Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Kaplan dan Norton 2000, yang menyebutkan bahwa untuk membangun sebuah
Balanced Scorecard adalah dengan mengumpulkan dokumen internal mengenai visi, misi, dan strategi perusahaan dan unit bisnis yang
kemudian dijadikan dasar sebagai penentuan tujuan-tujuan strategis, mengidentifikasikan ukuran-ukuran yang relevan untuk mengukur
pencapaian organisasi terhadap tujuan-tujuan strategis yang telah teridentifikasi sebelumnya, dimana ukurna-ukuran ini dapat berupa
indikator kinerja kunci bagi sebuah organisasi untuk kemudian dibandingkan antara hasil yang dicapai dengan target, standar, atau
kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan target untuk setiap ukuran yang teridentifikasi kemudian menspesifikasikan inisiatif
yang memungkinkan target-target tersebut dapat tercapai.
b. Hasil Uji t
Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.13, jika nilai probability t lebih kecil dari 0.05 maka H
a
diterima dan menolak H
0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0.05 maka H
diterima dan menolak H
a.
Tabel 4.13 Hasil Uji t
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B
Std. Error Beta
t Sig.
Constant 15.543
6.780 2.292 .026
perspektif keuangan 1.343
.377 1.070 3.566 .001
perspektif pelanggan .345
.202 .209 3.707 .003
perspektif proses bisnis internal .026
.423 .022 3.060 .021
1
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan 1.757
.501 1.314 3.510 .001
Coefficients
a
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
Model B
Std. Error Beta
t Sig.
Constant 15.543
6.780 2.292 .026
perspektif keuangan 1.343
.377 1.070 3.566 .001
perspektif pelanggan .345
.202 .209 3.707 .003
perspektif proses bisnis internal .026
.423 .022 3.060 .021
1
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan 1.757
.501 1.314 3.510 .001
a. Dependent Variable: kinerja manajemen
Sumber: Data primer yang diolah 2011
Hipotesis 2: Pengaruh perspektif keuangan terhadap kinerja manajemen.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.13, variabel perspektif keuangan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.001. Hal
ini berarti menerima H
a1
sehingga dapat dikatakan bahwa perspektif keuangan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajemen
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel perspektif keuangan lebih kecil dari 0.05.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang telah dikemukakan oleh Tunggal 2002, yang menyatakan bahwa tolak ukur finansial adalah
penting, akan tetapi tidak cukup mengarahkan kinerja dalam menciptakan niali value bagi organisasi. Balanced Scorecard dalam implementasi
sistemnya berusaha mencari suatu keseimbangan dari tolak ukur kinerja, baik finansial maupun non finansial untuk mengarahkan kinerja
organisasional terhadap keberhasilan.
Hipotesis 3: Pengaruh perspektif pelanggan terhadap kinerja manajemen.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.13, variabel perspektif pelanggan mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.003. Hal
ini berarti menerima H
a2
sehingga dapat dikatakan bahwa perspektif pelanggan berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajemen
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel perspektif pelanggan lebih kecil dari 0.05.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang telah dikembangkan oleh Julianto 2000, mengenai perspektif pelanggan memiliki fokus pada
bagaimana organisasiperusahaan melakukan identifikasi pelanggan dan mengetahui segmen pasar yang melingkupinya. Tolak ukur kepuasan
pelanggan menunjukkan apakah perusahaan mampu memenuhi harapan pelanggan atau tidak. Oleh karena kepuasan pelanggan merupakan salah
satu ukuran penting dalam mengukur kinerja perspektif pelanggan. Jika suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang besar dalam
jangka panjang, maka harus menciptakan dan menyajikan suatu produk atau jasa yang bernilai dari biaya perolehannya. Suatu produk akan
semakin bernilai apabila kinerjanya semakin mendekati atau bahkan melebihi dari apa yang diharapkan dan persepsikan konsumen.
Hipotesis 4: Pengaruh perspektif proses bisnis internal terhadap kinerja manajemen.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.13, variabel perspektif proses bisnis internal mempunyai tingkat signifikansi sebesar
0.021. Hal ini berarti menerima H
a3
sehingga dapat dikatakan bahwa
perspektif proses bisnis internal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajemen karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel
perspektif proses bisnis internal lebih kecil dari 0.05. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Budiarti 2004, yang menyatakan bahwa Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen yang menjabarkan visi dan strategi
suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan tolak ukur, tujuan dan tolak ukur dikembangkan untuk setiap perspektif. Pengukuran untuk
setiap persepektif tergantung dari strategi yang telah ditetapkan perusahaan sebelumnya.
Hipotesis 5: Pengaruh perspektif pembelajaran dan pertumbuhan terhadap kinerja manajemen.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.13, variabel perspektif
pembelajaran dan
pertumbuhan mempunyai
tingkat signifikansi sebesar 0.001. Hal ini berarti menerima H
a4
sehingga dapat dikatakan bahwa perspektif pembelajaran dan pertumbuhan berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja manajemen karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel perspektif pembelajaran dan pertumbuhan lebih
kecil dari 0.05. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikembangkan oleh Kaplan
dan Norton 2000, mengenai perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan kaitannya dengan kinerja seseorang, hal ini karena tingkat
kemampuan baik itu dari pekerja itu sendiri maupun dari sistem
informasi yang dipakai oleh perusahaan akan memotivasi karyawan untuk lebih meningkatkan kinerja. Sehingga dari tingkat kepuasan
karyawan, tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatankeakuratan informasi, kecepatanjangka waktu memperoleh informasi, adanya
kebebasan karyawan menyampaikan saran, dan jumlah saran yang diimplementasikan oleh perusahaan, sehingga akan berdampak langsung
oleh kinerja manajemen perusahaan.
c. Hasil Uji Koefisien Determinasi