksaserbasi tergantung pada lingkungan mikro dalam folikel tersebut (Goklas,2010) .

2.1.5. Gejala Klinis

Distribusi akne vulgaris pada tubuh tergantung pada kepadatan dan morfologi kelenjar pilosebasea di tubuh. Umumnya terdapat akne vulgaris pada regio yang memiliki kelenjar sebasea lebih banyak dan menyebar


(27)

seperti wajah, dada, leher dan punggung. Jenis lesi akne vulgaris dapat beraneka dapat beraneka macam,yaitu lesi non- inflamasi seperti papul dan komedo atau inflamasi seperti nodus dan kista. Dapat disertai rasa gatal, tetapi paling banyak adalah keluhan estetik.

Komedo adalah lesi non-inflamasi yang merupakan gejala patognomonik jerawat berupa papul miliar dengan sumbatan sebum di tengahnya. Komedo terdiri dari komedo terbuka dan tertutup. Komedo terbuka adalah gambaran lesi yang berdiameter 0,1-3 mm dan butuh beberapa minggu atau lebih untuk berkembang, warna hitam pada komedo terbuka adalah proses oksidasi dari lipid,keratinosit dan melanin yang membentuk plak. Komedo tertutup menggambarkan duktus pilosebasea yang tertutup oleh materi duktal, letaknya lebih dalam sehingga tidak mengandung unsur melanin, disebut komedo putih. Lesi ini biasa berukuran 0,1 – 3 mm dan sebagian kecil akan hilang pada waktu 3-4 hari dan sebagian besar akan berkembang menjadi lesi inflamasi (Wasitaatmaja,2008; Fulton,2009; Zaenglein,2008).

2.1.6. Gradasi

Gradasi adalah salah satu cara untuk mengukur derajat keparahan akne. Ada beberapa kriteria gradasi akne yang dipakai saat ini. Beberapa diantaranya adalah (Wasitaatmaja,2008; Adityan,2009) :

1. Pilsbury et al (1963), membuat gradasi sebagai berikut: a. Grade 1 : Komedo di muka

b. Grade 2 : komeno, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka

c. Grade 3 : komedo, papul, pustul dan peradangan lebih dalam di muka, dada, punggung

d. Grade 4 : akne konglobata


(28)

a. Grade 1 : lesi non-inflamasi yang ringan ; papul dan sedikit komedo

b. Grade 2 : komedo, papul dan sedikit pustul

c. Grade 3: papul ,pustul dan kista yang lebih menyebar terutama di mengenai daerah wajah,leher dan tubuh bagian atas.

d. Grade 4 : lebih berat dan makin menyebar

Gambar 2.2 Derajat keparahan Akne Vulgaris

(1)Akne vulgaris grade I, dengan gambaran komedo terbuka yang multiple (2) Akne Vulgaris Grade II, komedo tertutup (3) Akne Vulgaris Grade III, papulopustules (4) Akne Vulgaris Grade IV, gabungan komedo terbuka yang multiple, komedo tertutup, papulopustul dan cyst.

Fulton, J (2009)

3. Gradasi yang dipakai di bagian Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI/RSUPN dr.Cipto Mangunkusumo membuat gradasi akne vulgaris sebagai berikut :

a. Ringan, bila :

i. beberapa lesi tak beradang pada 1 predileksi ii. Sedikit lesi tak beradang pada beberapa tempat iii. Sedikit lesi beradang pada 1 predileksi

b. Sedang, bila :

2 3 4


(29)

i. Banyak lesi tak beradang pada 1 predileksi

ii. Beberapa lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi iii. Beberapa lesi beradang pada 1 predileksi

iv. Sedikit lesi beradang pada lebih dari 1 predileksi c. Berat , bila :

i. Banyak lesi tak beradang pada lebih dari 1 predileksi ii. Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi iii. Banyak lebih beradang pada 1 atau lebih predileksi. Catatan : sedikit <5, beberapa 5-10,banyak >10 lesi

Tak beradang : komedo putih dan komedo hitam,papul Beradang : pustul, nodul, kista

2.1.7. Diagnosa Akne Vulgaris

Menurut Wasitaatmaja (2008) , diagnosa akne vulgaris ditegakan atas dasar :

1. Klinis dan pemeriksaan ekskohleasi sebum yaitu pengeluaran sebum dengan komedo ekstraktor (sendok unna). Sebum yang menyumbat folikel tampak sebagai masa padat seperti lilin atau massa lebih lunak bagai nasi yang ujungnya kadang berwarna hitam.

2. Pemeriksaan histopatologis memperlihatkan gambaran yang tidak spesifik berupa serbukan sel radang kronis di sekitar folikel pilosebasea dengan massa sebum di dalam folikel. Pada kista, radang sudah menghilang diganti dengan jaringan ikat pembatas massa cair sebum bercampur dengan darah, jaringan mati dan keratin yang lepas

3. Pemeriksaan mikrobiologis terhadap jasad renik yang mempunyai peran pada etiologi dan patogenesis penyakit dapat dilakukan laboratorium mikrobiologi yang lengkap untuk tujuan penelitian, namun hasilnya sering tidak memuaskan.


(30)

4. Pemeriksaan pada susunan kulit dan kadar lipid permukaan kulit dapat pula dilakukan untuk tujuan serupa. Pada akne vulgaris, kadar asam lemak bebas meningkat dan karena itu pada pencegahan dan pengobatan digunakan cara untuk menurunkannya.

2.1.8. Diagnosa Banding

Menurut Wasitaatmaja (2008) dan Fulton (2009), diagnosa banding akne vulgaris sebagai berikut :

1. Erupsi akneiformis yang disebabkan oleh induksi obat, misalnya kortikosteroid, INH, barbiturate, bromide, yodida, difenil hidantoin, trimetadion, ACTH dan lainnya. Klinis berupa erupsi papulo pustule mendadak tanpa adanya komedo di hampir seluruh bagian tubuh. Dapat disertai demam dan dapat terjadi di semua usia.

2. akne venenata dan akne komedonal oleh rangsangan fisis. Umumnya lesi monomorfi, tidak gatal, bisa berupa komedo atau papul, dengan tempat predileksi di tempat kontak zat kimia atau rangsangan fisisnya.

3. Rosasea, merupakan penyakit peradangan kronik di daerah muka dengan gejala eritema, pustule, telangiektasi dan kadang-kadang disertai hipertrofi kelenjar sebasea.

Dapat disertai papul, pustul dan nodulus, atau kista. Tidak terdapat komedo faktor penyebab adalah makanan atau minuman panas.

4. Dermatitis perioral yang terjadi terutama pada wanita dengan gejala klinis polimorfi eritema, papul, pustule, di sekitar mulut yang terasa gatal.

5. Pseudofolliculitis barbae disebabkan oleh proses pencukuran rambut yang menyebabkan batang rambut di bawah kulit terjebak dan mengalami perforasi dan menimbulkan lesi inflamasi.


(31)

2.1.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan akne vulgaris meliputi dua usaha yang dilakukan bersamaan, yaitu mencegah terjadinya erupsi (preventif) dan usaha untuk menghilangkan jerawat yang terjadi (kuratif) (Wasitaatmaja, 2008).

1. Pencegahan:

 Menghindari terjadinya peningkatan jumlah lipid sebum dan perubahan isi sebum dengan cara : diet rendah lemak dan karbohidrat, melakukan perawatan kulit untuk membersihkan permukaan kulit dan kotoran dari jasad renik yang mempunyai peran dalam menyebabkan akne vulgaris.  Menghindari terjadinya faktor pemicu seperti, hidup teratur dan sehat,

cukup istirahat, olahraga, hindari stress, penggunaan kosmetik secukupnya dan hindari pemicu kelenjar minyak

 Memberi edukasi dan informasi yang cukup kepada penderita mengenai penyebab penyakit, pencegahan, cara, maupun lama pengobatannya serta prognosisnya agar penderita tidak kecewa atau terlalu optimis terhadap penatalaksanaannya.

2. Pengobatan :

 Topikal berupa, bahan iritan yang mengelupas kulit

(sulfur,resorsinol,retinoid,dll), antibiotika topikal untuk mengurangi jumlah mikroba dalam folikel (oksitetrasiklin, eritomisin,klindamisin fosfat), antiperadangan topikal atau krim kortikosteroid ringan atau sedang (hidrokortison 1-2,5%) dan lainnya misalnya etil laktat yang dapat menghambat pertumbuhan jasad renik.

 Pengobatan sistemik untuk mengurangi reaksi radang, menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal, terdiri atas : antibakteri sistemik (tetrasiklin, dosisiklin, eritromisin ,dll), obat hormonal, vitamin A dan retinoid oral sebagai antikeratinisasi, antiinflamasi non-steroid (ibuprofen,dapson,dll).


(32)

 Bedah kulit, dilakukan untuk memperbaiki jaringan parut akibat akne vulgaris.jenis bedah disesuaikan dengan macam dan kondisi jaringan parut yang terjadi.

 Terapi baru, spironolakton, untuk menambah efikasi terapi kombinasi hormonal estrogen dan antiandrogen terhadap akne apabila akne disertai gejala sebore dan hipertrikosis.

 Terapi sinar, dengan memakai sinar biru (panjang gelombang 420 nm) untuk membasmi P acnes dengan merusak porfirin dalam sel bakteri.

2.2. Produk Olahan Susu (dairy products)

Susu merupakan hasil sekresi kelenjar susu hewan mamalia betina. Susu mengandung banyak komponen seperti protein, kalsium, fosfor, serta gula yang cukup tinggi. Karbohidrat utama susu adalah laktosa yang merupakan disakarida yang terdiri dari glukosa dan galaktosa. Jenis- jenis susu setelah diolah menjadi beraneka ragam dan mengandung kadar lemak yang berbeda – beda, yaitu susu pasteurisasi, susu tanpa lemak, susu kental manis dan susu bubuk full cream yang mengandung kadar lemak paling tinggi. (Utami I, 2009).

Sekarang ini susu dapat dikonsumsi dalam berbagai bentuk produk olahan susu, ada yang dalam bentuk minuman maupun makanan yang dalam proses pembuatannya sudah ditambahkan bahan-bahan lain (gula,dll) sehingga kadar lemak dan gula produk – produk olahan susu ini semakin tinggi. Seperti produk berikut ini yang sering dikonsumsi masyarakat:

 Keju, terbuat dari susu segar yang dipadatkan. Secara sederhana proses pembuatannya melalui 3 tahap yaitu pasteurisasi, pemeraman dan pengepresan. Keju reguler yang tidak rendah lemak mengandung lemak jenuh sebanyak 6 gr.

 Yogurt, baik untuk pencernaan. Dibuat dengan cara susu di fermentasi dengan bakteri lactobacillus bulgaricus dan streptococcus thermophilus


(33)

untuk mengubah susu menjadi asam laktat. Biasanya yogurt dikonsumsi dengan menambahkan sirup atau gula.

 Es krim, bahan utamanya adalah susu, lalu ditambahkan lagi gula, flavor dan pengemulsi. Es krim mengandung lemak jenuh sekitar 4,9 gr.

 Mentega, memiliki komposisi lemak yang sangat tinggi karena terbuat dari krim susu atau lemak susu.mentega sering dikonsumsi sebagai olesan roti atau bahan campuran kue.mengandung lemak jenuh sebanyak 2,4 gr.  Kue dan puding, dalam pembuatan kue seringkali ditambahkan susu atau

mentega agar kue menjadi lembut harum dan gurih. Kue- kue mengandung asam lemak jenuh sebanyak 40%.

 Susu kental manis, berasal dari susu dengan lemak nabati yang dihilangkan sebagian airnya dari campuran susu.kadar lemaknya tidak kurang dari 8%.

 Susu bubuk full cream , adalah produk olahan susu berbentuk bubuk yang merupakan pencampuran dari susu cair dengan susu kental atau bubuk dang melalui proses pengeringan.kadar lemaknya tinggi, yaitu sekitar tidak kurang dari 26 %, sedangkan susu murni kadar lemak susunya sekitar 3%. (USDA, 2005)

beberapa penelitian telah menunjukan bahwa terdapat hubungan antara konsumsi susu dan dairy product dengan akne. Susu yang merupakan bahan baku dairy products mengandung hormon- hormon seperti estrogen, progesteron, prekursor androgen, termasuk androstenedione, dehydroepiandrosterone sulfate dan dihydrotestosterone, Hormon- ini akan meningkat secara normal pada usia dewasa, dewasa muda dan pubertas, namun dengan tingginya konsumsi makanan yang mengandung susu akan lebih meningkatkan lagi kadarnya sehingga semakin menstimulasi perubahan pada unit pilosebasea dan memicu terbentuknya akne. Selain dari hormon-hormon tersebut, produk olahan susu juga mengandung gula tambahan yang dapat mempengaruhi peningkatan produksi IGF-1. IGF-1 dapat menstimulasi sintesis dari androgen di ovarium, adrenal dan testis sehingga hormon androgen makin banyak ditubuh dan mempengaruhi pertumbuhan folikel dan


(34)

pertumbuhan kelenjar sebasea. Pada produk olahan susu Pengaruh hormon juga terjadi pada konsumsi keju karena proses fermentasi menyebabkan produksi testosteron yang lebih banyak dari prekursornya pada susu. (Rezakovic S, 2012; Danby W, 2005; Davidovici, 2010)

2.4. Hubungan Makanan dengan Kejadian Akne Vulgaris

Makanan sendiri tidak dapat secara langsung menyebabkan akne. Setelah diteliti ternyata terdapat faktor hormon yang memicu timbulnya akne vulgaris yaitu androgen, insulin like growth factor, insulin like growth factor binding protein 3 dan retinoid signaling pathway. Hormon androgen selain berperan besar dalam memicu timbulnya hiperproliferasi folikular keratinosit, juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas sel sebosit dalam memproduksi sebum. Androgen yang terpenting dalam stimulasi produksi sebum adalah testosteron yang akan diubah menjadi bentuk aktifnya oleh perantaraan enzim type I- reductase menjadi 5α – DHT. Hal inilah yang memicu timbulnya akne pada masa pubertas, dimana sudah umum diketahui bahwa pada usia pubertas terjadi peningkatan yang signifikan dari hormon androgen. Dengan demikian, peningkatan sebum dapat ditingkatkan apabila terjadi peningkatan dari androgen, peningkatan sensitivitas reseptor sel sebosit terhadap 5α-DHT atau akibat peningkatan dari enzim type I-5α reductase (Cordain L, 2002).

Hasilnya studi terbaru dari American Journal of Clinical Nutrition pada Juli 2007 melihat pengaruh faktor diet atau nutrisi khususnya pada sisi glycemic load (GL) dalam menyebabkan jerawat. Glycemic index (GI) merupakan suatu sistem peringkat untuk menilai seberapa cepat glukosa atau gula dari suatu jenis makanan memasuki aliran darah, atau dapat dikatakan seberapa cepat karbohidrat dalam makanan dapat meningkatkan kadar gula darah.

Berbeda dengan GI, GL tidak hanya menilai seberapa cepat glukosa dari makanan memasuki peredarah darah, tetapi juga menilai seberapa banyak glukosa yang terkandung dari makanan tersebut sehingga GL lebih menilai secara keseluruhan. GL dinyatakan sebagai peringkat standar saji dari suatu makanan untuk dapat meningkatkan kadar gula darah. Makin rendah GL, makin kecil kemampuan


(35)

makanan yang disajikan memicu peningkatan gula darah secara berlebihan (Smith R, 2007)

Makanan dengan Glycemic Load yang tinggi meningkatkan kadar gula dalam darah sehingga terjadi suatu kondisi hiperinsulinemia. Kondisi ini akan meningkatkan kadar IGF 1 (insulin like growth factor) yang merangsang terjadinya jerawat lewat peningkatan proses keratinisasi pada folikel polisebasea dan stimulasi pada ovarium dan testikular untuk memproduksi hormon androgen yang mengakibatkan produksi minyak atau sebum. Selain itu hiperinsulinemia akan menyebabkan meningkatknya kadar non stratified fatty acid di dalam plasma yang akan meningkatkan epidermal growth factor receptor. Bersamaan dengan ini insulin akan meningkatkan transforming growth factor β1 yang mana akan menghambat sintesis insulin growth factor binding protein 3 di keratinosit, dimana IGFBP 3 merupakan inhibitor dari IGF 1, sehingga tidak terjadi hiperkeratinisasi. Retinoid signaling pathway juga mungkin berperan dalam hal ini. Retinoid merupakan penghambat proliferasi dari sel dan bertugas untuk mengadakan apoptosis pada sel. Ada 2 bentuk dari retinoid di dalam tubuh yaitu trans retinoid dan 9 cis retinoid acid yang mempunyai 2 reseptor RAR-RXR yang berperan untuk transkripsi dan RXR-RXR yang berperan untuk membatasi proliferasi dari hampir seluruh sel tubuh. Di kulit sendiri, terdapat RXRα yang berperan untuk membatasi proliferasi sel folikular, akan tetapi terjadi penurunan sensitifitas pada sistem ini akibat penurunan dari kadar plasma IGFBP 3. Peningkatan insulin dan IGF 1 juga diketahui akan menghambat hati mensisntesis sex hormone binding globulin (SHBG) sehingga bioavaibilitas androgen terhadap jaringan akan meningkat drastis (Cordain L, 2002; Smith R, 2007; Guyton A C, Hall J E, 2007).


(36)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :

Variabel independen Variabel dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Indipenden Variabel Dependen Populasi konsumsi (+)

Akne Vulgaris konsumsi (-)

Sampel konsumsi (+)

Non Akne Vulgaris Konsumsi (-)

Gambar 3.2 Alur Penelitian

Vaiabel independen disini yaitu Konsumsi makanan produk olahan susu pada mahasiswa FK USU angkatan 2010 dan variabel independen disini adalah kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.

Konsumsi produk olahan susu (dairy products):

Glycemic load tinggi

• Tinggi kandungan

Kejadian Acne Vulgaris


(37)

3.2. Definisi Operasional

1. Akne vulgaris adalah kondisi subjek penelitian yang pernah di diagnosa Akne Vulgaris oleh dokter umum atau dokter spesialis kulit sebelumnya yang berupa peradangan menahun folikel pilosabasea yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. Dalam hal ini perbedaan derajat keparahan akne yang diderita sampel tidak diperhitungkan, hanya dibedakan berdasarkan ada tidaknya akne vulgaris .

Cara Ukur : Wawancara

Alat Ukur : Kuisoner

Hasil Ukur : Menderita akne vulgaris, tidak menderita Skala Pengukuran : Nominal

2. Produk olahan susu (dairy product) adalah makanan atau minuman yang mengandung susu sebagai salah satu bahan utamanya dan sekarang telah banyak dikonsumsi masyarakat dari berbagai kalangan usia,contoh dairy products yaitu : kue,susu, keju,yogurt, dan lain-lain.

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner

Hasil ukur : mengonsumsi, tidak mengonsumsi Skala pengukuran : nominal

3. Frekuensi konsumsi dairy products didalam penelitian ini terbagi menjadi a. Selalu : > 7kali/minggu

b. Kadang : < 7 kali/minggu c. Tidak pernah : <1 kali/minggu

Cara ukur : wawancara

Alat ukur : kuesioner


(38)

Skala pengukuran : nominal

3.3. Hipotesis

Terdapat hubungan antara konsumsi produk olahan susu terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010.


(39)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis Penelitian ini adalah studi analitik. Pendekatan dilakukan dengan metode case-control (kasus kontrol) dimana dilakukan pengumpulan data dengan wawancara.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2013 sampai jumlah sampel terpenuhi. Lokasi penelitian adalah Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan, Provinsi Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih berdasarkan kesesuaian penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Tempat ini memiliki populasi yang cukup besar, Selain itu, mahasiswa kedokteran dinilai dapat mengenali akne dengan baik sehingga diasumsikan dapat menjawab pertanyaan dalam kuesioner dengan baik.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi

Mahasiswa FK USU yang menderita akne vulgaris

4.3.2. Populasi Terjangkau

Mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang menderita akne vulgaris

4.3.3. Sampel

Mahasiswa FK USU angkatan 2010 yang menderita akne vulgaris yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria inklusi untuk kasus:

a) Menderita akne vulgaris (semua derajat/grade) b) Usia 17-25 tahun


(40)

c) Tidak mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian. d) Tidak mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretinoin oral

maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum penelitian dilakukan.

e) Tidak mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne vulgaris baik kortokosteroid, antiepilepsi, antidepresan, antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, vitamin, antipsikosis dan lain-lain dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.

f) Bersedia untuk ikut dalam penelitian.

Kriteria eksklusi kasus :

a) Mahasiswa wanita yang menderita akne vulgaris dengan siklus haid yang tidak teratur, ataupun perdarahan dari vagina dengan penyebab yang tidak diketahui.

b) Mahasiswa yang sedang menstruasi, atau sedang mengonsumsi obat kontrasepsi oral ataupun injeksi.

c) Mahasiswa yang menderita penyakit hati. d) Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus.

Memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga

Kriteria inklusi untuk kontrol:

a) Tidak menderita akne vulgaris (semua derajat/grade) b) Usia 17-25 tahun

c) Tidak mendapat pengobatan berupa antibiotika topikal ataupun antibiotika oral dalam waktu 2 bulan sebelum dilakukan penelitian. d) Tidak mendapat pengobatan untuk akne vulgaris berupa isotretinoin oral

maupun pengobatan hormonal dalam waktu 1 bulan, sebelum penelitian dilakukan.

e) Tidak mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan eksaserbasi akne vulgaris baik kortokosteroid, antiepilepsi, antidepresan,


(41)

antituberkulosis, antineoplastik, antiviral, vitamin, antipsikosis dan lain-lain dalam waktu 1 bulan sebelum mengikuti penelitian.

f) Bersedia untuk ikut dalam penelitian.

Kriteria eksklusi kontrol :

e) Mahasiswa wanita yang menderita akne vulgaris dengan siklus haid yang tidak teratur, ataupun perdarahan dari vagina dengan penyebab yang tidak diketahui.

f) Mahasiswa yang sedang menstruasi, atau sedang mengonsumsi obat kontrasepsi oral ataupun injeksi.

g) Mahasiswa yang menderita penyakit hati. h) Mahasiswa yang menderita diabetes mellitus. i) Memiliki riwayat akne vulgaris dalam keluarga

Sampel penelitian ini adalah sebagian dari mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2010. Penelitian ini adalah penelitian analitik kategorik tidak berpasangan dengan menggunakan rumus besar sampel :

Rumus sampel : n = �Zα�2��+Zβ��1�1+�2�2

�1−�2 �

2

n1= n2 n =�1,64√2��,8��,2+0,84√0,9�0,1+0,7�0,3

0,9−0,7 �

2

n= 49

sampel untuk setiap kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol masing masing adalah 49, sehingga jumlah sampel adalah 98.

n1= n2

n1 = jumlah pasien akne vulgaris n2 = jumlah pasien kontrol

zα = deviat baku alfa, CI= 95%, kesalahan tipe 1 = 5% = 1,960 zβ = deviat baku beta , kesalahan tipe 2= 20 % = 0,84


(42)

P2 = proporsi pada kelompok yang sudah diketahui nilainya

P1 = proporsi pada kelompok yang merupakan judgement dari peneliti P2 = proporsi pada kontrol

P = proporsi total = �1+�2 2 Q = 1-P

4.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengambilan sampel dilakukan dengan metode non-probability sampling yaitu consecutive sampling karena tidak tersedianya sampling frame mengenai berapa jumlah mahasiswa yang menderita akne vulgaris. (Sastroasmoro, 1995)

4.4.1. Data Primer

Data primer adalah data yang berasal dari sampel penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner. Kuesioner yang telah selesai disusun akan dilakukan uji validitas dan reliabilitas dulu sebelumnya sehingga alat ukur menjadi valid.

4.4.2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapat dari pihak perguruan tinggi yang berhubungan dengan jumlah mahasiswa yang aktif dalam perkuliahan di tempat tersebut.

4.5.Pengolahan dan Analisa data

Table 4.1. Gambaran metode analisis penelitian dengan chi square

Akne Vulgaris (+) Akne Vulgaris (-) Jumlah

Konsumsi (+) A B A+B

Konsumsi (-) C D C+D


(43)

Analisa statistik teah diolah dengan menggunakan software SPSS windows versi 17.0 Analisis data antara variabel konsumsi produk olahan susu dan akne vulgaris dilakukan uji hipotesa dengan analisis bivariat chi square berupa table 2x2 untuk melihat besar hubungannya (Dahlan, 2009).


(44)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini diadakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang berlokasi di jalan dr. Mansyur No. 5 Medan, Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan baru dengan batas wilayah:

a. Batas Utara : Jalan dr. Mansyur, Padang Bulan b. Batas Selatan : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU c. Batas Timur : Jalan Universitas, Padang Bulan d. Batas Barat : Fakultas Psikologi USU

Kampus ini memiliki luas sekitar 122 Ha, dengan zona akademik seluas sekitar 100 Ha yang berada di tengahnya. Fakultas ini memilikki berbagai ruang kelas, ruang administrasi, ruang laboratorium, ruang skills lab, ruang seminar, perpustakaan, kedai mahasiswa, ruang PEMA, ruang POM, kantin, Kamar mandi, dan mushola. Pada tahun 2013, terdapat 4 angkatan yang sedang mengikuti pendidikan yang meliputi angkatan 2010, 2011, 2012, dan 2013.

5.1.2. Karakteristik Responden

Responden yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah penderita akne vulgaris dan non penderita akne vulgaris sebagai kontrol yang merupakan Mahasiswa FK USU Angkatan 2010 yang telah memenuhi kriteria sebagai sampel. Jumlah responden pada penelitian ini adalah sebanyak 98 orang yang terdiri atas 49 orang dari masing – masing kelompok kasus dan kontrol yang memiliki beberapa karakteristik yang berbeda seperti tabel berikut.


(45)

Tabel 5.1 Karakteristik Jenis Kelamin Responden

Jenis kelamin Akne Vulgaris Total

Penderita Non penderita

Laki-laki 19 9 28

19.4 % 9.2 % 28.6 %

Perempuan 30 40 70

30.6 % 40.8 % 71.4 %

Total 49 49 98

50% 50% 100%

Pada Tabel 5.1 diatas di deskripsikan bahwa responden penderita terbanyak berdasarkan Jenis Kelamin adalah perempuan, yaitu sebanyak 30 orang (30.6%), sedangkan penderita laki – laki sejumlah 19 orang (19.4%). Pada Responden yang non-penderita berjenis kelamin perempuan sebanyak 40 orang (40.8%) dan laki-laki sebanyak 9 orang (9.2%).

Pada penelitian yang dilakukan, responden yang dimasukan sebagai sampel juga memiliki latar belakang umur yang cukup bervariasi seperti dijelaskan di tabel sebagai berikut:

Tabel 5.2 Karakteristik Usia Responden

Akne Vulgaris Total

Penderita Non penderita

19 2 1 3

2.0 % 1.0 % 3.0 %

20 15 10 25

15.3 % 10.2 % 25.5 %

21 26 31 57

26.5% 31.6 % 58.1%

22 4 6 10

4.1 % 6.1 % 10.2 %

23 2 1 3

2.0 % 1.0 % 3.0 %

Total 49 49 98


(46)

Pada Tabel 5.2 diatas,kelompok responden terbanyak berdasarkan kategori usia adalah kelompok responden yang berusia 21 tahun, yaitu sejumlah 26 orang (26.5 %) pada kelompoki penderita dan 31 orang (31.6%) pada kelompok non penderita. Selain itu responden yang berusia dibawah 21 tahun antara lain kelompok responden berusia 19 tahun,yaitu sejumlah 2 orang (2.0%) pada kelompok penderita dan 1 orang (1.0%) pada non penderita. Responden dengan kategori usia 20 tahun pada kelompok penderita sejumlah 15 orang (15.3%) dan kelompok non penderita sejumlah 10 orang (10.2%). Kategori usia 22 tahun, responden kelompok penderita sejumlah 4 orang (4.1%) dan responden non penderita sebanyak 6 orang (6.1%). Responden yang paling tua adalah kategori usia 23 tahun sejumlah 2 orang (2.0%) pada kelompok penderita dan 1 orang (1.0%) pada kelompok non penderita.

5.1.3 Distribusi Frekuensi Konsumsi Dairy Products

Setelah dilakukan wawancara menggunakan kuesioner, didapatkan frekuensi konsumsi dairy products pada responden penelitian yang di deskripsikan dalam tabel frekuensi sebagai berikut :

Tabel 5.3 Frekuensi Konsumsi Dairy Products pada Mahasiswa FK USU

Angkatan 2010

Konsumsi Dairy Products

Frekuensi % frekuensi

Selalu ( > 7x/minggu)

29

29,6

Kadang (<8x/minggu )

9 9,2 Tidak pernah 60 61,2 Total

98 100

Dari tabel 5.3 distribusi frekuensi konsumsi dairy products dibagi menjadi 3 kategori,kategori “kadang-kadang” yaitu 9 orang (9,2%). Dari kategori status


(47)

konsumsi responden yang “tidak pernah” mengonsumsi dairy products sebanyak 60 orang (61,2%), sebagian lagi yang memiliki kategori status konsumsi “selalu” yaitu 29 orang (29,6%). Untuk penelitian ini, jumlah responden dengan status konsumsi “selalu” dan “kadang” akan disatukan menjadi status “mengonsumsi” yaitu sebanyak 38 responden

5.1.4 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris

Tabel 5.4 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan Kejadian Akne

Vulgaris

Status konsumsi Karakteristik Jumlah

Kasus Kontrol

Konsumsi 18 20

38

Tidak

31 29

60 Konsumsi

Total 49 49 98

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa dari seluruh responden yang menderita Akne Vulgaris (kasus) , yang mengonsumsi dairy products sebanyak 18 orang (36.7%) dan yang tidak mengonsumsi sebanyak 31 orang (63.3%). Sedangkan pada responden yang tidak menderita akne vulgaris (kontrol) , 20 orang (40.8%) mengonsumsi dairy products dan 29 orang (59.2%) tidak mengonsumsi dairy products. Dari analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode chi square diatas, didapatkan p value sebesar 0.836.

5.1.5 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris berdasarkan Jenis Kelamin

Distribusi responden berdasarkan status konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU angkatan 2010 menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut :


(48)

Tabel 5.5 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Perempuan

Status konsumsi Karakteristik Jumlah

Kasus Kontrol

Konsumsi 12 15 38

Tidak

25 43

Konsumsi 18

Total 30 40 70

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari seluruh responden perempuan yang menderita akne vulgaris didapatkan sejumlah 12 orang (17.1%) mengonsumsi dairy products dan 18 orang (25.7%) yang tidak mengonsumsi. Sedangkan responden yang non penderita didapat sejumlah 15 orang (21.4%) yang mengonsumsi dan 25 orang (35.7%) yang tidak mengonsumsi. p value yang didapatkan sebesar 1.00 (α= 0.05) dan memiliki makna bahwa tidak adanya hubungan konsumsi dairy products dengan akne vulgaris pada mahasiswa FK USU perempuan angkatan 2010.

Tabel 5.6 Hubungan Konsumsi Dairy Products dengan Kejadian Akne

Vulgaris pada Laki – Laki

Status konsumsi Karakteristik Jumlah

Kasus Kontrol

Konsumsi 6 5 11

Tidak

13 4 17

Konsumsi

Total 19 9 28

Berdasarkan tabel diatas responden dengan jenis kelamin laki- laki yang merupakan penderita didapat sejumlah 6 orang (8.6 %) yang mengonsumsi dairy products dan sejumlah 13 orang (18.6%) yang tidak mengonsumsi. Sedangkan


(49)

dari responden yang merupakan non penderita didapatkan sejumlah 5 orang (7.1%) yang mengonsumsi dan 4 orang (5.7%) yang tidak mengonsumsi.

p value yang didapatkan dari tabulasi silang diatas sebesar 0.409 (α= 0.05) yang memiliki makna tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris pada mahasiswa FK USU laki-laki angkatan 2010.

5.2 Pembahasan

5.2.1 Hubungan Konsums Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010

Berdasarkan Tabel 5.4 diketahui bahwa dari seluruh responden yang menderita Akne Vulgaris (kasus) , yang mengonsumsi dairy products sebanyak 18 orang (36.7%) dan yang tidak mengonsumsi sebanyak 31 orang (63.3%). Sedangkan pada responden yang tidak menderita akne vulgaris (kontrol) , 20 orang mengonsumsi dairy products (40.8%) dan 29 orang tidak mengonsumsi dairy products (59.2%), hal ini menunjukan tidak adanya hubungan yang signifikan antara konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris karena dari jumlah responden yang menderita akne vulgaris hanya sedikit yang mengonsumsi dairy products di banding dengan responden yang tidak mengonsumsi, hal ini didukung oleh >90% responden menjawab “tahu” mengenai pertanyaan kandungan lemak yang tinggi pada dairy products yang terdapat pada kuesioner sehingga dapat dikatakan pengetahuan mahasiswa FK USU angkatan 2010 sangat baik mengenai kandungan lemak pada makanan khususnya dairy products.

Analisis statistik yang telah dilakukan dengan metode chi square, didapat p value = 0.836, dimana nilai α yang ditetapkan adalah α= 0.05. Perhitungan ini menggambarkan hasil bahwa hipotesis nol diterima karena p value diatas batas kemaknaan yaitu 0.05. Hal ini berarti, tidak ada hubungan antara konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris, walaupun sebenarnya menurut kepustakaan konsumsi dairy products memang menimbulkan beberapa


(50)

mekanisme timbulnya Akne Vulgaris seperti peningkatan hormon insulin like growth factor yang akan memicu peningkatan proses keratinisasi pada folikel polisebasea dan peningkatan produksi hormon androgen yang mengakibatkan produksi minyak atau sebum . Hal ini serupa dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Fulton (1969) dalam Smith (2007) dimana tidak dijumpai adanya hubungan konsumsi cokelat batang dengan kejadian akne vulgaris, begitu juga dengan hasil penelitian Anderson (1971) dalam Smith (2007) yang memeriksa ada tidaknya hubungan antara konsumsi cokelat, susu dan kacang dengan kejadian akne vulgaris, dan penelitian ini juga menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi susu, coklat dan kacang dengan kejadian akne vulgaris. Hal ini mungkin berhubungan dengan banyaknya faktor perancu lain yang juga dapat menimbulkan akne vulgaris pada kulit, yaitu seperti faktor psikis, faktor hormonal,ras, dan lain – lain.

Hasil penelitian di atas bertentangan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Smith (2007), dimana mereka melakukan studi controlled trials untuk makanan dengan glycemic load yang rendah. Penelitian dilakukan selama 12 minggu terhadap 43 responden yang terdiri dari 20 kelompok kontrol dan 23 kelompok kasus. Responden yang diambil adalah responden laki-laki dengan lesi akne ringan sampai berat dan berumur 15-25 tahun. Setelah dilakukan intervensi dengan cara merubah asupan makanan responden menjadi makanan dengan glycemic load rendah ternyata didapat hubungan, hal ini terbukti setelah dilakukan analisa statistik didapat penurunan lesi akne pada kelompok kasus sebesar 23,5 (51%) dan pada kelompok kontrol sebesar 12 (31%) dengan nilai p value = 0,03 (α = 0,05), hal ini menunjukkan adanya hubungan antara pengubahan pola asupan makanan kearah makanan dengan glycemic load rendah terhadap penurunan lesi akne. Perbedaan hasil pada penelitian ini dengan penelitian Smith (2007) mungkin disebabkan karena tidak adanya pengukuran jumlah kalori asupan pada responden serta kadar gula darah dan IGF-1 sebelum maupun sesudah makan.

Hasil Penelitian Ismail (2012) yang dilakukan pada populasi remaja sampai dewasa muda di Malaysia juga mengatakan adanya hubungan yang


(51)

bermakna antara konsumsi es krim dan susu terhadap Akne Vulgaris. Penelitian ini dilakukan dengan metode case-control dengan menggunakan CASS (Comprehensive Acne Severity Scale) untuk mengetahui derajat keparahan Akne dan menggunakan kuesioner untuk mengetahui riwayat keluarga, dan pola makan sehari – hari. Subjek dalam penelitian ini juga diminta untuk mencatat asupan makanannya selama 3 hari, yang meliputi dua hari biasa dan 1 hari saat akhir minggu. Hasilnya didapat pada kelompok kasus memiliki asupan makanan yang tinggi glycemic load dibandingkan kelompok kontrol. Perbedaan hasil pada penelitian ini dengan penelitian Ismail (2012) adalah penggunaan food record questionnaire yang lebih akurat pada penelitian Ismail (2012) sehingga didapatkan kebiasaan makan yang sesungguhnya pada sampel.

5.2.2 Hubungan Konsums Dairy Products dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010 berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dari seluruh responden perempuan yang menderita akne vulgaris didapat sejumlah 12 orang (17.1%) mengonsumsi dairy products dan 18 orang (25.7%) yang tidak mengonsumsi. Sedangkan responden yang non penderita didapat sejumlah 15 orang (21.4%) yang mengonsumsi dan 25 orang (35.7%) yang tidak mengonsumsi.setelah dilakukan analisis dengan metode chi square dengan Confidence Interval 95% (CI=95%) didapat p value yang didapatkan sebesar 1.00 (α= 0.05)

Penelitian yang dilakukan dari seluruh responden laki – laki, yang merupakan penderita diapat sejumlah 6 (8.6 %) orang yang mengonsumsi dairy products dan sejumlah 13 (18.6%) orang yang tidak mengonsumsi. Sedangkan dari responden yang merupakan non penderita didapat sejumlah 5 (7.1%) orang yang mengonsumsi dan 4 (5.7%) orang yang tidak mengonsumsi, setelah dilakukan analisis dengan metode chi square dengan Confidence Interval sebesar 95 % (CI=95%) didapat p value sebesar 0.409 (α= 0.05).


(52)

Kedua hasil p value diatas yaitu 1.00 pada responden perempuan dan 0.409 pada responden laki – laki maka keduanya memiliki makna hipotesis nol diterima dengan kata lain tidak adanya Hubungan yang signifikan antara konsumsi dairy products dengan kejadian akne vulgaris pada perempuan maupun laki - laki. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan oleh Adebamowo et al (2005) yang menyebarkan kuesioner pada 47.335 pelajar Sekolah Menengah Atas berjenis kelamin perempuan yang diikuti dari tahun 1989 sampai tahun 1998 untuk mencari hubungan kejadian akne vulgaris dengan konsumsi produk susu. Berdasarkan usia responden , Body Mass Index, usia menarche, dan asupan energi harian maka dari perbandingan rasio multivariat yang digunakan ( CI=95%) dibandingkan dengan kategori pembanding didapat nilai p value 1.22 (1.03, 1.44; .002) untuk total milk; 1.12 (1.00, 1.25; 0.56) untuk whole milk; 1.16 (1.01, 1.34; 0.25) untuk low-fat milk; dan 1.44 (1.21, 1.72; 0.003) untuk skim milk hasilnya didapatkan hubungan yang bermakna antara konsumsi dairy products dengan timbulnya akne.


(53)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis statistik yang didapat, maka saya menyimpulkan:

1. Dari 49 responden yang menderita akne vulgaris, 18 orang (36.7%) mengonsumsi dairy products dan sebanyak 31 orang (63.3%) yang tidak mengonsumsi

2. Dari 49 responden yang non penderita, didapat 20 orang (40.8%) mengonsumsi dairy products dan 29 orang (59.2%) tidak mengonsumsi dairy products.

3. Berdasarkan hasil analisis statistik, didapat nilai P = 0,836 (nilai α = 0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiwa FK USU angkatan 2010

4. Berdasarkan hasil analisis statistik hubungan konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris berdasarkan jenis kelamin didapat nilai P = 0,409 untuk pria dan 1,000 untuk wanita (nilai α = 0,05), dengan demikian disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara konsumsi dairy products terhadap kejadian akne vulgaris pada mahasiwa laki-laki dan perempuan FK USU angkatan 2010.

6.2.Saran

1. Penelitian mengenai akne vulgaris bukan merupakan penelitian yang mudah, karena banyak sekali faktor perancu dalam penelitian. Selain itu akne vulgaris bukanlah penyakit yang disebabkan oleh satu faktor tetapi merupakan penyakit multifaktorial yang membutuhkan criteria inklusi dan eksklusi yang lebih detail, oleh karena itu untuk penelitian selanjutnya


(54)

diperlukan adanya FFQ (Food Frequent Questioner) untuk mengetahui secara pasti frekuensi konsumsi dairy products responden

2. Karena pada penelitian ini jumlah responden laki-laki dan perempuan tidak seimbang, di mana responden laki-laki berjumlah 28 orang (28.6%) dan perempuan berjumlah 71 orang (71.4%), maka untuk penelitian selanjutnya perlu diperhatikan keseimbangan responden berdasarkan jenis kelamin agar dapat dilihat apakah ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan.

3. Perlu dilakukan penelitian yang lebih lanjut dengan rancangan metode penelitian yang lebih baik karena penelitian seperti ini sebaiknya dilakukan dengan jangka waktu yang lebih lama sehingga keakuratan riwayat konsumsi dairy products benar-benar didapat.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Adityan, B., Kumari, R., Thappa, D.M., 2009. Scoring system in acne vulgaris. Indian J Dermarol Venereol leprol ;75: 323-6.

Ahmed, S., Ahmed, I., 2005. Frequency and Magnitude of Anxiety and Depression among acne patient : a study of 100 patients . available from : April 2013].

Andrews, G.C., 2003. Acne Vulgaris. Dalam Diseases of the skin for practicioner and students. Fourth edition. London. B. Saunders Company. 1045-1050.

Antoni, J., Macini, M.D., 2008. Incidence, prevalence and pathophysiology of acne. Adv Stud Med; 8(4):100-105.

Bancin, E., 2010. Hubungan Konsumsi Makanan Cepat Saji Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada mahasiswa FK USU Angkatan 2007. Dari:

Christos, C,, Zouboulis , M.D., 2004. Acne and sebaceous gland function,New York;

22:360-365. Available from

Cordain, L., Lindeberg, S., Hurtado, M., Hill ,K., Eaton ,B., Brand-Miller ,B., 2002. Acne vulgaris- a disease of Western civilization. Arch Dermatol;

138:1584-1590. Available from:


(56)

[Accesed 22 April, 2013].

Cordiain, L., 2005. Implications for the role of diet in acne. Seminars in cutaneous medicine and surgery. Arch dermatol; 35:85-89.

Cuncliffe , W.J., Perera, D.H,, Thackeray, P., Williams, M., 2007. Pilo Sebaceous duct physiology, observation on the number and size of pilosebaceous duct in acne vulgaris. But J Dermatol; 34:234-7

Dahlan, M.S., 2009. Besar sampel dan cara pengambilan sampel dalam penelitian kedokteran dan kesehatan. Jakarta: Salemba Medika.

Danby, F. W., 2005. Acne and milk, the diet myth and beyond. Journal of American Academy of Dermatology ;52: 360-362.

Fulton, J., 2009. Acne Vulgaris. Available from:

Gebhardt, S.E., Thomas, R.G., 2002. United States Departement of Agriculture, Agricultural Research Service, Nutrient Data Laboratory, Beltsville, Marryland: Nutritive Value of Food. Available from 2013].

Goklas, 2010. Hubungan Kualitas dan Kuantitas Tidur terhadap Timbulnya Akne Vulgaris Pada Dokter Muda di RSUP.H.Adam Malik. Dari :


(57)

Guyton, A.C., Hall, J.E., 2007. Metabolisme Karbohidrat dan Pembentukan Adenosin Trifosfat. Dalam: Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed. 11. Jakarta: EGC, 871-874.

Ismail, N.H., Manaf, Z.A., Azizan, N.Z., 2012. High glycemic load diet, milk and ice cream consumption are related to acne vulgaris in Malaysian young adults : BMC Dermatology . Available from

Kaymak, Y., 2007. dietary glycemic index and glucose, insulin, insulin like growth factor-1, insulin-like growth factor binding protein 3, and leptin levels in patients with acne; 57: 819-23.

Kabau, S., 2012. Hubungan antara Pemakaian Jenis Kosmetik dengan Kejadian Akne Vulgaris. Da[Accessed : 19 Mei 2013]

Nobukazu, H., et al.2001. An Epidemiological Study of Acne Vulgaris in Japan by Questionnaire. Japanese Journal of Dermatology. Japan. Available from:

[Accesed 22 April,2013].

Price, S.A., Wilson, L.M., 2001. Pathophysiology of Acne Vulgaris. Dalam Pathophysiology of clinical concept of disease processes.New York. McGraw Hill Book Company: page 1056-1057.

Perumal, N. 2011. Hubungan Stres dengan Kejadian Akne Vulgaris di Kalangan Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2007-2009. Da


(58)

Rezakovic, S., Mokos, Z. B., Juzbasic, A. B., 2012. Acne and Diet: Facts and Controversies. Acta Dermatoveneral Croat ; 20(3): 170-174.

Rubin, M. G., Kim, K., Logan, A. C., 2008. Acne vulgaris, mental health and omega-3 fatty acids; a report of cases. Toronto: biomed central Ltd.

Sastroamoro, S., Ismael, S., 1995. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis. Cetakan 3. Jakarta: Binaputra Aksara.

Smith, R., Mann, N., Makelainen, H., Varigos, G,. 2007. A low glycemic load diet improves symptoms in acne vulgaris patients : a randomized controlled trial. The American Journal of Clinician Nutrition ; 86: 107-115. Available from:

Spielgman, D. Danby, W., 2005. High school dietary dairy intake and teenage acne. Boston: American Academy of Dermatology.

Wasitaatmadja, S.M., 2008. Akne, Erupsi Akneformis, Rosasea, Rinofima. Dalam: Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. PP 254-263.

Witkowski, J, A., Parish, L, C., 2004. The assesment of acne: An evaluation of grading and lesion counting in the measurement of acne. Clin Dermatol; 22: 394-7.

Wu,T.Q, Mei, T.Q., Zhong, J.X., Gong, L.F., Wu, F.J., Wu, W.H., 2007. Prevalence and risk factors of facial acne vulgaris among Chinese Adolescents. International Journal of Adolescent Medical Health; 19(4):407-12.


(59)

Yuindartanto, A., 2009. Acne vulgaris. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Available from


(60)

Lampiran 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Charolina Margaretha Anggraini Simatupang Tempat, tanggal Lahir : Jakarta, 6 Agustus 1992

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Gardena Raya blok B3/55 Harapan Baru Regency, Bekasi-Barat

No.Telepon : 085358794874

Orang Tua : - Ayah : Richardo Simatupang,SE -Ibu : Roselinda.M.Aritonang, SH Riwayat Pendidikan :

1. TK Nusantara (1996-1998)

2. SDK Harapan Bunda , Jakarta Timur (1998-2004) 3. SMPK Tarakanita 4, Jakarta Timur (2004-2007) 4. SMAN 21 Jakarta Timur (2007-2010)

5. Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2010) Riwayat Organisasi :

1. Anggota Divisi Keuangan SCORE PEMA FK USU Periode 2011-2012 2. Sekretaris Divisi PO3 SCORE PEMA FK USU Periode 2012- 2013

3. Anggota Departemen Mahasiswa Asing PEMA FK USU Periode 2011-2012 4. Bendahara Pekan Kreatifitas Mahasiswa oleh SCORE PEMA FK USU

Tahun 2012

5. Anggota Seksi Publikasi dan Dokumentasi PORSENI FK USU tahun 2012 6. Anggota Seksi Peralatan dan Tempat Seminar KTI dan Update Kedokteran

tahun 2012

7. Anggota Seksi Medis Panitia Bakti Sosial Mahasiswa Kristen FK USU tahun 2012

8. Anggota Seksi Acara Perayaan Natal FK USU Tahun 2012

9. Anggota Seksi Dekorasi dan Hiburan National Symposium Scripta Research Festival 2013

10.Anggota Seksi Medis Panitia Bakti Sosial Mahasiswa Kristen FK USU tahun 2013.


(61)

Lampiran 3

SURAT PENJELASAN

Dengan hormat,

Saya, Charolina Margaretha, mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU angkatan 2010”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Hubungan Konsumsi Produk Olahan Susu Dengan Kejadian Akne Vulgaris Pada Mahasiswa FK USU Angkatan 2010. Manfaat penelitian ini adalah kepentingan pencegahan akne vulgaris.

Saya akan melakukan wawancara dengan bantuan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai faktor risiko akne vulgaris dan riwayat konsumsi produk olahan susu. Partisipasi Saudara/i bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Saya mohon kesediaan Saudara/i untuk mengisi kuesioner di bawah ini dengan jujur dan terbuka sesuai dengan keadaan Saudara/i. Oleh karena itu, Saudara diminta untuk memberi jawaban apa adanya. Tidak ada kerugian apapun yang akan diperoleh Saudara/i sebagai partisipan.

Identitas pribadi Saudara/i sebagai akan dirahasiakan dan informasi yang diberikan hanya akan digunakan untuk penelitian ini. Untuk penelitian ini, Saudara/i tidak akan dikenai biaya apapun. Bila terdapat hal yang kurang dimengerti, Saudara/i dapat langsung menanyakan kepada saya sebagai peneliti.

Demikian informasi ini saya sampaikan. Atas bantuan dan kesediaan Saudara/imenjadi partisipan dalam penelitian ini, saya ucapkan terima kasih.

Medan, 2013 Peneliti, Charolina Margaretha Universitas Sumatera Utara


(62)

Lampiran 4

INFORMED CONSENT

Saya telah mendapat informasi yang jelas tentang tujuan, prosedur dan pemanfaatan penelitian yang dilakukan oleh Charolina Margaretha, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2010. Oleh karena itu, dengan rasa penuh kesadaran dan keikhlasan saya bersedia berpartisipasi untuk mengisi kuesioner ini. Demikian pernyataan ini saya buat untuk digunakan seperlunya.

Nama : ... Jenis Kelamin : Laki-Laki / Perempuan

Usia : ... Kelas :

Peneliti, Responden,


(63)

Lampiran 5

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN KONSUMSI PRODUK OLAHAN SUSU (dairy products) TERHADAP KEJADIAN AKNE VULGARIS PADA MAHASISWA FK USU

ANGKATAN 2010

• Berilah tanda silang (x) pada pilihan yang tersedia dan pilih sesuai keadaan yang sebenarnya

 Riwayat konsumsi produk olahan susu (dairy products)

1. Apakah anda mengetahui apa itu dairy products? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

2. Apakah anda mengatahui apa saja makanan yang mengandung susu? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

3. Apakah anda mengetahui bahwa produk olahan susu merupakan makanan yang mengandung lemak tinggi?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

4. Apakah anda mengetahui berapa banyak kandungan lemak yang dikandung dairy products?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

5. Apakah anda mengkonsumsi dairy products setiap hari? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

6. Apakah anda membatasi konsumsi produk olahan susu (dairy products) a. Ya


(64)

b. Tidak c. Tidak tahu

7. Apakah anda mengkonsumsi keju? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi: ...x /minggu 8. Apakah anda mengkonsumsi yogurt?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

9. Apakah anda mengkonsumsi es krim? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi :...x/minggu

10.Apakah anda mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung mentega (roti dengan mentega,martabak,dll)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

11.Apakah anda mengkonsumsi kue-kue (makanan ringan) yang mengandung susu ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu 12.Apakah anda mengkonsumsi coklat?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

13.Apakah anda mengkonsumsi coklat lebih dari 5 kali seminggu? a. Ya


(1)

b. Tidak c. Tidak tahu

7. Apakah anda mengkonsumsi keju? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi: ...x /minggu 8. Apakah anda mengkonsumsi yogurt?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

9. Apakah anda mengkonsumsi es krim? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi :...x/minggu

10.Apakah anda mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung mentega (roti dengan mentega,martabak,dll)?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

11.Apakah anda mengkonsumsi kue-kue (makanan ringan) yang mengandung susu ?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu 12.Apakah anda mengkonsumsi coklat?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

13.Apakah anda mengkonsumsi coklat lebih dari 5 kali seminggu? a. Ya


(2)

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

14.Apakah anda mengkonsumsi susu bubuk/full cream/kental manis? a. Ya

b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

15.Apakah anda hampir setiap hari mengkonsumsi kue-kue yang mengandung susu?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

Frekuensi:...x/minggu

16.Apakah anda mengkonsumsi produk olahan susu sejak remaja atau anak-anak?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

17.Apakah anda mengatahui bahwa makanan yang mengandung lemak akan merangsang produksi sebum dari kelenjar sebasea?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

18.Apakah jerawat anda bertambah banyak bila anda mengkonsumsi produk olahan susu?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu

19.Apakah jerawat anda berkurang bila anda membatasi konsumsi produk olahan susu?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu


(3)

20.Apakah anda tahu bahwa lesi akne hanya di temukan pada daerah yang kaya akan kelenjar sebasea?

a. Ya b. Tidak c. Tidak tahu


(4)

Lampiran 7

OUTPUT HASIL PENELITIAN Distribusi Frekuensi Konsumsi distrib_frekuensi_konsumsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Selalu 27 27.6 27.6 27.6

Kadang 11 11.2 11.2 38.8

tidak pernah 60 61.2 61.2 100.0

Total 98 100.0 100.0

Cross Tabulasi Konsumsi dengan Kejadian Akne Vulgaris pada Laki- laki

status_kons_LK * karakterLK Crosstabulation Count

karakterLK

Total kasus Kontrol

status_kons_LK Mengkonsumsi 6 5 11

tidak mengkonsumsi 13 4 17

Total 19 9 28

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square 1.472a 1 .225

Continuity Correctionb .638 1 .424

Likelihood Ratio 1.456 1 .228


(5)

Linear-by-Linear Association 1.419 1 .234

N of Valid Cases 28

a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,54.

b. Computed only for a 2x2 table

Cross Tabulasi Status Konsumsi dengan Akne Vulgaris pada Perempuan status_konsumsi_pr * karakteristikpr Crosstabulation

Count

karakteristikpr

Total kasus kontrol

status_konsumsi_pr Mengkonsumsi 12 15 27

tidak mengkonsumsi 18 25 43

Total 30 40 70

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .045a 1 .832

Continuity Correctionb .000 1 1.000

Likelihood Ratio .045 1 .832

Fisher's Exact Test 1.000 .513

Linear-by-Linear Association .045 1 .833

N of Valid Cases 70

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 11,57.

b. Computed only for a 2x2 table

Cross Tabulasi Konsumsi dairy products dengan Akne Vulgaris sk_tiaphari * karakteristik Crosstabulation

Count

karakteristik

Total kasus kontrol


(6)

sk_tiaphari mengkonsumsi dairy products 18 20 38

tidak mengkonsumsi 31 29 60

Total 49 49 98

Chi-Square Tests

Value df

Asymp. Sig. (2-sided)

Exact Sig. (2-sided)

Exact Sig. (1-sided)

Pearson Chi-Square .172a 1 .678

Continuity Correctionb .043 1 .836

Likelihood Ratio .172 1 .678

Fisher's Exact Test .836 .418

Linear-by-Linear Association .170 1 .680

N of Valid Cases 98

a. 0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,00.

b. Computed only for a 2x2 table

frek.kons1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid kadang 9 9.2 9.2 9.2

selalu 29 29.6 29.6 38.8

tidak pernah 60 61.2 61.2 100.0