Identifikasi Kebutuhan Informasi Peneliti dalam Menunjang Kegiatan Penelitian Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara

(1)

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN INFORASI PENELTI DALAM MENUNJANG KEGIATAN PENELITIAN PADA PUSAT PENELITIAN

KELAPA SAWIT SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan Studi untuk memperoleh gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Dalam Bidang Studi Ilmu Perpustakaan dan Informai

OLEH

INDI ADE FITRI KOTO 070709019

DEPARTEMEN STUDI ILMU PERPUSTAKAAN DAN INFORMASI FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

Koto, Indi Ade Fitri, 2011. Identifikasi Kebutuhan Informasi Peneliti dalam

Menunjang Kegiatan Penelitian Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan studi kasus. Lokasi penelitian secara substantif dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara pada bulan Maret 2011. Penentuan informan menggunakan teknik

purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara

mendalam (depth interview), observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit dapat diukur berdasarkan enam belas indikator dari enam kategori. Keenam kategori tersebut adalah kebutuhan informasi (laporan penelitian, pengumpulan data), jenis koleksi (buku, jurnal, laporan penelitian), format informasi (tercetak, elektronik), sumber informasi (koleksi perpustakaan, internet, seminar, koleksi individu), kualitas informasi (permasalahan dengan topik yang berkaitan, uptodate/mutakhir, validitas data, manfaat), konektivitas (jaringan).


(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ……… i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ………...……… iv

DAFTAR GAMBAR …………...……….. v

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

1.5 Ruang Lingkup... 3

Bab II KAJIAN LITERATUR 2.1 Kebutuhan Informasi ... 4

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi ………... 4

2.1.2 Metode Mengidentifikasi Informasi ………... 5

2.1.3 Jenis-Jenis Kebutuhan Informasi ……….. 8

2.1.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi ……… 8

2.1.5 Struktur dari Kebutuhan Informasi ………... 13

2.1.6 Karakteristik Kebutuhan Informasi ………... 13

2.2 Penelitian ………. 15

2.3 Informasi ... 16

2.3.1 Jenis Informasi... 16

2.3.2 Parameter dari Informasi... 17

2.3.3 Ciri-ciri dari Informasi... 18

2.3.4 Manfaat Informasi... 18

2.3.5 Kualitas Informasi... 19


(4)

Bab III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi dan waktu Pelaksanaan penelitian... 24

3.3 Proses Penelitian... 25

3.3.1 Mengidentifikasi Informan ……… 25

3.3.2 Menentukan Informan ……….. 25

3.3.3 Mengumpulkan Data ………. 26

3.3.4 Analisis Data ………. 26

3.3.5 Menulis Hasil Penelitian ……… 27

3.3.6 Menarik Kesimpulan ………. 27

3.4 Teknik Pengumpulan Data... 27

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 28

3.6 Keabsahan Data (validity) ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Latar ……….. 30

4.2 Karakteristik informan ……… 32

4.3 Kategori ……….. 34

4.3.1 Kebutuhan Informasi ……….. 34

4.3.2 Jenis koleksi ……….……….. 36

4.3.3 Format Informasi ……… 38

4.3.4 Sumber Informasi ….. ………. 39

4.3.5 Kualitas Informasi ………. 44

4.3.6 Konektivitas ………... 46

4.4 Rangkuman hasil penelitian ……… 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 49

5.1 Saran ……….. 50

DAFTAR PUSTAKA... 51 LAMPIRAN I


(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Daftar Identitas Informan ………. 32 Table 2. Rangkuman Hasil Penelitian ………47


(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Faktor-Faktor yang Mempengaruhi

Kebutuhan Informasi ………. 11 Gambar 2 : Structure of Information Needs ………. 13 Gambar 3 : Rangkaian Rujukan Informan ……… 25 Gambar 4 : Kebutuhan Informasi Peneliti dalam Menunjang Kegiatan

Penelitian pada PPKS ……… 48


(7)

ABSTRAK

Koto, Indi Ade Fitri, 2011. Identifikasi Kebutuhan Informasi Peneliti dalam

Menunjang Kegiatan Penelitian Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara. Medan: Program Studi Perpustakaan dan Informasi, Fakultas Sastra,

Universitas Sumatera Utara

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif deskriptif dengan studi kasus. Lokasi penelitian secara substantif dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara pada bulan Maret 2011. Penentuan informan menggunakan teknik

purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan wawancara

mendalam (depth interview), observasi dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit dapat diukur berdasarkan enam belas indikator dari enam kategori. Keenam kategori tersebut adalah kebutuhan informasi (laporan penelitian, pengumpulan data), jenis koleksi (buku, jurnal, laporan penelitian), format informasi (tercetak, elektronik), sumber informasi (koleksi perpustakaan, internet, seminar, koleksi individu), kualitas informasi (permasalahan dengan topik yang berkaitan, uptodate/mutakhir, validitas data, manfaat), konektivitas (jaringan).


(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta munculnya temuan-temuan baru menyebabkan semakin banyaknya informasi yang tersebar luas, baik itu berdampak positif maupun negatif, adakalanya informasi tersebut bermanfaat tetapi banyak juga yang kurang bermanfaat bagi penggunanya. Data dari informasi yang ada harus diolah agar menjadi pengetahuan baru bagi penggunanya. Kemudian data dari informasi yang telah diolah dapat disebarluaskan baik secara tercetak maupun elektronik. Sehingga memberikan kemudahan bagi penggunanya untuk lebih cepat mengetahui adanya informasi terbaru.

Informasi merupakan kebutuhan dari setiap manusia dan semua itu harus dapat dipenuhi. Pemenuhan akan informasi dikatakan bermanfaat apabila sesuai dengan kebutuhan dari penggunanya. Pengguna informasi adalah pihak yang menerima atau menggunakan informasi. Pengguna informasi dapat menentukan kualitas seperti apa, menyampaikan apa dan bagaimana kebutuhan informasi mereka. Pengguna informasi sangat bermacam-macam diantaranya kelompok pengguna khusus seperti peneliti, kelompok pengguna pendidik seperti pengajar, kelompok pengguna bidang industri, kelompok pengguna bidang hukum, kelompok pengguna pelajar dan masih banyak kelompok pengguna lainnya. Sebagai contoh salah satu dari pengguna informasi khusus adalah seorang peneliti.

Peneliti merupakan orang yang melakukan kegiatan dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan fakta-fakta yang ada sesuai dengan ilmu pengetahuan dengan adanya metode ilmiah. Informasi yang dibutuhkan oleh peneliti sangatlah bermacam-macam dan informasi yang didapat harus akurat, relevan, ekonomis, cepat, tepat dan


(9)

mudah untuk mendapatkannya. Jika kebutuhan informasi tidak dapat terpenuhi maka akan menjadi masalah dalam melakukan kegiatan penelitiannya.

Melakukan pengidentifikasian terhadap kebutuhan informasi bagi peneliti merupakan hal yang paling utama untuk mengetahui informasi apa yang sesuai dengan kebutuhan peneliti. Dengan melakukan pengidentifikasian maka akan memperoleh data yang sesuai dengan kebutuhan dan data yang diperoleh tersebut dapat dijadikan sebagai acuan bahan pertimbangan penyediaan informasi yang tepat.

Dalam hal melakukan penelitian, khususnya peneliti yang berada pada PPKS tentunya memiliki berbagai macam akan kebutuhan informasi, itu dapat terlihat karena banyaknya kelompok dari bidang penelitian (Kelti) yang ada di PPKS seperti Kelti Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman, Kelti Tanah dan Agronomi, Kelti Proteksi Tanaman, Kelti Enjinering dan Lingkungan, Kelti Pengolahan Hasil dan Mutu, dan Kelti Sosio Tekno Ekonomi. Dengan bermacam-macamnya Kelti tersebut menyebabkan semakin banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh peneliti yang barada di PPKS guna memperlancar penelitiannya sehingga menghasilkan temuan baru yang bermanfaat bagi semua orang. Namun adakalanya seorang peneliti sulit untuk mengidentifikasi informasi apa yang dibutuhkannya.

Berdasarkan pengamatan penulis, peneliti yang berada pada PPKS membutuhkan informasi yang sangat bervariasi dalam mengembangkan penelitiannya. Misalnya pemanfaatan bakteri endofit untuk tanaman kelapa sawit, misikarbon di lahan gambut, produk hilir kelapa sawit. Peneliti disini memiliki kendala dalam penyusunan laporan penelitian dan pengumpulan data dalam hal pemenuhan kebutuhan informasi bagi para peneliti.

Dalam hal ini peneliti bidang kelapa sawit harus mampu merincikan kebutuhan informasi apa saja yang dibutuhkan berkaitan dengan bidang penelitiannya. Peneliti harus dapat menentukan istilah atau kata kunci untuk mempermudah pencarian dalam memenuhi kebutuhan akan informasinya.

Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang “Identifikasi Kebutuhan Informasi Peneliti dalam Menunjang Kegiatan Penelitian Pada Perpustakaan Pusat Penelitian Kelapa Sawit”.


(10)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah menggambarkan kebutuhan informasi peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.

1.4Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi:

1. Perpustakaan PPKS, agar dapat dijadikan masukan dalam menetapkan kebijakan untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan dalam bentuk layanan informasi. 2. Peneliti, agar dapat dijadikan bahan referensi dalam melakukan penelitian

lanjutan mengenai kebutuhan informasi, dalam aspek yang berbeda.

3. Untuk menambah khasanah pengetahuan di ilmu perpustakaan khususnya dalam bentuk layanan informasi

1.5Ruang Lingkup

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini adalah kebutuhan informasi peneliti, jenis koleksi, format informasi, sumber informasi serta kualitas informasi pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit.


(11)

BAB II

KAJIAN LITERATUR

2.1 Kebutuhan Informasi

2.1.1 Pengertian Kebutuhan Informasi

Sebelum memaparkan arti atau defenisi dari identifikasi kebutuhan informasi maka ada baiknya kita mengetahui makna dari setiap kata identifikasi kebutuhan informasi itu sendiri. Secara umum identifikasi merupakan suatu cara atau upaya yang dilakukan oleh seseorang dengan tujuan untuk mengetahui lebih detail apa yang akan di identifikasinya.

Wilson (1996) mendefinisikan kebutuhan sebagai: “…is a subjective experience which occurs only in the mind of the person in need and, consequently, is not directly accessible to an observer”. Oleh karena itu kebutuhan merupakan sesuatu yang diperlukan oleh sesorang dan semua itu harus dapat dipenuhi.

Menurut Morgan dan King (Wilson, 1996) kebutuhan itu muncul dari tiga motif diantaranya physiological motives, unlearned motives, social motives. Maka kebutuhan itu akan muncul dari ketiga motif ini baik motif dari dalam diri, lingkungan, maupun rasa dari keingintahuan.

Menurut Davis dalam Kadir (2003:28) informasi adalah “data yang telah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi penerimanya dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan saat ini atau saat mendatang”.

Kristanto (2003:6), juga menyebutkan informasi merupakan “kumpulan data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi yang menerima”.

Menurut Hojorland (2007), “Information needs are related t important issue is how problems are understood, delimited and formulated”. Bahwa kebutuhan informasi sangat berkaitan dengan masalah yang penting dan bagaimana masalah tersebut dipahami, dibatasi dan dirumuskan.


(12)

Dari beberapa pendapat di atas yang mengemukakan defenisi dari informasi, maka informasi merupakan data yang diperoleh atau didapatkan, kemudian diolah dan disampaikan sehingga dapat dijadikan sebuah informasi baru untuk menambah pengetahuan seseorang.

Kuhlthau (2002) menyatakan bahwa kebutuhan informasi muncul akibat kesenjangan pengetahuan yang ada dalam diri seseorang dengan kebutuhan informasi yang diperlukan.

Menurut Krikelas yang dikutip oleh Ishak (2006:91) menyatakan “… when the current state of the possessed knowledge is less than needed”. Dengan kata lain, kebutuhan informasi timbul ketika pengetahuan yang dimiliki seseorang kurang dari yang dibutuhkan, sehingga mendorong seseorang untuk mencari informasi.

Berdasarkan pendapat di atas maka kebutuhan informasi merupakan segala sesuatu yang ada dalam diri seseorang yang muncul berdasarkan adanya beberapa motif, baik dalam diri sendiri maupun di lingkungan akibat adanya kesenjangan dari pengetahuan.

Ini berarti pengidentifikasian kebutuhan informasi merupakan suatu proses dimana merincikan data-data yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan pengguna, kemudian diolah dan disampaikan kepada pengguna

.

2.1.2 Metode Identifikasi Informasi

Dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi, maka perlu adanya suatu cara atau metode agar hasil yang didapatkan sesuai dengan kebutuhan dari penggunanya. Adapun cara yang dapat dilakukan dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi adalah:

• Mengamati usulan permintaan informasi berdasarkan permasalahan yang dihadapi atau yang teramati pada waktu pelaksanaan

• Berasal dari jawaban terhadap kuesioner tentang kebutuhan informasi daerah yang dihimpun sebelum kegiatan penyusunan paket dimulai

• Berasal dari wawancara dengan pengguna target (peneliti/penyuluh). Pada saat itulah pertanyaan tentang kondisi lingkungan dan kebutuhan informasi


(13)

daerah dipertajam identifikasinya. Melakukan wawancara dengan peneliti dan penyuluh sangatlah mengenai kemungkinan pelaksanaan program-program tersebut di wilayahnya, apa kendala yang mungkin dihadapi dalam pelaksanaan program tersebut, dan informasi bagaimana yang dia perlukan untuk menanggulangi kendala tersebut. Untuk pewawancara tentunya diperlukan tenaga yang dapat menggiring pembicaraan ke arah pemecahan masalah di lapangan.

• Berdasarkan permintaan dari pengguna, hal tersebut dilakukan secara komersial (Dewiyana dan Siregar, 2010:7-8).

Selain itu, metode dalam pengidentifikasian kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan cara:

• Pengamatan Praktis

Pengamatan praktis dilapangan dalam melakukan identifikasi kebutuhan informasi memberikan bantuan dan gambaran bagi pihak yang melakukan identifikasi.

Wawancara (Interview)

Wawancara adalah proses tanya jawab dengan seseorang atau sekelompok orang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Orang yang mewawancarai dinamakan pewawancara (interviewer) dan orang yang diwawancarai dinamakan pemberi wawancara (interviewee) atau responden. Wawancara merupakan proses pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu orang atau lebih ke orang lain. Dalam proses wawancara, pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah pokok bahasan.

Tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang lengkap, akurat, dan adil (fair).

Angket atau Kuesioner (Questionnaires)

Angket atau kuesioner merupakan salah satu teknik pengumpulan data secara tidak langsung (tidak langsung bertanya jawab dengan responden). Instrumen


(14)

pengumpulan datanya disebut angket. Angket berisi sejumlah pertanyaan dan pernyataan yang harus dijawab/direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau pernyataan sesuai dengan persepsinya. Keuntungan penyebaran angket (kuesioner) antara lain relative murah dan cepat dari pada interview. Metode ini tidak membutuhkan investigator yang terlatih hanya perlu ahli untuk mendesain kuesioner. Metode ini harus menggunakan kuesioner standar. Kuesioner dapat dikirimkan ke lingkungan kerja pengguna (Sankarto, 2008 : 12-19).

Berdasarkan paparan diatas maka pengidentifikasian kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan bermacam metode. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan teknik wawancara. Teknik wawancara dilakukan agar mempermudah pewawancara dalam mengetahui apa yang menjadi kebutuhan dari para pengguna. Teknik ini juga mempermudah orang yang akan diwawancarai dalam menyampaikan informasi apa yang sedang dibutuhkan.

Menurut Devadson dan Lingam (1996:3) salah satu metode yang dapat dilakukan dalam pengidentifikasian informasi adalah dengan melakukan wawancara. Hal ini dilakukan dengan menyusun pertanyaan yang relevan untuk dipertanyakan. Semua hal ini tergantung pada kategori dari penggunanya, lingkungan dan peranan yang dipegangnya

Menurut Devadson (1996:3) hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan wawancara adalah:

• a rough estimate of a list of anticipated information needs of each user (a sort of a forecast of the information needs);

• the types of information services required;

• the existing information sources and services in the organisation which are being used; and

• the sources and services that are available but not used.

Maksudnya adalah informasi apa saja yang dibutuhkan oleh pengguna, jenis informasi apa saja yang dibutuhkan, serta sumber informasi yang dibutuhkan.

Menurut Devadson (1996: 3) “If the investigation of information needs is to be successful, it is important to bear in mind that the person chosen to be the


(15)

Information Needs Identifier (INI) will need to be acceptable at all levels of users (and the management) and have credibility”. Ini berarti pengidentifikasian terhadap kebutuhan informasi akan menjadi sukses apabila orang yang dipilih untuk diidentifikasi terdiri dari semua tingkatan yang memiliki kredibilitas yang tinggi.

2.1.3 Jenis-Jenis Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi yang dimiliki setiap orang selalu berbeda-beda. Menurut Javerlin (2003:23) jenis-jenis informasi dikelompokkan berdasarkan:

1. Informasi yang berkaitan dengan masalah, menggambarkan struktur, sifat dan syarat dari masalah yang sedang dihadapi, misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, informasi yang dibutuhkan adalah mengenai jenis, tujuan dan masalah yang dihadapi dalam membangun konstruksi jembatan

2. Informasi yang berkaitan dengan wilayah terdiri dari pengetahuan tentang fakta, konsep, hukum dan teori dari wilayah permasalahan. Misalnya dalam masalah konstruksi jembatan, wilayah informasi yang diperlukan adalah kekuatan dan tingkat pemuaian besi. Jenis informasi yang dibutuhkan berupa uji ilmiah dan teknologi informasi

3. Informasi sebagai pemecahan masalah, menggambarkan bagaimana melihat dan memformulasikan masalah, apa masalah dan wilayah informasi bagaimana yang akan digunakan dalam upaya memecahkan masalah. Misalnya dalam konstruksi jembatan, insyinyur perencana akan menghadapi pro dan kontra mengenai berbagai informasi desain jenis jembatan. Ini hanya dapat dipecahkan pada keahlian seseorang dan pengetahuan yang dimiliki. Berdasarkan uraian di atas, dalam menentukan jenis kebutuhan informasi pengguna sangatlah sulit, itu disebabkan oleh banyaknya kebutuhan informasi yang dimiliki setiap pengguna, seperti penentuan terhadap masalah yang akan dibahas. Untuk itu perlu adanya dilakukan pendekatan kepada pengguna untuk mengetahui lebih jelas mengenai kebutuhan dari pengguna.


(16)

Kebutuhan dapat muncul dari beberapa faktor. Menurut Katz, Gurevitch, dan Has dalam Yusuf (1995:3) kebutuhan itu muncul dari beberapa faktor diantaranya:

1. Kebutuhan kognitif. Kebutuhan ini berkaitan erat dengan kebutuhan untuk

memperkuat atau menambah informasi, pengetahuan, dan pemahaman seseorang akan lingkungannya. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat seseorang untuk memahami dan menguasai lingkungannya. Hal ini memang benar bahwa orang menurut pandangan psikologi kognitif mempunyai kecenderungan untuk mengerti dan menguasai lingkungannya. Di samping itu, kebutuhan ini juga dapat memberikan kepuasan atas hasrat keingintahuan dan penyelidikan seseorang.

2. Kebutuhan afektif. Kebutuhan ini dikaitkan dengan penguatan estetis, hal

yang dapat menyenangkan, dan pengalaman-pengalaman emosional. Berbagai media, baik media cetak maupun media elektronik, sering dijadikan alat untuk mengejar kesenangan dan hiburan. Orang membeli radio, televisi, menonton film, dan membaca buku-buku bacaan ringan dengan tujuan untuk mencari hiburan.

3. Kebutuhan integrasi personal (personal integrative needs). Kebutuhan ini

sering dikaitkan dengan penguatan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas, dan status individu. Kebutuhan-kebutuhan ini berasal dari hasrat seseorang untuk mencari harga diri.

4. Kebutuhan integrasi sosial (social integrative needs). Kebutuhan ini dikaitkan

dengan penguatan hubungan dengan keluarga, teman, dan orang lain di dunia. Kebutuhan ini didasari oleh hasrat seseorang untuk bergabung atau berkelompok dengan orang lain.

5. Kebutuhan berkhayal (escapist needs). Kebutuhan ini dikaitkan dengan

kebutuhan-kebutuhan untuk melarikan diri, melepaskan ketegangan, dan hasrat untuk mencari hiburan atau pengalihan (diversion).

Menurut Nicholas dalam Ishak (2006: 93) menyatakan bahwa ada lima faktor yang mempengaruhi kebutuhan informasi pemakai, yaitu:


(17)

2. Personalitas, yaitu aspek psikologi dari pencari informasi, yang meliputi ketepatan, ketekunan dalam mencari informasi, pencarian secara sistematis, motivasi dan kemauan menerima informasi dari teman, kolega dan atasan 3. Waktu

4. Akses, yaitu menelusur informasi secara internal (di dalam organisasi) dan eksternal (di luar organisasi) dan

5. Sumber daya tekhnologi yang digunakan untuk mencari informasi.

Menurut Devadson (1996 : 3) Information needs are affected by a variety of factors such as:

• The range of information sources available, • The uses to which the information will be put

• The background, motivation, professional orientation and other individual characteristics of the user;

• The social, political, economic, legal and regulatory systems surrounding the user; and

• The consequences of information use (4).

Berdasarkan pendapat Devadson maka kebutuhan informasi dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya adanya ketersediaan sumber informasi, kegunaan dari informasi latar belakang, motivasi, karakteristik yang dimiliki oleh pengguna, serta adanya konsekuensi dari penggunaan informasi.

Oleh karena itu, berdasarkan pendapat para ahli di atas banyaknya faktor yang menentukan dalam pemenuhan kebutuhan informasi, sehingga mengakibatkan juga banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dari pengguna informasi.

Wilson (1981) juga menguraikan faktor yang secara bertingkat mempengaruhi kebutuhan informasi, seperti digambarkan pada Gambar-1.


(18)

(Sumber : Wilson, 1994)

Gambar – 1: Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Informasi

Pada Gambar tersebut di atas terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kebutuhan informasi, yaitu:

a. Kebutuhan individu (person)

Kebutuhan yang ada dalam diri individu meliputi kebutuhan psikologis (psychological needs), kebutuhan afektif (affectif needs) dan kebutuhan kognitif (cognitive needs). Ketiga kebutuhan ini secara langsung mempengaruhi kebutuhan informasi.

b. Peran sosial (social role)

Peran sosial meliputi peran kerja (work role) dan tingkat kinerja (performance

level), akan mempengaruhi faktor kebutuhan yang ada dalam diri individu.

c. Lingkungan (environment)

Faktor lingkungan, meliputi lingkungan kerja (work environment), lingkungan sosial-budaya (social-cultural environment), lingkungan politik-ekonomi (politiceconomic environment) dan lingkungan fisik (physical environment) mempengaruhi faktor peran sosial maupun factor kebutuhan individu.


(19)

Sehingga terjadi pengaruh bertingkat yang akan membentuk kebutuhan informasi.

Menurut Guha dalam Syaffril (2004:18-19) dalam melakukan pengidentifikasian kebutuhan informasi dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yaitu:

1. Current need approach, yaitu pendekatan kepada kebutuhan pengguna

informasi yang sifatnya mutakhir. Pengguna berinteraksi dengan sistem informasi dengan cara yang sangat umum untuk meningkatkan pengetahuannya. Jenis pendekatan ini perlu ada interaksi yang sifatnya konstan antara pengguna dan sistem informasi.

2. Everyday need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna

yang sifatnya spesifik dan cepat. Informasi yang dibutuhkan pengguna merupakan informasi yang rutin dihadapi oleh pengguna.

3. Exhaustic need approach, yaitu pendekatan terhadap kebutuhan pengguna

akan informasi yang mendalam, pengguna informasi mempunyai ketergantungan yang tinggi pada informasi yang dibutuhkan dan relevan, spesifik, dan lengkap.

4. Catching-up need approach, yaitu pendekatan terhadap pengguna akan

informasi yang ringkas, tetapi juga lengkap khususnya mengenai perkembangan terakhir suatu subyek yang diperlukan dan hal-hal yang sifatnya relevan.

Menurut Taylor, ada empat lapisan atau tingkatan yang dilalui oleh pikiran manusia sebelum sebuah kebutuhan benar-benar dapat terwujud secara pasti:

1. Visceral need, yaitu tingkatan ketika need for information not existing in the remembered experience of the inquirer yaitu ketika kebutuhan informasi

belum sungguh-sungguh dikenali sebagai kebutuhan, sebab belum dapat dikaitkan dengan pengalaman-pengalaman seseorang dalam hidupnya. Dengan kata lain informasi yang aktual yang dibutuhkan tetapi tidak dapat diungkapkan.

2. Conscious need, yaitu ketika seseorang mulai menggunakan mental-description of an ill-defined area of indecision atau ketika seseorang mulai

mereka-reka apa sesungguhnya yang ia butuhkan. Pada tingkatan ini kebutuhan informasi mulai dapat dijelaskan atau digambarkan.

3. Formalized need, yaitu ketika seseorang mulai secara lebih jelas dan terpadu

dapat mengenali kebutuhan informasinya. Ditahapan ini kebutuhan dinyatakan dengan resmi.

4. Compromised need, yaitu ketika seseorang mengubah-ubah rumusan

kebutuhannya karena mengantisipasi, atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.

Berdasarkan pendapat diatas maka kebutuhan informasi memiliki beberapa tingkatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi kebutuhan informasi. Selain itu


(20)

juga harus dilakukannya pendekatan guna mempermudah dalam proses pemenuhan dari kebutuhan informasi.

2.1.5 Struktur dari Kebutuhan Informasi

Informasi saat ini dianggap sebagai fenomena yang sangat kompleks yang dihasilkan oleh lingkungan disekitar, dengan adanya hal tersebut maka dibutuhkan adanya suatu struktur dari kebutuhan informasi.

(Sumber: Kancleris 1977)

Gambar 2: Structure of information need

Berdasarkan gambar yang di atas dapat diketahui bahwa kebutuhan informasi itu muncul akibat adanya kebutuhan akan informasi yang tidak terbatas, dengan adanya informasi yang tidak terbatas tersebut maka dapat diketahui lah bahwa apa bentuk dari kebutuhan, setelah bentuk dari kebutuhan akan informasi tersebut diketahui maka kebutuhan itu harus dipenuhi guna mendapatkan informasi yang akurat dan bermanfaat.

2.1.6 Karakteristik Kebutuhan Informasi

Kebutuhan informasi yang berbeda-beda menyebabkan adanya karakteristik dari kebutuhan informasi. Menurut Nicholas yang dikutip oleh Ishak (2006:94), ia menyatakan bahwa ada sebelas karakteristik kebutuhan informasi yaitu :


(21)

1. Pokok Masalah (Subject)

Subject atau pokok masalah yang ada dalam informasi merupakan hal yang

paling mudah untuk dilihat. Dalam menguraikan pokok masalah dalam kebutuhan informasi ada beberapa aspek yang harus dipertimbangkan, yaitu : Beberapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam informasi, seberapa jauh kedalam pokok masalahnya, dan apakah terdapat masalah dalam menetukan subjek yang lebih rinci.

2. Fungsi (Function)

Pengguna informasi memiliki fungsi yang berbeda dalam memanfaatkan setiap informasi yang didapatkannya.Pada dasarnya pengguna membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu: fungsi temuan, fungsi aktualisasi informasi, fungsi penelitian, fungsi penyegaran dan fungsi pendorong.

3. Sifat (Nature)

Sifat informasi yang dimaksudkan seperti informasi berubah pada periode tertentu, informasi juga akan merubah pemikiran orang.

4. Tingkat Intelektual (Intellectual Level)

Tingkat intelektual orang berbeda-beda, inilah salah satu hal yang menyebabkan bahwa kebutuhan informasi setiap orang juga berbeda. Dalam pemahaman setiap informasi yang diterima, pengguna juga memerlukan tingkat intelektualitas.

5. Titik Pandang (View Point)

Informasi dalam setiap bidang dilihat dengan titik pandang atau view point yang berbeda. Oleh karena itu untuk memudahkannya dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran dan bidangnya masing-masing.

6. Kuantitas (Quantity)

Setiap pengguna informasi tentu membutuhkan jumlah informasi yang berbeda dalam memenuhi kebutuhan informasi. Jumlah informasi ditentukan oleh setiap individu artinya, setiap pengguna mampu untuk menentukan batasan informasinya masing-masing.

7. Kualitas (Quality)

Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap penggunaan informasi.

8. Batas Waktu Pengiriman (Date)

Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi yang berbeda – beda.

9. Kecepatan pengiriman (Speed of Delivery)

Kecepatan pengiriman merupakan salah satu hal yang mempengarui kualitas informasi. Jika waktu pengiriman lama, maka informasi yang datang juga lama ini akan mengakibatkan sulit untuk mengambil keputusan.


(22)

Bagi pengguna informasi tempat asal publikasi merupakan faktor yang dapat membantu dalam mencari pokok permasalahan.

11.Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and packaging)

Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian dari pokok masalah hingga riset, sedangkan pemrosesan misalnya disajikan dalam bentuk cetak atau elektronik.

Untuk mengetahui kebutuhan informasi dari pengguna maka perlu dilakukannya pemfokusan terhadap beberapa karakteristik saja diantaranya pokok masalah, fungsi, sifat, tingkat intelektual, serta batas waktu informasi, dengan adanya karakteristik ini maka mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan informasi.

2.2Penelitian

Penelitian adalah bagian dari upaya akademik untuk menemukan solusi ilmiah bagi persoalan-persoalan manusia. Di dalam kegiatan penelitian terkandung foci of

attention (fokus perhatian), tingkat perkembangan, dan isi intelektual (Dewiyana,

2009:9). Ketiga aspek tersebut harus terdapat pada sebuah penelitian agar hasil penelitian sesuai dengan masalah yang akan diselesaikan solusinya kemudian dapat dikembangkan hasilnya menjadi temuan-temuan baru.

Penelitian merupakan usaha pemecahan masalah berdasarkan fakta-fakta yang diolah secara sistematis berdasarkan ilmu pengetahuan dengan metode ilmiah (Amran, 2006: 5).

Berdasarkan pendapat diatas maka penelitian merupakan suatu proses atau cara yang dilakukan oleh individu maupun kelompok dalam memecahkan suatu masalah berdasarkan dengan ilmu pengetahuan secara ilmiah.

Aktivitas dalam penelitian terdiri dari:

• Pengumpulan fakta, yaitu berupa pengambilan data-data sesuai dengan fakta yang terjadi di lingkungan sekitar.

• Analisis dan sintesis, yaitu melakukan penganalisisan atau pun pengevaluasiaan terhadap data-data yang didapatkan

• Pengambilan keputusan, yaitu menarik sebuah kesimpulan ataupun makna dari hasil data yang telah dianalisis maupun diolah (Amran, 2006:7)


(23)

• Tujuannya jelas

• Dilakukan dengan hati-hati, cermat dan teliti • Rancangan metodologi yang cermat dan jelas • Mengembangkan hipotesis yang dapat diuji

• Dapat diulang oleh peneliti lain sehingga dapat diuji validitas dan reliabilitasnya

• Memiliki akurasi yang tinggi (dapat diterima) • Obyektif, kesimpulan berdasarkan fakta • Konsistensi istilah

• Koherensi : terdapat keterkaitan antar bagian • Berimbang antara nilai manfaat dengan biaya

Fokus perhatian dalam suatu penelitian adalah masalah, masalah yang muncul dalam pikiran peneliti berdasarkan penelaahan situasi yang meragukan (a perplexing

situation). Masalah adalah titik sentral dari keseluruhan penelitian.

Orang yang melakukan penelitian disebut sebagai peneliti. Peneliti yang berada pada PPKS memiliki berbagai macam kegiatan penelitian, dan para peneliti di PPKS membentuk kelompok-kelompok peneliti (Kelti) seperti Kelti Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi Tanaman, Kelti Tanah dan Agronomi, Kelti Proteksi Tanaman, Kelti Enjinering dan Lingkungan, Kelti Pengolahan Hasil dan Mutu, dan Kelti Sosio Tekno Ekonomi. Oleh karena penelitian yang sangat bervariasi maka semakin banyak juga kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan oleh seorang peneliti. Meskipun PPKS adalah lembaga nirlaba, tetapi PPKS menempatkan diri sebagai bagian dari bisnis sehingga penelitian-penelitiannya berorientasi pada bisnis, baik berskala kecil maupun besar.

2.3Informasi

2.3.1 Jenis Informasi

Informasi memiliki enam komponen yang masing-masing memiliki sifat, karakteristik, dan kekhasannya masing-masing.


(24)

Adapun keenam komponen atau jenis informasi tersebut adalah:

1. Absolute information, merupakan pohonnya informasi, yaitu jenis informasi

yang disajikan dengan suatu jaminan dan tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut.

2. Substitutional information, yaitu jenis informasi yang merujuk kepada kasus

dimana konsep informasi digunakan untuk sejumlah informasi. Dalam pengertian ini, informasi kadangkala digantikan dengan istilah komunikasi. 3. Philosophic information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan

konsep-konsep yang menghubungkan informasi pada pengetahuan dan kebijakan. 4. Subjective information, yaitu jenis informasi yang berkaitan dengan perasaan

dan emosi manusia. Kehadiran informasi ini bergantung pada orang yang menyajikannya.

5. Objective information, yaitu jenis informasi yang merujuk pada karakter logis

informasi-informasi tertentu.

6. Cultural information, yaitu informasi yang memberikan tekanan pada dimensi

kultural. (Muchyidin dalam Koswara, 1998 : 139) Selain itu informasi terdiri dari 4 jenis, yaitu :

1. Monitoring information, yaitu jenis informasi dimana informasi berfungsi

untuk mengkonfirmasi tindakan yang akan diambil.

2. Problem finding information, informasi harus mewakili atau menjawab

masalah yang ada.

3. Action information, informasi yang menggambarkan bahwa akan diambil

sebuah tindakan.

4. Decision support, hasil dari tindakan yang telah diambil, akan dijadikan bahan

untuk mengambil keputusan. (Davis, 1991:32).

Berdasarkan Penjelasan dari dua pendapat di atas maka sebuah informasi yang muncul saat ini dapat dibagi berdasarkan jenisnya, sehingga setiap informasi yang ada memilki jenis yang berbeda-beda.

2.3.2Parameter dari Informasi

Menurut Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Hasugian (2009:93), informasi memiliki beberapa parameter yaitu :


(25)

1. Kuantitas informasi

Berkaitan dengan pengertian bahwa informasi dapat diukur dalam jumlah dokumen, halaman, kata huruf, bit, gambar, lukisan dan lain-lainnya.

2. Isi, Merupakan makna dari informasi itu sendiri. 3. Struktur

Struktur atau format ataupun tata susunan informasi serta hubungan logisnya dengan pernyataan atau unsur yang dapat dijadikan parameter dalam menilai informasi.

4. Bahasa, simbol, abjad, kode dan sintaks yang mengungkapkan suatu gagasan atau ide.

5. Hidup yang merupakan jumlah rentang waktu saat nilai dapat diambil dari informasi.

Berdasarkan pendapat di atas, untuk menentukan apakah informasi itu bernilai atau tidak maka dibutuhkan adanya sebuah parameter atau pengukuran dari informasi yang ada, sehingga dengan adanya parameter tersebut maka kita dapat mengetahui bahwa kuantitas, isi, struktur, bahasa dari informasi tersebut bernilai atau tidak.

2.3.3Ciri-Ciri dari Informasi

Informasi memiliki ciri-ciri, diantaranya:

1. Benar/salah, berhubungan dengan kebenaran terhadap kenyataan 2. Baru, informasi yang dihasilalan benar-benar baru bagi penerimanya

3. Tambahan informasi dapat diperbaharui/ memberikan adanya perubahan terhadap informasi yang telah ada.

4. Korektif, digunakan untuk melakukan koreksi terhadap informasi sebelumnya yang salah

5. Penegasan, dapat dipertegas informasi yang telah ada, sehingga keyakinan terhadap informasi semangkin meningkat (Davis, 1991: 29).

Berdasarkan paparan di atas bahwa informasi itu memiliki berbagai macam ciri-ciri dan semua itu berpengaruh terhadap hasil informasi yang didapatkan.

2.3.4Manfaat Informasi

Informasi sangat bermanfaat bagi para pengguna, karena dengan adanya informasi maka banyak data atau berita-berita terbaru yang dapat dengan cepat kita ketahui.


(26)

1. Menambah pengetahuan

Adanya informasi akan menambah pengetahuan bagi penerima yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan yang mendukung proses pengambilan keputusan.

2. Mengurangi ketidakpastian pemakai informasi

Informasi akan mengurangi ketidakpastian karena apa yang akan terjadi dapat diketahui sebelumnya, sehingga kemungkinan menghindari keraguan pada saat pengambilan keputusan.

3. Mengurangi resiko kegagalan

Adanya informasi akan resiko kegagalan karena apa yang akan terjadi dapat diantisipasi dengan baik, sehingga kemungkinan terjadinya kegagalan akan dapat dikurangi dengan pengambilan keputusan yang tepat.

4. Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan

Mengurangi keanekaragaman yang tidak diperlukan akan mengahasilkan keputusan yang lebih terarah.

5. Memberikan standar, aturan-aturan, ukuran-ukuran dan keputusan untuk menentukan pencapaian, sasaran dan tujuan. (Sutanta, 2003:11).

Pendapat di atas menunjukuan bahwa dengan informasi akan memberikan standard, aturan, ukuran dan keputusan yang lebih terarah untuk mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan secara lebih baik berdasarkan informasi yang diperoleh.

2.3.5Kualitas Informasi

Informasi yang muncul saat ini juga harus adanya dilakukan penilaian terhadap sebuah informasi yang didapatkan.

Menurut Ahituv yang dikuti oleh Jogiyanto (2007:16), mengukur kualitas informasi dapat dilakukan dengan menggunakan 5 macam karakteristik yaitu:

1. Akurasi (accuracy) 2. Tepat waktu (timelines) 3. Relevan (relevance) 4. Agregasi (aggregation) 5. Pemformatan (formatting)

Sedangkan Swanson yang dikutip oleh Jogiyanto (2007:16), mengukur kualitas informasi dengan pengukuran keunikan (uniquness), ketepatan (conciseness), kejelasa (clarity) dan keterbacaan (readability).


(27)

Berdasarkan paparan diatas maka informasi dikatakan berkualitas tergantung dari 4 hal yaitu :

1. Akurat (Accurate)

Informasi dikatakan akurat apabila seluruh informasi yang didapatkan dapat disampaikan dengan benar atau sesuai, serta lengkap sesuai dengan yang dibutuhkan oleh penggunanya.

2. Tepat waktu (timelines)

Informasi yang ada jika disampaikan tepat pada waktunya maka sangat bermanfaat bagi yang menerima informasi. Informasi harus disampaikan pada saat informasi tersebut dibutuhkan, jika informasi tidak disampaikan pada saat yang dibutuhkan maka nilai dari informasi akan lebih rendah kegunaanya. 3. Relevan (relevance)

Informasi dikatakan relevan apabila informasi tersebut sesuai dengan kebutuhan dari yang membutuhkan informasi.

4. Ekonomis

Informasi dikatakan ekonomis apabila memiliki daya jual yang tinggi dalam menghasilkan informasi tersebut.

5. Dapat dipercaya (reliability)

Informasi yang dihasilkan harus dapat dipercaya sumbernya dari mana informasi itu didapatkan

.

2.4 Sumber-Sumber Informasi

Informasi yang kita temukan sehari- hari bersumber dari mana saja dan sumber informasi tersebut adakalanya tidak memilki tingkat relevansi yang tinggi. Sumber-sumber dari informasi dapat diperoleh melalui buku, jurnal, majalah, hasil-hasil penelitian (tesis, dan disertasi), internet, Koran, dll.

Menurut Suwanto dalam Harisanty (2009), menyatakan bahwa “sumber informasi merupakan sarana penyimpanan informasi”. Pendapat ini didukung oleh Soeatminah (1992:49) bahwa “sumber informasi yang beraneka ragam bentuk atau


(28)

wadahnya, perlu diatur dan ditata dengan baik agar mudah dan cepat ditemukan sewaktu-waktu dibutuhkan”.

Sumber-sumber informasi ilmiah dapat dibagi menjadi: 1. Manusia

Manusia sebagai sumber informasi dapat kita hubungi baik secara lisan maupun tertulis.Untuk mengetahui alamat dan bidang keahlian mereka dapat digunakan biografi, buku telepon, ensiklopedia, direktori, apa dan siapa, dan lain-lain. Kesempatan lain yang lazim digunakan untuk kontak langsung dengan sumber ini ialah pertemuan dalam bentuk ceramah, panel diskusi, konferensi, lokakarya, seminar dan lain-lain.

2. Organisasi

Badan atau lembaga penelitian baik pemerintah maupun swasta yang bergerak dalam bidang sejenis marupakan sumber informasi penting termasuk industri dan himpunan profesi. Mereka memiliki kemampuan karena mempunyai fasilitas berupa tenaga peneliti, peralatan atau laboratorium, perpustakaan, dan jasa informasi yang tersedia.

3. Literatur

Literatur atau publikasi dalam bentuk terbaca maupun mikro merupakan sumber informasi yang cukup majemuk. Literatur dapat dikelompokkan menjadi :

a. Literatur primer adalah bentuk dokumen yang memuat karangan yang lengkap dan asli. Jenisnya berupa makalah, koleksi karya ilmiah, buku pedoman, buku teks, publikasi resmi, berkala, dan lain-lain.

b. Literatur sekunder mengacu ke literatur primer disebut juga sebagai sarana dalam penemuan informasi pada literature primer. Jenisnya berupa indeks, bibliografi, abstrak, tinjauan literatur, katalog induk dan lain-lain (Menurut Setiarso, 1997:5-6).


(29)

The information needs of the organization and library users is essential in determining the role and the value of the library. The library may be providing exactly the information or service requested by users, but unless they perceive that this information is exactly what they need and that they will benefit from an interaction with the library, they will most likely not even go to the library. (Tracey, 2001: 1).

Ini berarti bahwa kebutuhan informasi dari pengguna dan organisasi merupakan hal yang terpenting dalam menentukan peran dan nilai dari perpustakaan. Perpustakaan dapat memberikan informasi atau layanan yang dibutuhkan oleh pengguna.

Dalam artikelnya Adam (2009:1), menyebutkan ada beberapa kriteria dalam memilih sumber informasi yaitu :

1. Relevansi

Relevansi, mengacu pada sejauh mana informasi yang ingin dicari sesuai dengan masalah yang akan dibahas. Ketika tidak memperhatikan aspek relevansi ini, maka akan membuang-buang waktu dan tenaga dalam mencari informasi.

2. Kredibilitas

Sebuah informasi yang kredibel adalah informasi yang berkualitas dan dapat dipercaya. Kredibilitas informasi biasanya berhubungan dengan kredibilitas penulisnya, lembaganya, pemanfaatannya dan proses pembuatannya

3. Pemanfaatannya

Semakin banyak tulisan seorang dalam sebuah jurnal disitir orang maka semakin kredibel dan bermanfaatlah informasi tersebut.

4. Proses penciptaan

Informasi yang telah tersedia akan dievaluasi, hingga memiliki mutu yang lebih baik.


(30)

Kemutakhiran sebuah buku ataupun karya tulis dapat dilihat dari tahun publikasi dari tulisan tersebut.

6. Obyektifitas

Sebuah tulisan dikatakan obyektif jika tulisan tersebut tidak dipengaruhi oleh emosi atau pendapat pribadi penciptanya. Sebaliknya karya dikatakan obyektif jika karya tersebut didasarkan pada fakta atau fenomena yang dapat diamati.

7. Kedalaman informasinya

Penulis menggunakan sebuah pendekatan dalam penyajian karyanya dan ia mencantumkan kelebihan dan kekurangannya, maka informasi itu dapat dikatakan dalam.

Sumber dari informasi yang didapatkan paling tidak mimiliki:

1) Relevansi, relevansi merupakan sejauh mana informasi yang diinginkan sesuai dengan masalah yang akan dibahas.

2) Kredibilitas, kredibilitas merupakan kualitas dan kepercayaan. Informasi yang didapatkan harus dapat dipercaya. Hal ini berhubungan dengan siapa yang menulisnya, lembaga, serta tanggal dari proses pembuatannya.

3) Kemutakhiran, kemutakhiran suatu informasi dapat dilihat dari tahun publikasi tersebut.


(31)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskrptif berupa ucapan atau tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati (Bogdan dan Taylor, 1999: 21-22).

Penelitian kualitatif dapat dikaitkan dengan epistemology interpretif-konstruktivis. Salah satu karakteristik utama dari penelitian interpretif adalah adanya asumsi dasar bahwa semua hal yang diteliti saling terkait dalam sebuah jaringan yang sangat rumit dan menunjukkan berbagai kesalingterkaitan yang unik. (Pendit, 2003: 262)

Bentuk penelitian kualitatif merupakan bentuk penelitian yang didasarkan pada keadaan alamiah dan naturalism, yaitu kenyataan yang muncul dan didasarkan pada peristiwa-peristiwa naturalism nyata yang menjadi bahan kajian penelitian. Data tersebut diperoleh dari komunikasi langsung yang hasilnya akan dilaporkan berdasarkan analisis dari penelitian.

3.2Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penentuan lokasi merupakan tahapan yang harus dilakukan dalam penelitian. Secara substansi penelitian ini dilakukan pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit JL. Brigjen Katamso no 51, Medan. Waktu pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2011. Alasan pemilihan lokasi dikarenakan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) merupakan lembaga penelitian milik pemerintah yang bergerak dalam penelitian semua aspek kelapa sawit. Dengan adanya penelitian mengenai semua aspek kelapa sawit maka semakin banyaknya informasi yang dibutuhkan.

Berdasarkan beberapa kelebihan tersebut di atas, penelitian ini dirasa tepat untuk dilakukan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). Sehingga diharapkan


(32)

penulis dapat mempelajari kebutuhan-kebutuhan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti pada saat melakukan penelitian pada Pusat Penelitian kelapa Sawit.

3.3Proses Penelitian

Proses penelitian sangat diperlukan untuk mengetahui tahap-tahap atau cara yang diperlukan untuk mengelolah hasil yang akan didapat. Adapun proses penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

3.3.1Mengidentifikasi Informan

Informan dalam penelitian ini adalah peneliti dalam bidang kelapa sawit yang berada pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Informan ini merupakan orang yang dianggap mengetahui tentang masalah yang akan ditelitinya.

3.3.2Menentukan Informan

Peneliti yang berada pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara merupakan informan dalam penelitian ini. Penentuan informan dilakukan dengan menggunakan teknik snowball sampling (bergulir seperti bola salju). Snowball

sampling merupakan teknik penentuan informan yang digunakan dengan cara

menentukan satu informan kemudian dicari dan digali informasi mengenai masalah penelitian. Selanjutnya dari informan yang satu dicari kembali keterangan mengenai informan berikutnya hingga terus berantai.

Gambar 3. Rangkaian Rujukan Informan I1

I6 I5

I2 I3


(33)

Dari gambar yang tertera di atas dapat dilihat bahwa dari informan pertama merujuk ke informan selanjutnya. Seperti Informan pertama (I1) merujuk ke informan

kedua (I2). Begitu juga dengan informan kedua yang telah diminta keterangannya

sampai informan keenam (I6).

Penelitian yang dilakukan saat ini tidak menentukan jumlah informan untuk diwawancarai dalam memperoleh informasi mengenai topik yang dibahas. Penentuan informan didasarkan pada karakteristik yang ditentukan sesuai dengan tujuan dari penelitian. Penentuan informan yang pertama (Entry Point) diwawncarai berdasarkan criteria yang sesuai dengan tujuan penelitian.

3.3.3Mengumpulkan Data

Pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melalui wawancara mendalam (depth interview), data yang didapatkan direkam dengan tape

recorder dan dibantu dengan alat tulis lainnya. Data yang didapatkan kemudian

dibaca berulang-ulang agar penulis benar-benar mengerti tentang data atau hasil yang telah didapatkan.

3.3.4Analisis Data

Analisis data merupakan suatu cara untuk menata data secara sistematis dari hasil wawancara yang didapatkan, untuk meningkatkan pemahaman penulis tentang data yang akan diteliti. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilakukan untuk meningkatkan pemahaman itu adalah:

a. Pengelompokan Berdasarkan Kategori, Tema dan Pola Jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan adanya pengetahuan yang mendalam terhadap data serta adanya keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul diluar lapangan dengan apa yang ingin digali.

Pada penelitian ini, peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh informan. Data yang telah dikelompokkan kemudian dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek


(34)

b. Menguji Asumsi atau Permasalahan yang ada Terhadap Data

Setelah kategori dan data tergambar jelas, kemudian peneliti menguji data tersebut terhadap asumsi yang dikembangkan dalam penelitian ini.

c. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Berdasarkan kesimpulan yang yang telah didapat, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif atau penjelasan lain tentang kesimpulan yang didapat.

3.3.5 Menulis Hasil Penelitian

Data dari informan yang telah didapatkan kemudian diperiksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari informan yang dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti benar tentang permasalahannya, kemudian dianalisis, sehingga mendapatkan gambaran dari hasil wawancara.

3.3.6Menarik Kesimpulan

Kesimpulan akhir merupakan keadaan yang belum jelas, kemudian meningkat sampai pada pernyataan yang telah memiliki landasan yang kuat dari proses analisis terhadap gejala yang ada atau dari beberapa permasalahan yang didiskusikan dengan berbagai pihak yang relevan yang akhirnya terjadi sebuah kesimpulan.

3.4Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan: 1. Wawancara, Wawancara adalah proses Tanya jawab dengan seseorang atau

sekelompok orang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya tentang suatu hal atau masalah. Wawancara merupakan proses pertukaran informasi, opini, atau pengalaman dari satu orang atau lebih ke orang lain. Dalam proses wawancara, pewawancara adalah yang menyebabkan terjadinya diskusi tersebut dan menentukan arah pokok bahasan. Tujuan wawancara adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang lengkap, akurat, dan adil (fair). Wawancara dilakukan secara langsung dengan Peneliti pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit


(35)

2. Observasi, observasi merupakan pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap keadaan yang ada dilapangan. Observasi dilakukan sebelum dan selama melakukan penelitian yang meliputi gambaran umum, suasana kehidupan social, kondisi fisik, dan kondisi social yang terjadi.

3. Studi Dokumentasi, selain melakukan teknik wawancara, penulis juga melakukan studi dokumentasi demi menunjang kelengkapan data yaitu melalui buku, majalah, jurnal, artikel yang tersedia dalam media online maupun yang ada di perpustakaan.

3.5Jenis dan Sumber Data

Jenis dan Sumber data yang diperlukan adalah: 1. Data Primer

Data primer penelitian ini adalah hasil wawancara dan pengamatan penulis berupa kata-kata, sikap dan pemahaman dari subjek yang diteliti sebagai dasar utama melakukan interpretasi data.

2. Data Sekunder

Data sekunder yang dibutuhkan untuk memaksimalkan keberhasilan dalam penelitian, diantaranya buku-buku, internet, majalah, jurnal, artikel yang berhubungan dengan penelitian ini.

3.6 Keabsahan Data (Validity)

Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan beberapa metode triangulasi, yaitu teknik yang dilakukan dengan meminta penjelasan lebih lanjut. Data diperoleh dengan mencari informasi lebih dari satu orang. Adapun teknik triangulasi yang digunakan adalah :

1. Triangulasi Data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, hasil wawancara dan hasil observasi.


(36)

2. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

3. Triangulasi Metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.


(37)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Latar a. Sejarah

Pusat Penelitian Kelapa Sawit merupakan gabungan dari 3 lembaga penelitian, yaitu Pusat Penelitian Perkebunan (Puslitbun) Medan, Puslitbun Marihat, dan Puslitbun Bandar Kuala yang didirikan berdasarkan surat keputusan Ketua DPH-AP31 No.084/DPH/XII/1993 pada 24 Desember 1992. Pusat Penelitian Kelapa Sawit berada dalam koordinasi Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Asosiasi Penelitian Perkebunan Indonesia yang anggotanya terdiri dari PT. Perkebunan Nusantara dan PT Rajawali Nusantara Indonesia. Dalam melaksanakan kegiatannya, PPKS dibina oleh Dewan Penyantun LRPI yang beranggotakan Direktur Jenderal Perkebunan, Kepala Badan Litbang Pertanian, Deputi Menteri Negara BUMN Bidang Agro Industri, Kehutanan, Kertas, Percetakan dan Penerbitan, dan Direktur Jenderal Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan yang mewakili pemerintah.

b.Visi dan Misi

Sebagai lembaga penelitian yang merasa memiliki kewajiban dalam memajukan industri kelapa sawit di Indonesia, PPKS memiliki visis dan misi dalam melaksanakan segala kegiatannya. Menjadi lembaga penelitian yang memegang peranan penting dalam pembangunan industri kelapa sawit Indonesia yang tangguh dan berkelanjutan melalui penyiapan paket teknologi yang mempunyai keunggulan kompetitif di pasar dalam dan luar negeri, merupakan visi PPKS ke depan. PPKS diharapkan menjadi center of excellence yang dijadikan acuan dalam penentuan kebijakan pembagunan industri kelapa sawit.

Sedangkan misi PPKS adalah menunjang industri kelapa sawit di Indonesia melalui penelitian dan pembangunan, serta pelayanan. Diharapkan melalui paket teknologi maupun pengembangan IPTEK yang dihasilkan, PPKS dapat menjadi


(38)

motor penggerak (prime mover) bagi pengembangan industri perkebunan kelapa sawit di Indonesia.

c . Struktur Organisasi

PPKS dipimpin oleh seorang Direktur, yang dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh Kepala Bidang Penelitian, Kepala Bidang Usaha, Kepala Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman, dan Kepala Biro Umum/SDM. Dengan struktur organisasi PPKS diharapkan sasaran dan tujuan PPKS dalam mengemban visi dan misinya dapat tercapai sesuai dengan harapan banyak pihak.

Bidang Penelitian PPKS terdiri dari 7 kelompok peneliti (Kelti) yaitu Pemuliaan Tanaman, Bioteknologi Tanaman, Ilmu Tanah dan Agronomi, Proteksi Tanaman, Pengolahan Hasil dan Mutu, Enjinering dan Lingkungan, serta Sosio Teknoekonomi. Koordinasi kegiatan penelitian di setiap Kelti dilakukan oleh seorang Ketua Kelti.

Biro Umum/ Sumber Daya Manusia mempunyai 3 urusan, yaitu Urusan Sumber daya Manusia dan Hukum, Urusan Akuntansi dan Keuangan, serta Urusan Rumah Tangga. Urusan SPI langsung berada di bawah koordinasi Direktur. SPI berfungsi untuk memantau administrasi dan keuangan serta kemajuan pelaksanaan penelitian, pengembangan dan pelayanan. Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman membawahi 5 manager yaitu manager BRD, manager Pohon Induk/ Pohon Bapak, Manager QC/QA, manager Pemasaran dan Logistik, dan Manager Produksi.

Bidang Usaha terdiri dari empat unit usaha, yaitu Unit Usaha Marihat, Unit Usaha Medan, Manager Pengembangan Usaha dan Promosi, dan Manager Pelayanan dan Konsultasi. Unit Kebun Medan mengelola kebun percobaan yang terletak di Aek Pancur, Sei Pancur, Pagar Merbau, dan Bukit Sentang (Sumatera Utara), Betung (Sumatera Selatan), dan Parindu (Kalimantan Barat). Unit Kebun Marihat mengelola kebun percobaan yang terletak di Teluk Dalam, Pulau Maria, Pargarutan, Padang Bulan 17, Simirik, Sijambu-jambu, dan Padang Mandarsyah di Provinsi Sumatera Utara, serta Kalianta dan Dalu-dalu di Provinsi Riau.


(39)

Penelitian PPKS diarahkan untuk perbaikan mutu bahan tanaman, perbaikan teknik budidaya, pengembangan teknik perlindungan tanaman yang bersahabat dengan lingkungan, pengembangan industri hilir, pengelolaan dan pemanfaatan limbah pabrik kelapa sawit.

PPKS memiliki tujuh Kelompok Penelitian (Kelti) dan didukung oleh 60 orang Staf Peneliti yang terdiri dari 15 orang berpendidikan Doktor (S3) lulusan dalam dan luar negeri, 13 orang bergelar Master (S2) dan 32 orang bergelar Sarjana (S1) :

a. Kelompok Penelitian Pemuliaan Tanaman b. Kelompok Penelitian Bioteknologi Tanaman c. Kelompok Penelitian Proteksi Tanaman

d. Kelompok Penelitian Ilmu Tanah dan Agronomi e. Kelompok Penelitian Pengelolahan Hasil dan Mutu f. Kelompok Penelitian Enjinering dan Lingkungan g. Kelompok Penelitian Sosial dan Ekonomi

4. 2 Karakteristik Informan

Informan dalam penelitian ini adalah peneliti yang sedang melakukan kegiatan penelitian pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Sumatera Utara. Informan yang diambil dalam peneiltian ini sebanyak 6 orang. Dari ke-6 informan ditemukannya data yang berulang-ulang dan penulis masih meneruskan penggalian data kepada informan lain dengan harapan menemukan data baru dalam pengembangan wawasan . Berikut adalah daftar karakteristik informan :


(40)

Tabel 1 : Daftar Identitas Informan

No Kode Judul Penelitian Kelompok Peneliti Jenjang pendidikan 1. I1 Pemanfaatan Bakteri Endofit

untuk Tanaman Kelapa Sawit

Ilmu Tanah dan Agronomi

S1

2. I2 Misikarbon di Lahan

Gambut

Ilmu Tanah dan Agronomi

S2

3. I3 Jalan dan Material

Konstruksi

Rekayasa Teknologi dan Pengelolaan

Lingkungan

S1

4. I4 Produk Hilir Kelapa Sawit Pengolahan Hasil

dan Mutu

S1

5. I5 Desain Perkebunan Rakyat Sosio

Tekno-Ekonomi

S1

6. I6 RSS, Penelitian untuk

pemuliaan kelapa sawit

Pemuliaan Tanaman dan Bioteknologi

Tanaman

S1

Berdasarkan identitas informan di atas, dapat dilihat bahwa banyaknya variasi penelitian yang dimilki peneliti yang berada pada PPKS menyebabkan semakin banyak juga informasi yang dibutuhkan, dan hal itu berpengaruh terhadap jenjang pendidikan peneliti, karena semakin tingginya jenjang pendidikan peneliti maka semakin spesidik informasi yang dibutuhkan.

Informan pertama (I1) adalah informan yang diwawancarai dengan melakukan

perkenalan terlebih dahulu, sama halnya dengan I2, I3, I4, I5, I6. Setelah itu meminta

waktu sedikit untuk diwawancarai dan menjelaskan maksud serta tujuan untuk melakukan wawancara tersebut.


(41)

Proses bertemunya penulis dengan I1 adalah dimulai dengan menemui petugas

perpustakaan selanjutnya petugas tersebut memberikan petunjuk untuk datang menemui peneliti di Gedung Penelitian Ilmu Tanah dan Agronomi. Wawancara untuk I2 sama halnya dengan I1, hal ini dikarenakan I1 dan I2 berada pada gedung penelitian

yang sama. Informan ketiga (I3) diwawancarai di Gedung Penelitian Rekayasa

Teknologi dan Pengelolaan Lingkungan dengan mengadakan janji terlebih dahulu terhadap penelitinya. Informan keempat (I4) diwawancarai di Gedung Penelitian

Pengelolahan hasil dan Mutu, untuk I4, penulis meminta kesediaan sedikit waktu

kepada peneliti untuk diwawancarai, hal ini dikarena peneliti masih sedang melakukan kegiatan penelitian. Informan kelima diwawancarai di Gedung Penelitian Sosio Tekno-Ekonomi, I5 diwawancarai dalam keadaan tidak sedang melakukan

kegiatan. Wawancara ini dilakukan pada saat jam istirahat. Untuk informan keenam (I6), wawancara dilakukan di Gedung Penelitian Pemulian, penulis melakukan janji

terlebih dahulu dikarenakan peneliti pada bidang pemuliaan masih sedang mengerjakan tugas. Sehingga penulis diminta untuk menunggu sebentar. Setelah menyelesaikan tugas, informan keenam memberikan waktu kepada penulis untuk diwawancarai.

Wawancara dilakukan secara informal dengan menggunakan pedoman wawancara. Suasana pada saat melakukan wawancara bersifat latar alamiah, karena suasana dan kondisi ruangan tidak diatur sedemikian rupa untuk melakukan wawancara. Bahasa yang digunakan selama melakukan wawncara adalah bahasa informal yaitu menggunakan bahasa indonesia.

4.3 Kategori

Dalam penelitian ini, agar mendapatkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan, maka penulis melakukan coding dengan cara menyusun kerangka awal dari analisis data. Oleh karena itu, penulis membaca kembali transkip wawancara dan melakukan coding untuk mendapatkan hasil yang relevan dengan pokok pembicaraan yang diteliti sehinnga menghasilkan beberapa kategori. Adapun kategori tersebut adalah, sebagai berikut:


(42)

a. Kebutuhan Informasi b. Jenis Koleksi

c. Format Informasi d. Sumber Informasi e. Kualitas Informasi f. Konektivitas

4.3.1 Kebutuhan Informasi

Kategori pertama yang diperoleh dari hasil wawancara dengan keenam informan adalah berkaitan permasalahan yang dihadapi peneliti berdasarkan dari tugas penelitian.

Kebutuhan informasi dapat muncul pada saat peneliti melakukan penelitian. Hasil yang didapatkan dari data mengenai pelaksanaan tugas penelitian adalah bahwa pada saat penyusunan laporan informan menyatakan selalu menghadapi masalah dalam pengumpulan data, itu dikarenakan pada saat menyusun laporan informan membutuhkan banyaknya informasi yang berkaitan literatur-literatur untuk melengkapi laporan dari hasil penelitian. Penyebab yang menjadi permasalahan peneliti pada saat penyusunan laporan adalah untuk melakukan pembahasan hasil penelitian, karena pembahasan hasil penelitian merupakan salah satu bagian dalam laporan penelitian. Permasalahan yang dihadapi informan pada saat pengumpulan data adalah bahwa data yang dikumpulkan harus dapat menjangkau sumber data yang tepat, untuk menjawab masalah dari penelitian. Dari kedua permasalahan tersebut maka diperlukan dukungan literatur yang berkaitan dengan masalah dari penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, I2, I5 sebagai berikut :

I1 : …pada saat membuat laporan penelitian, saya membutuhkan banyaknya literature-literatur misalnya tentang mikrobiologi…

I2 : … karena penelitian saya ini merupakan penelitian terbaru maka untuk melengkapi data-data dalam pembuatan laporan penelitian ini saya membutuhkan informasi yang terbaru untuk pengembangan penelitian…


(43)

I5 : … karena penelitian saya mengenai desain perkebunan rakyat, maka butuh data-data yang spesifik, dan itu agak sulit untuk dicari lo mbak…

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan informan pertama, hal ini menunjukkan bahwa informan membutuhkan informasi yang berkaitan dengan penelitiannya seperti penelitian yang sedang dijalankan oleh I1 berupa pemanfaatan

bakteri endofit untuk tanaman kelapa sawit. Disini I1 membutuhkan banyaknya

literatur-literatur yang berkaitan dengan judul yang diteliti misalnya tentang mikrobiologi, mikrobiologi ini sangat erat kaitannya dengan bakteri endofit. Mendapatkan literatur mengenai mikrobiologi maka dapat menjawab pembahasan mengenai penelitian yang dilakukan oleh informan pertama.

Sedangkan pernyataan yang diungkapkan oleh informan kedua bahwa dalam penyusunan laporan peneliti membutuhkan adanya informasi yang terbaru yang berkaitan dengan judul dari penelitian yang dilakukan. Adapun judul penelitian dari I2

mengenai emisikarbon di lahan gambut. Untuk mendapatkan informasi yang terbaru mengenai misikarbon di lahan gambut, maka peneliti perlu melakukan pengelompokan dalam hal penelusuran informasi terbaru. Hal yang dilakukan oleh informan kedua untuk mendapatkan literatur tersebut adalah mengelompokkan terlebih dahulu apa yang akan dicarinya atau digalinya. Misalnya peneliti melakukan penelusuran terlebih dahulu mengenai emisi setelah dapat apa yang dibutuhkan peneliti mengenai emisi selanjutnya I2 mulai melakukan penelusuran untuk stok

karbonnya.

Berdasarkan pernyataan yang diberikan oleh informan kelima, dapat dilihat bahwa I5 membutuhkan informasi pada saat pengumpulan data dalam proses

penelitian, I5 membutuhkan data-data spesifik, karena judul dari penelitian informan

kelima adalah mengenai desain perkebunan rakyat maka data-data spesifik yang dibutuhkannya berupa perancangan seperti apa yang dilakukan peneliti dalam bidang perkebunan dan peneliti juga membutuhkan profil dari perusahaan perkebunan untuk menentukan rancangan seperti apa yang cocok untuk perkebunan rakyat.


(44)

4.3.2 Jenis Koleksi

Jenis koleksi merupakan kategori kedua setelah kebutuhan informasi dari peneliti. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan keenam informan berkaitan dengan jenis koleksi yang dibutuhkan peneliti dalam menunjang kegiatan penelitian maka, bagian ini dianggap penting untuk melengkapi penelitian yang sedang dilakukan oleh peneliti. Perpustakaan PPKS meyediakan berbagai macam jenis koleksi yang dibutuhkan oleh peneliti diantaranya berupa buku, jurnal, laporan ilmiah, dll.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan mengenai jenis koleksi yang digunakan informan, informan dalam penelitian ini sering menggunakan koleksi berupa buku, jurnal dan laporan penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari informan I1, I2, I3, I4, dan I6 adalah sebagai berikut :

I1 : …saya biasanya menggunakan buku dan jurnal yang ada diperpustakaan…

I2 : …saya biasanya menggunakan buku dan jurnal. Biasanya sih paling banyak jurnal mbak, karena penelitian tentang karbon ini baru mbak, jadi yah harus dapat informasi yang baru-baru lah mbak dan biasanya informasi yang terbaru itu terdapat di jurnal…

I3 : ….saya biasanya menggunakan buku dan jurnal

I4 : …saya biasanya menggunakan buku, warta, jurnal, laporan penelitian yang ada di perpustakaan…

I6 : …saya biasanya menggunakan jurnal, buku, research sendiri dan bertanya melalui kuesioner-kuesioner yang saya sebar selama proses penelitian…

Berdasarkan dari penjelasan kelima informan yang diatas menunjukkan bahwa buku, jurnal maupun laporan penelitian merupakan koleksi atau sumber informasi primer yang selalu digunakan atau dibutuhkan oleh peneliti pada PPKS. Penggunaan sumber informasi primer ini (buku, jurnal, laporan penelitian) dibutuhkan informan untuk mengetahui dan mengikuti perkembangan informasi bidang kelapa sawit.


(45)

Bagi I1, I3, dan I6 pemanfaatan koleksi berupa buku merupakan prioritas

utama, karena buku yang didapat isinya mampu memenuhi kebutuhan dari mereka dan isi dari buku tersebut menjelaskan dengan detail data-data yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh ketiga informan. Selain itu buku juga merupakan sumber informasi yang mudah didapat dan mudah dibawa kemana-mana. Sedangkan bagi informan keduan (I2) pemanfaatan koleksi berupa buku kurang menjadi prioritas

utama dalam mengumpulkan data, hal ini disebabkan I2 sedang menjalankan

penelitian yang terbaru, dimana koleksi buku untuk penelitian ini masih banyak yang menggunakan data yang lama, sedangkan informan membutuhkan adanya data-data terbaru. Oleh karena itu I2 lebih memprioritaskan jurnal sebagai sumber koleksi

yang utama. Jurnal lebih dipilih oleh I2 sebagai sumber koleksi yang utama karena

data yang tersaji di dalam jurnal hampir seluruhnya merupakan penelitian yang baru dilakukan, sehingga memudahkan informan kedua dalam melengkapi data yang dibutuhkan.

Bagi informan keempat (I4), pemanfaatan buku dan jurnal merupakan sumber

informasi yang utama dalam melengkapi data yang dibutuhkan dalam proses penelitian, tetapi I4 juga memanfaatkan laporan penelitian sebagai bahan dalam

melengkapi data penelitian, hal ini dikarenakan penelitian yang dilakukan I4

merupakan penelitian yang dilakukan secara berkelanjutan, sehingga data dari laporan penelitian sebelumnya dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk penelitian yang akan dilakukan selanjutnya.

4.3.3 Format informasi

Format informasi merupakan hal yang dibutuhkan peneliti dalam memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian. untuk mendapatkan nilai informasi yang berkualitas maka erat kaitannya dengan bentuk data yang disajikan, apakah itu dalam bentuk tercetak maupun elektronik. Beberapa informan mengatakan bahwa informasi yang disajikan dalam bentuk tercetak jauh lebih efektif dibandingkan dengan informasi yang disajikan dalam bentuk elektronik, tetapi ada informan lain yang mengatakan informasi yang disajikan dalam bentuk elektronik justru lebih efektif


(46)

dibandingkan bentuk yang tercetak. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan dengan I1, I4 dan I6 yang mengatakan bahwa :

I1 : …kalau menurut saya sih lebih suka benyuk tercetak mbak, karena lebih nyaman untuk membacanya.

I4 : …kita kan biasanya lebih banyak bahan-bahannya dalam bentuk elektronik, jadi format yang biasa saya gunakan dalam bentuk format elektronik

I6 : …mungkin lebih enak menggunakan bentuk elektronik mbak, karena lebih cepat untuk melihatnya, jika sewaktu-waktu dibutuhkan.

Bagi informan pertama (I1) informasi yang disajikan dalam bentuk tercetak

dianggap lebih mudah dan lebih efektif . Hal ini didasarkan atas pertimbangan diantaranya bahwa informasi yang tercetak dianggap lebih nyaman pada saat membacanya kembali. Saat ini buku masih dianggap sebagai bentuk informasi yang paling efektif digunakan daripada yang berbentuk elektronik.

Pendapat yang dikemukakan oleh I4 dan I6 mengenai informasi yang disajikan

dalam bentuk elektronik dianggap lebih efektif, pendapat tersebut sangat jauh berbeda dengan pernyataan I1. Oleh I4 format elektronik dinggap lebih efisien karena

bahan-bahan penelitian yang digunakan oleh I4, lebih banyak dalam bentuk elektonik,

sehingga informan keempat lebih memanfaatkan bentuk elektronik dalam pemenuhan kebutuhan informasinya. Untuk I6, pemanfaatan bentuk elektronik dianggap lebih

efektif karena lebih cepat untuk menemukannya kembali, jika dibutuhkan sewaktu-waktu.

4.3.4 Sumber Informasi

Sumber informasi merupakan hal yang paling utama dalam menentukan nilai dari informasi. Informan menggunakan sumber infomasi yang sesuai dengan topik yang dibahas dalam penelitiannya. Dalam penggunaan sumber informasi ini, biasanya informan tidak langsung menuju ke sumbernya, informan lebih memilih untuk melakukan identifikasi atau mengelompokkan apa yang dibutuhkan. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari I2 dan I5, yaitu:


(47)

I2 : …biasanya kami kelompokkan dulu mbak, gak langsung menuju sumbernya, contohnya yah misalnya berhubungan dengan emisi dan stok karbon, ya pertama-tama kami cari dulu mengenai emisi gtu, kalau misalnya langsung searching di internet gtu tanpa dikelompokkan hasilnya kurang maksimal mbak…

I5 : …untuk mendapatkan informasi tentang penelitian, saya biasanya identifikasi dulu mbak masalahnya tentang apa, baru mulai mencari informasi yang terkait dengan penelitian ini, pasti kan informasi yang terkait itu masih banyak banyak lagi penjabarannya…

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa pengelompokkan terhadap informasi yang akan dibutuhkan atau dicari memudahkan pengguna dalam menemukan informasi yang sesuai dengan kebutuhan. Misalnya I2 yang menyatakan melakukan

pengelompokan dahulu sebelum menuju sumber informasi yang akan digunakannya contohnya karena penelitiannya berkaitan dengan emisi karbon dilahan gambut, maka dia melakukan pengelompokan terlebih dahulu mengenai emisi, setalah mendapatkan point-pont yang akan dicari lalu informan kedua mencoba untuk menelusurnya melalui sumber informasi yang digunakan. Apabila langsung menuju sumbernya tanpa melakukan pengelompokan maka akan mendapatkan hasil yang kurang maksimal.

Sama hal nya dengan penyataan yang dikemukakan oleh informan kelima, dimana I5 melakukan pengelompokkannya berdasarkan masalah yang akan

ditelitinya, kemudian mencari informasi yang terkait dengan masalah tersebut. Informasi yang terkait tersebut pastinya memiliki banyak penjabaran lagi, dan I5 terus

menggali data dari informasi yang didapatkan sampai kebetuhan informasinya benar-benar terpenuhi. Lain halnya dengan informan keenam, yang menyatakan lebih memilih untuk menuju sumber informasi langsung. Hal ini sesuai pernyataan yang dikemukakan I6, yang hasil wawancaranya adalah sebagai berikut :

I6 : …saya langsung menuju sumbernya aja, karena bisa mendapatkan data yang bervariasi untuk melengkapi kebutuhan saya.


(48)

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh I6, menuju sumber informasi

langsung merupakan alternatif yang terbaik. Hal ini disebabkan jika menuju sumber informasi langsung akan mendapatkan data-data yang bervariasi dan hal tersebut bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memilih informasi apa yang sesuai dengan penelitian yang sedang dijalankan.

Sumber informasi yang digunakan informan dalam meyelesaikan hasil dari penelitian adalah berupa koleksi perpustakaan, internet, seminar, maupun koleksi individu. Dari keempat sumber informasi yang digunakan, maka dapat membantu peneliti untuk myelesaikan masalah dalam penelitian.

Pemanfatan koleksi perpustakaan merupakan hal yang paling utama digunakan para peneliti dalam mencari informasi untuk melengkapi data dalam melakukan penelitian. Hal ini sesuai dengan pernyataan I1, berikut adalah hasil

wawancaranya :

I1 : …sejauh ini jika saya memanfaatkan koleksi perpustakaan, rata-rata buku atau literature yang saya butuhkan ada diperpustakaan…”

Berdasarkan paparan yang disampaikan informan di atas bahwa buku atau literatur yang ada di Perpustakaan PPKS memadai dalam pemenuhan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti, tetapi masih ada juga beberapa buku atau literature yang mendukung penelitian belum tersedia di perpustakaan. Dalam hal ini peran petugas perpustakaan yang ada pada perpustakaan PPKS harus dapat membantu peneliti dalam membutuhkan sebuah informasi. Untuk pemenuhan informasi ini, PPKS menyediakan layanan sistem jemput bola, ini merupakan layanan yang diberikan perpustakaan PPKS untuk mempermudah para peneliti dalam mendapatkan informasi terbaru, hal ini dikarenakan peneliti tidak memiliki waktu yang luang karena harus mengejar penelitiannya. Oleh karena itu peran petugas perpustakaan sangat diharapkan untuk memaksimalkan layanan perpustakaan dalam memenuhi kebutuhan infomasi peneliti.

Memaksimalkan layanan perpustakaan merupakan hal yang dibutuhkan untuk mengetahui layanan yang digunakan maupun yang diinginkan oleh informan, agar


(49)

meningkatkan pelayanan yang ada pada perpustakaan PPKS sesuai dengan kebutuhan informasi para penggunanya. Layanan yang diberikan oleh perpustakaan setidaknya dapat membantu informan dalam mengatasi permasalahan guna melengkapi literatur yang dibutuhkan dengan menyediakan atau mencarikan informasi yang dibutuhkan oleh penggunanya.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan, bahwa layanan perpustakaan sering dimanfaatkan oleh peneliti seperti layanan penelusuran, peminjaman maupun layanan fotokopi. Layanan penelusuran yang digunakan informan dimanfaatkan untuk menelusur koleksi yang ada di perpustakaan, serta untuk menemukan apakah telah ada koleksi terbaru yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan. Sedangkan untuk layanan peminjaman biasanya informan menggunakan beberapa sarana untuk memesan atau pun meminjam koleksi yang ada diperpustakaan PPKS seperti datang sendiri ke perpustakaan atau biasa menggunakan layanan telepon. Hal ini sesuai dengan pernyataan I2, I6 yang biasanya menggunakan sarana

telepon untuk memesan atau mendapatkan informasi, pernyataannya adalah sebagai berikut :

I2 : …ya biasanya saya telepon dulu mbak petugas perpustakaannya, karena mereka kan punya data-datanya, misalnya ya mbak saya mau cari jurnal social scient gitu, kalau misalnya ada diperpustakan baru saya datang kesana untuk meminjamnya atau meminta untuk mendownloadkannya

I6 : …biasanya menggunakan telepon apakah buku itu ada atau tidak diperpustakaan, perpustakaan yang sekarang ini pun mbak telah memfasilitasi pemesanan melalui via email, kalau ternyata buku itu ada baru saya datang kesana untuk meminjamnya…

Dengan adanya layanan yang diberikan perpustakaan kepada penggua maka dapat mempermudah peneliti dalam menemukan informasi yang dibutuhkan. Jika sumber informasi dalam pemanfaatan koleksi perpustakaan yang digunakan belum dapat memenuhi apa yang dibutuhkan oleh informan, maka informan akan mencari kesumber informasi berikutnya seperti internet. Namun, adakalanya pemanfaatan internet memiliki keterbatasan akses dalam pemenuhan informasinya seperti adanya


(1)

4. Hasil Transkip Wawancara Informan IV

Wawancara ini diambil pada tanggal 7 Maret 2011, pukul 09.00 Wib. Bertempat di Gedung Penelitian Pengolahan Hasil dan Mutu Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan santai, duduk bersampingan bersama informan, hal ini dikarenkan penulis dan petugas bidang perpustakaan membuat janji terlebih dahulu kepada informan sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kebutuhan informasi. Berikut ini adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan informan. Penulis disimbolkan (P) dan Informan Keempat (I4).

P : “Selamat pagi bu.

I4 : “iya selamat pagi dek, silahkan duduk, jangan panggil ibu lah..panggil mbak aja”.

P : oke mbak…sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada mbak karena telah meluangkan sedikit waktunya untuk wawacara penulisan saya ini”. I4 : “oh iya silahkan”.

P : maaf mbak, kalau boleh tau siapa yah pak namanya? terus bapak dibagian apa? I4 : nama saya Meta Rifani saya dibagian paham bagian oleokimia

P : sedang melakukan penelitian ya mbak, kalau boleh tau penelitian tentang apa? I4 : penelitian tentang, produk hilir kelapa sawit.

P : biasanya, apa yang mbak lakukan sebelum mencari kebutuhan informasi, mengidentifikasi terlebih dahulu, atau langsung menuju sumber informasinya seperti buku atau yang lainnya?

I4 : saya biasanya lebih suka menuju sumber informasinya langsung mbak.

P : sumber informasi seperti apa yang biasanya mbak gunakan?

I4 : saya biasanya menggunakan buku, warta, jurnal yang ada diperpustakaan mbak.

P : apakah buku yang ada diperpustakaan dapat memenuhi kebutuhan informasi mbak?

I4 : ya.. karena saya sering memanfaatkan perpustakaan rata-rata buku yang saya cari


(2)

I4 : biasanya internet mbak, kan kalau dari internet data yang dibutuhkan cepat di

dapatkan, selain itu saya ya biasa ikut seminar atau workshop, ya untuk melengkapi tentang penelitian saya.

P : kalau untuk format informasinya sendiri, menurut mbak format informasi yang sering digunakan seperti apa?

I4 : kalau disini kita kan biasanya lebih banyak bahan-bahannya dalam bentuk

elektronik, jadi format yang biasa saya gunakan dalam bentuk format elektronik. P : apakah pernah mengalami hambatan dalam pemenuhan informasi yang mbak

butuhkan?

I4 : hambatannya cukup banyak mbak, khusunya karena kita banyak pkai format

elektronik maka konektivitasnya harus tetap dijaga, selain itu kan masih banyaknya data-data yang letaknya diluar dari sumatera jadi harus bolak balik mbak jawa sumatera untuk mendapatkan datanya.

P : tadi kan berbicara tentang sering memanfaatan koleksi diperpustakaan, layanan apa yang sering mbak manfaatkan diperpustakaan?

I4 ; saya biasanya menggunakan layanan peminjaman dan penelusuran aja

P : dalam pemanfaatan layanan perpustakaan itu, jika buku yang bapak cari tidak ada apakah bapak pernah melakukan pemesanan?

I4 : kalau untuk pemesanan sih saya belum pernah mbak, karena kan jalurnya panjang

tuh mbak untuk melakukan pemesanan, jadi kalau misalnya gak ada saya beli sendiri.

P : terakhir ne mbak, menurut mbak informasi yang berkualitas itu seperti apa?

I4 : kalau menurut saya sih yang berkualitas itu ya harus mendukung penelitian dan

harus mendekati apa yang sedang dibutuhkan

P : oke..terima kasih ya mbak, karena telah menjadi informan dalam penulisan saya ini.


(3)

5.

Wawancara ini diambil pada tanggal 9 Maret 2011, pukul 09.00 Wib. Bertempat di Gedung Penelitian Sosio Tekno Ekonomi Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan santai, duduk berhadapan bersama informan, hal ini dikarenkan penulis dan petugas bidang perpustakaan membuat janji terlebih dahulu kepada informan sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kebutuhan informasi. Berikut ini adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan informan. Penulis disimbolkan (P) dan Informan kelima (I5).

Hasil Transkip Wawancara Informan V

P : “Selamat pagi pak. I5 : “iya selamat pagi”.

P : “sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak karena telah meluangkan sedikit waktunya untuk wawacara penulisan saya ini”.

I5 : “oh iya silahkan mbak”.

P : maaf pak, kalau boleh tau siapa yah pak namanya? terus bapak dibagian apa? I5 : nama saya Muhammad Akmal Agustira, saya dibagian sosio tekno ekonomi

P : sedang melakukan penelitian ya pak, kalau boleh tau penelitian tentang apa ya pak?

I5 : kalau saya saat ini saya ditugaskan khususnya penelitian mengenai desain

perkebunan rakyat.

P : biasanya, apa yang bapak lakukan sebelum mencari kebutuhan informasi yang bapak butuhkan, mengidentifikasi terlebih dahulu, atau langsung menuju sumber informasinya seperti buku atau yang lainnya pak?

I5 : saya identifikasi dulu mana informasi yang terkait, misalnya kan ada suatu

masalah ini saya identifikasi dulu kira-kira apa sumber-sumber yang terkait dengan masalah ini.


(4)

P : apakah pernah mengalami hambatan pak dalam pemenuhan informasi yang bapak butuhkan?

I5 : kalau kendala dalam pemanfaatan internet sampai sejauh ini ndak ada mbak,

kalau untuk buku kendalanya ya saya kan butuh buku yang spesifik gtu mbak, sedangkan dipustaka qta kan masih belum lengkap koleksinya, jadi ya agak susah lah cari buku-buku yang dibutuhkan mbak. Karena koleksinya masih belum lengkap mbak, tapi kalau untuk fasilitas udah oke lah mbak.

P : tadi kan berbicara tentang pemanfaatan koleksi diperpustakaan, layanan apa yang sering bapak manfaatkan diperpustakaan?

I5 ; saya biasanya menggunakan layanan peminjaman, tp yah tidak terlalu sering lah

mbak, karena kan perpusnya jauh mbak. (sambil tertawa)

P ; dalam pemanfaatan layanan perpustakaan itu, jika buku yang bapak cari tidak ada apakah bapak pernah melakukan pemesanan?

I5 : biasanya menggunakan telepon untuk memesan apa yang saya butuhkan, minta

tolong ke petugas perpusnya untuk mengantarkannya P : menurut bapak informasi yang bermanfaat itu seperti apa?

I5 : kalau informasi yang bermanfaat itu ya yang sesuai dengan kebutuhan saya lah

mbak.

P : terakhir ne pak, menurut bapak informasi yang berkualitas itu seperti apa?

I5 : kalau menurut saya yang berkualitas itu pertama dari segi bahasanya yah mbak,

bahasanya itu harus mudah dimengerti dan gak rumit gitu,,,,terus dari dat yang disajikan dari bukunya harus terstruktur dengan baik, kalau untuk isinya sendiri itu harus praktis tidak bertele-tele.

P : oke..itu saja pak yang ingin saya tanyakan, sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya pak, karena telah menjadi informan dalam penulisan saya ini.


(5)

6.

Wawancara ini diambil pada tanggal 14 Maret 2011, pukul 15.00 Wib. Bertempat di Gedung Penelitian Pemuliaan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan. Suasana pada saat melakukan wawancara ini bersifat rileks dan dalam keadaan santai, duduk berhadapan bersama informan, hal ini dikarenkan penulis dan petugas bidang perpustakaan membuat janji terlebih dahulu kepada informan sebelum melakukan wawancara. Selanjutnya penulis memperkenalkan diri dan menjelaskan mengenai topik yang akan ditanyakan berkaitan dengan kebutuhan informasi. Berikut ini adalah hasil kutipan wawancara antara penulis dan informan. Penulis disimbolkan (P) dan Informan keenam (I6).

Hasil Transkip Wawancara Informan V

P : “Selamat siang pak. I6 : “iya selamat siang”.

P : “sebelumnya saya mengucapkan banyak terima kasih kepada bapak karena telah meluangkan sedikit waktunya untuk wawacara penulisan saya ini”.

I6 : “oh iya silahkan”.

P : maaf pak, kalau boleh tau siapa yah pak namanya? terus bapak dibagian apa? I6 : nama saya Heri Adriwar Siregar, saya researchnya dibagian pemulian tanaman

P : sedang melakukan penelitian ya pak, kalau boleh tau penelitian tentang apa ya pak?

I6 : iya, penelitiannya jangka panjang sepeti RSS, RSS itu penelitian utuk pemuliaan

kelapa sawit.

P : biasanya, apa yang bapak lakukan sebelum mencari kebutuhan informasi yang bapak butuhkan, mengidentifikasi terlebih dahulu, atau langsung menuju sumber informasinya seperti buku atau yang lainnya pak?

I6 : saya langsung menuju sumbernya aja, karena lebih spesifik gitu mbak.

P : sumber informasi seperti apa yang biasanya bapak gunakan?

I6 : saya biasanya menggunakan jurnal, buku, research sendiri dan bertanya melalui


(6)

P : kalau untuk format informasinya sendiri, menurut bapak format informasi yang sering digunakan seperti apa pak?

I6 : emm…mungkin lebih enak menggunakan bentuk elektonik mbak, karena lebih

cepat untuk melihatnya.

P : apakah pernah mengalami hambatan pak dalam pemenuhan informasi yang bapak butuhkan?

I6 : kalau buku yah kendalanya kan terkadang buku yang dicari dari internet itu tidak

banyak yang freebook, jadi yah harus dipesan dari luar negeri, itu sih salah satu kendalanya karena buku yang benar-benar kita butuhkan tidak ada di Indonesia, apalagi kalau pesannya melalui perpustakaan itu prosesnya agak lama, harus antri dulu sedangkan buku itu kita butuhkan cepat.

P : tadi kan berbicara tentang pemanfaatan koleksi diperpustakaan, layanan apa yang sering bapak manfaatkan diperpustakaan?

I6 ; saya biasanya menggunakan layanan peminjaman dan penelusuran juga.

P ; dalam pemanfaatan layanan perpustakaan itu, jika buku yang bapak cari tidak ada apakah bapak pernah melakukan pemesanan?

I6 : biasanya menggunakan telepon apakah buku itu ada atau tidak diperpustakaan,

perpustakaan yang sekarang ini pun mbak telah memfasilitasi pemesanan melalui via email, kalau ternyata buku itu ada baru saya datang kesana untuk meminjamnya.

P : menurut bapak informasi yang bermanfaat itu seperti apa?

I6 : kalau menurut saya yang bermanfaat itu yang dapat menjawab kebutuhan bagi sya

dan harus menghasilkan data yang lebih detail

P : oke..itu saja pak yang ingin saya tanyakan, sekali lagi saya ucapkan terima kasih ya pak, karena telah menjadi informan dalam penulisan saya ini.