Hubungan Makanan Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris

makanan untuk meningkatkan kadar gula darah, dan hal ini memberi indikasi dari glicemic dan respon insulin. Rumus: GL = GI x Jumlah karbohidrat100. Misalnya GI ayam goreng adalah 63, Ayam goreng mengandung sekitar 52 gram karbohidrat tiap 100 gram. Jadi untuk menghitung GL untuk standart pemberian 50 g, 63 dibagi 100 0.63 kemudian dikalikan dengan 26,. GL untuk ayam goreng adalah 16,3

2.3. Hubungan Makanan Terhadap Timbulnya Akne Vulgaris

Makanan sendiri tidak dapat secara langsung menyebabkan akne. Setelah diteliti ternyata terdapat faktor hormon yang memicu timbulnya akne vulgaris yaitu androgen, insulin like growth factor, insulin like growth factor binding protein 3 dan retinoid signaling pathway. Hormon androgen selain berperan besar dalam memicu timbulnya hiperproliferasi folikular keratinosit, juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap aktivitas sel sebosit dalam memproduksi sebum. Androgen yang terpenting dalam stimulasi produksi sebum adalah testosteron yang akan diubah menjadi bentuk aktifnya oleh perantaraan enzim type I- 5α reductase menjadi 5α – DHT. Hal inilah yang memicu timbulnya akne pada masa pubertas, dimana sudah umum diketahui bahwa pada usia pubertas terjadi peningkatan yang signifikan dari hormon androgen. Dengan demikian, peningkatan sebum dapat ditingkatkan apabila terjadi peningkatan dari androgen, peningkatan sensitivitas reseptor sel sebosit terhadap 5α-DHT atau akibat peningkatan dari enzim type I- 5α reductase Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Jappe, 2003. Hasilnya studi terbaru dari American Journal of Clinical Nutrison pada Juli 2007 melihat pengaruh faktor diet atau nutrisi khususnya pada sisi glycemic load GL dalam menyebabkan jerawat. Glycemic index GI merupakan suatu sistem peringkat untuk menilai seberapa cepat glukosa atau gula dari suatu jenis makanan memasuki aliran darah, atau dapat dikatakan seberapa cepat karbohidrat dalam makanan dapat meningkatkan kadar gula darah. Berbeda dengan GI, GL tidak hanya menilai seberapa cepat glukosa dari makanan memasuki peredarah darah, tetapi juga menilai seberapa banyak glukosa yang terkandung dari makanan tersebut sehingga GL lebih menilai secara keseluruhan. GL Universitas Sumatera Utara dinyatakan sebagai peringkat standar saji dari suatu makanan untuk dapat meningkatkan kadar gula darah. Makin rendah GL, makain kecil kemampuan makanan yang disajikan memicu peningkatan gula darah secara berlebihan Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A, 2007 Makanan dengan Glycemic Load yang tinggi meningkatkan kadar gula dalam darah sehingga terjadi suatu kondisi hiperinsulinemia. Kondisi ini akan meningkatkan kadar IGF 1 insulinlike growth factor yang merangsang terjadinya jerawat lewat peningkatan proses keratinisasi pada folikel polisebasea dan stimulasi pada ovarium dan testikular untuk memproduksi hormon androgen yang mengakibatkan produksi minyak atau sebum. Selain itu hiperinsulinemia akan menyebabkan meningkatknya kadar non stratified fatty acid di dalam plasma yang akan meningkatkan epidermal growth factor receptor. Bersamaan dengan ini insulin akan meningkatkan transforming growth factor β1 yang mana akan menghambat sintesis insulin growth factor binding protein 3 di keratinosit, dimana IGFBP 3 merupakan inhibitor dari IGF 1, sehingga tidak terjadi hiperkeratinisasi. Retinoid signaling pathway juga mungkin berperan dalam hal ini. Retinoid merupakan penghambat proliferasi dari sel dan bertugas untuk mengadakan apoptosis pada sel. Ada 2 bentuk dari retinoid di dalam tubuh yaitu trans retinoid dan 9 cis retinoid acid yang mempunyai 2 reseptor RAR-RXR yang berperan untuk transkripsi dan RXR-RXR yang berperan untuk membatasi proliferasi dari hampir seluruh sel tubuh. Di kulit sendi ri, terdapat RXRα yang berperan untuk membatasi proliferasi sel folikular, akan tetapi terjadi penurunan sensitifitas pada sistem ini akibat penurunan dari kadar plasma IGFBP 3. Peningkatan insulin dan IGF 1 juga diketahui akan menhambat hati mensisntesis sex hormone binding globulin SHBG sehingga bioavaibilitas androgen terhadap jaringan akan meningkat drastis Cordain L, Lindeberg S, Hurtado M, Hill K, Eaton B, Brand-Miller B, 2002; Smith, R N, Mann N J, Braue A, Makelainen H, Varigos G A, 2007; Guyton A C, Hall J E, 2007. Universitas Sumatera Utara 3 beta-HSD 17 beta-HSD Pituitary LH FSH ACTH A E T A T Ovary 17 Preg 17 Prog DHEA Cortisol A T CPDS DHEAS Androstenedione Testoaterone DHT 5 Alpha Reduktase adrenal Peningkatan produksi sebum Gamba r 2.7 Jalur metabolisme hormon steroid Wilson, 2009 Universitas Sumatera Utara

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian Variablel independen pada penelitian ini adalah konsumsi makanan cepat saji dari mahasiswa FK USU stambuk 2007, sedangkan variable dependennya adalah kejadian acne vulgaris pada mahasiswa FK USU stambuk 2007.

3.2. Definisi Operasional

a. Usia adalah usia subjek saat pengambilan sampel dilakukan dan dihitung dari tanggal lahir subjek. Pada saat perhitungan akan dilakukan pembulatan usia, lebih dari 6 bulan akan dibulatkan keatas dan bila kurang dari 6 bulan akan dibulatkan ke bawah. b. Makanan cepat saji adalah makanan yang disajikan dengan cepat dan umumnya memiliki nilai kalori yang tinggi. Makanan cepat saji yang dimaksud antara lain: ayam goreng, hamburger, ice cream, kentang goreng, minuman bersoda minuman olah raga, dan lain-lain lihat lampiran 2. Cara Ukur : Wawancara Alat Ukur : Kuisoner Hasil Ukur : Mengkonsumsi, tidak mengkonsumsi Skala Pengukuran : Nominal c. Acne vulgaris adalah kondisi subjek penelitian yang mengalami peradangan menahun folikel pilosabasea yang terdiri atas berbagai kelainan kulit berupa komedo, papul, pustule, nodus, dan jaringan parut yang terjadi akibat kelainan aktif tersebut, baik jaringan parut yang hipotrofik maupun yang hipertrofik. Dalam hal ini perbedaan Konsumsi makanan cepat saji Acne Vulgaris Variabel Independen Variabel Dependen Gambar 3.1. Kerangka konsep penelitian Universitas Sumatera Utara