Efek Samping Menyirih Di Rongga Mulut

Nik Zatil Bayani Ridzuan : Kanker Rongga Mulut Disebabkan Oleh Kebiasaan Menyirih Laporan Kasus , 2009. USU Repository © 2009 Arecoline dikatakan lebih sitotoksik banding catechin. Catechin yang terdapat pada gambir juga diketahui bersifat karsinogenik. 22 Sedangkan daun sirih yang muda mengandung safrole yang tinggi. Menurut Ionnides dkk, safrole dapat menyebabkan karsinogenik pada hepar. 9,33 Selain itu, kapur yang digunakan untuk menyirih dapat meningkatkan pH menjadi 10, sehingga terbentuk jenis oksigen reaktif radikal bebas. Oksigen yang dihasilkan akibat penggunaan kapur tadi, akan merangsang pertumbuhan sel yang bersifat karsinogenik. 4 Di samping itu, penggunaan tembakau ketika menyirih juga dapat meningkatkan resiko terjadi kanker. 4,9,22,24 Menurut penelitian yang dilakukan oleh International Agency for Research on Cancer IARC, terbukti bahwa menyirih dengan menambahkan tembakau dapat meningkatkan resiko terjadi kanker rongga mulut. 22,23,25 Di Taiwan telah dilakukan penelitian kasus kontrol, dan ditemukan menyirih merupakan penyebab utama terjadinya kanker rongga mulut. Terdapat faktor-faktor yang memiliki hubungan yang kuat antara kebiasaan menyirih dengan kanker rongga mulut, yaitu komposisi menyirih yang digunakan, frekwensi menyirih, dan lama papar quid dikunyah. 8,16

2.2.5 Efek Samping Menyirih Di Rongga Mulut

Banyak literatur yang memuat tentang bukti-bukti kebiasaan menyirih dengan adanya lesi-lesi di mukosa mulut penyirih meliputi mukosa penyirih betel chewer’s mucous, submukus fibrosis mulut, preleukoplakia, leukoplakia, 24,26,27 liken planus, 4 dan kanker rongga mulut. 24,26,27,33 Lesi-lesi ini biasanya terjadi di daerah dimana quid diletakkan dalam mulut. 4 Nik Zatil Bayani Ridzuan : Kanker Rongga Mulut Disebabkan Oleh Kebiasaan Menyirih Laporan Kasus , 2009. USU Repository © 2009 1. Mukosa Penyirih betel chewer’s mucose Mukosa mulut penyirih disebabkan akibat dari komponen yang digunakan untuk menyirih atau trauma akibat mengunyah atau kedua-duanya. Mukosa mulut penyirih cenderung untuk mengelupas, atau deskuamasi dan ini dapat dirasakan dan dilihat dengan jelas. Lapisan bawahnya kelihatan mengkerut, dan terjadi pengerasan pada daerah tersebut dengan warna kuning atau merah kecoklatan. Biasanya mukosa penyirih seringkali ditemukan pada lokasi dimana seseorang meletakkan quid, biasanya pada mukosa pipi dan sulkus. 4 Pada gigi geligi, gingiva, dan mukosa penyirih juga akan terlihat stein berwarna antara merah hingga kehitaman, tergantung pada lama seseorang menyirih. Stein yang kehitaman kemungkinan berfungsi melindungi gigi dari terjadinya karies. 24 2. Submukus Fibrosa SMF Submukus fibrosis SMF merupakan lesi yang bersifat prekanker yang dapat mengenai mukosa mulut dan hingga ke faring, akibat dari pinang yang digunakan untuk menyirih. 4 SMF merupakan kondisi prekanker dengan kecepatan transformasi keganasan setinggi 7,6. 24 SMF adalah inflamasi epitel yang diikuti dengan perubahan fibroelastin pada lamina propria dan disertai atrofi epitel. Kadang-kadang didahului juga dengan pembentukan vesikel, yang dapat menimbulkan rasa sakit apabila kontak dengan makanan pedas. 4,24 SMF terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu terutama akibat kebiasaan menyirih, penggunaan tembakau, dan defisiensi vitamin. 4,35 Awalnya SMF muncul sebagai inflamasi sebagai akibat dari infiltrasi sel pada subepitelial. SMF biasanya mengenai mukosa bukal, bibir, area retromolar, palatum lunak, faring hingga esofagus. Nik Zatil Bayani Ridzuan : Kanker Rongga Mulut Disebabkan Oleh Kebiasaan Menyirih Laporan Kasus , 2009. USU Repository © 2009 Lesi awal terlihat mukosa yang berwarna kepucatan, dan muncul lesi seperti guli. Kemudian akan terbentuk fibrosa yang akan menyebabkan mukosa menebal dan keras. 35 Ini akan menyebabkan kesulitan dalam membuka mulut dan makan, kesulitan menelan dan bicara, rasa terbakar, disfagia, dan kurang pendengaran. 4,24,35 3. Preleukoplakia dan Leukoplakia Insiden preleukoplakia dan leukoplakia meningkat sehubungan dengan kebiasaan menyirih. 26 Preleukoplakia merupakan reaksi derajat rendah atau sangat ringan dari mukosa terlihat sebagai mukosa yang berwarna abu-abu atau putih keabu-abuan, dengan pola sedikit lobular, tetapi merupakan campuran yang tidak nyata dengan mukosa yang berdekatan. 38 Lesi ini dapat menjadi lebih tebal dan berwarna putih yang lebih nyata. Leukoplakia adalah suatu istilah klasik untuk plak atau bercak putih pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus, dan tidak dapat diklasifikasikan sebagai penyakit lain apapun yang dapat didiagnosis secara klinis. 36 Leukoplakia adalah reaksi protektif terhadap iritasi-iritasi kronis. Tembakau, alkohol, sifilis, defisiensi vitamin, ketidak seimbangan hormon, galvanisme, gesekan kronis, dan dan kandidiasis termasuk dalam penyebab lesi ini. 36 Daerah-daerah yang lebih sering terserang leukoplakia adalah lateral dan ventral lidah, dasar mulut, mukosa alveolar, bibir, trigonum retromolar, palatum lunak, dan gusi cekat mandibula. Permukaan lesinya dapat tampak licin dan homogen, tipis dan mudah hancur, pecah-pecah, berkerut, verukoid, nuduler atau bercak-bercak. Leukoplakia dengan daerah-daerah merah setempat juga mempunyai resiko tinggi untuk menjadi kanker. 36 4. Liken Planus Nik Zatil Bayani Ridzuan : Kanker Rongga Mulut Disebabkan Oleh Kebiasaan Menyirih Laporan Kasus , 2009. USU Repository © 2009 Liken planus adalah suatu penyakit kulit biasa yang sering kali mempunyai manifestasi mukosa. Lesi ini sering terlihat pada orang yang sering menyirih. 4 Lesi-lesi kulit dari liken planus pada awalnya terdiri atas papula-papula kecil, puncaknya rata, merah dengan tengahnya berlekuk. Papula sedikit demi sedikit mendapat warna ungu dan likenifikasi permukaan terdiri atas striae putih kecil. 4,36 Lesi-lesi oral dari liken planus dapat mempunyai satu dari empat gambaran: atrofik, erosif, retikuler, atau mirip plak. 36 5. Kanker Rongga Mulut Kemungkinan kebiasaan menyirih sebagai penyebab kanker rongga mulut telah dikenal beberapa dekade. Ko dkk. 1995 dalam penelitiannya di Taiwan menemukan hubungan yang bermakna antara kanker rongga mulut dan menyirih. Hal ini disebabkan oleh karena para penyirih di Taiwan sering menyertakan daun sirih yang mentah yang mengandung kira-kira 1 safrole, diduga bahan tersebut bersifat karsinogenik pada manusia. 25 Adanya penambahan tembakau pada komposisi menyirih atau penggunaan tembakau setelah menyirih akan menambah efek karsinogenik, meskipun begitu hubungan yang tepat antara menyirih tanpa tembakau pada kejadian kanker rongga mulut masih belum jelas. 22,23,25 Nik Zatil Bayani Ridzuan : Kanker Rongga Mulut Disebabkan Oleh Kebiasaan Menyirih Laporan Kasus , 2009. USU Repository © 2009