1. Meningkatkan Kepemilikan Manajerial.
Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham sehingga manajemen dapat bertindak sesuai dengan
keinginan pemegang saham. Dengan peningkatan persentase kepemilikan, manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan
kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Sedangkan pada
kepemilikan terkonsentrasi, masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor.
2. Kepemilikan Institusional Sebagai Agen Pengawas Monitoring Agents.
Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih
dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Demikian juga halnya dengan manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional dapat digunakan sebagai cara
untuk mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham pada
akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank atau institusi lain. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan kinerja manajer diawasi
secara optimal dan terhindar dari perilaku oportunistik. Dengan melibatkan kepemilikan institusional, manajer bertindak sesuai keinginan pemegang saham
sehingga mengurangi biaya keagenan.
3. Meningkatkan Pendanaan Melalui Utang.
Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap
untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu, utang juga dapat
mengurangi kelebihan aliran kas atau excess cash flows yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh
manajemen.
4. Meningkatkan Rasio Dividen Terhadap Laba Bersih Atau Dividend Payout Ratio.