Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Variabel Penelitian
Berdasarkan hasil pengolahan data maka akan dilakukan analisis data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Namun,
sebelum melakukan analisis data maka penelitian ini akan membahas secara deskriptif terlebih dahulu.
Deskriptif nilai variabel independen yaitu kepemilikan manajerial dan variabel dependen yaitu agency cost pada perusahan manufaktur dan properti yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia selama periode 2007. Kepemilikan manajerial adalah situasi
dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan Christiawan, 2005.
Kepemilikan manajerial yang dimaksud adalah ada tidaknya kepemilikan saham perusahaan oleh
manajer perusahaan. Variabel ini diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tanpa kepemilikan manajerial,
dengan tidak melihat berapa besar persentase kepemilikan manajerialnya di masing- masing perusahaan tersebut. Ada tidaknya kepemilikan manajerial dilihat dari catatan
atas laporan keuangan, khususnya pengungkapan atas modal saham perusahaan.
Agency Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pemegang
saham untuk mengawasi monitoring seluruh tindakan dan keputusan yang diambil oleh manajer. Biaya keagenan diproksikan dengan selling and general
administrativeSGA dan free cash flow arus kas bebas. SGA merupakan proksi dari operating expense beban operasi. Variabel ini mengukur biaya keagenan
berdasarkan selling and general administrative, yaitu rasio beban operasi terhadap
total penjualan. Beban operasi merefleksikan diskresi manajerial dalam membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi manajerial
maka semakin tinggi biaya keagenan yang terjadi. Putra dan Ratnadi, 2007. SGA diukur dengan rumus:
Selling and General Administrative SGA = Penjualan
Total Operasi
Beban
Sedangkan free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor setelah perusahaan menempatkan seluruh
investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan Brigham dan Houston, 2006:
65. Free cash flow FCF diwakili oleh rasio free cash flow dibagi dengan total aktiva.
Rumus: FCF
= Aktiva
Total Operasi
Modal pada
Bersih Investasi
NOPAT −
dimana, NOPAT = EBIT 1 – Tarif Pajak Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecil laba perusahaan
digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer perusahaan mendapat tekanan
dari pemegang saham untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan free cash flow untuk hal-hal yang
tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen membagikan free cash flow agar dapat
menekan biaya agensi atau agency cost Pradessya, 2006.
Dalam penelitian ini, terdapat 155 perusahaan yang dijadikan sebagai observasi penelitian, yakni 127 emiten dari sektor manufaktur dan 28 emiten dari
sektor properti. Pada sektor manufaktur, terdapat 48 perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan 79 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sedangkan pada sektor
properti, terdapat 16 perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan 12 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sehingga, secara keseluruhan, terdapat 64 perusahaan
dengan kepemilikan manajerial dan 91 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Berikut ini disajikan rata-rata nilai Selling and general administrative SGA dan rata-
rata nilai Free cash flow FCF dari seluruh perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial.
Tabel 4.1 Rata-rata SGA Perusahaan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan
Manajerial pada Sektor Manufaktur
Rata-Rata SGA Kepemilikan Manajerial
Tanpa Kepemilikan Manajerial
0,1183 0,1547
Tabel 4.2 Rata-rata SGA Perusahaan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan
Manajerial pada Sektor Properti
Rata-Rata SGA Kepemilikan Manajerial
Tanpa Kepemilikan Manajerial
0,3601 1,2715
Tabel 4.3 Rata-rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa
Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur
Rata-Rata FCF Kepemilikan Manajerial
Tanpa Kepemilikan Manajerial -0,0778
-0,0605
Tabel 4.4 Rata-rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa
Kepemilikan Manajerial pada Sektor Properti
Rata-Rata FCF Kepemilikan Manajerial
Tanpa Kepemilikan Manajerial -0,1974
-0,0889 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata SGA perusahaan dengan kepemilikan
manajerial di sektor manufaktur adalah 0,1183, lebih kecil dari rata-rata SGA perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor manufaktur, yaitu 0,1587.
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata SGA perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor properti adalah 0,3601, yang juga lebih kecil dari rata-rata SGA
perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor properti, yaitu 1,2715. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata FCF perusahaan dengan kepemilikan
manajerial di sektor manufaktur adalah -0,0778, sedangkan rata-rata FCF perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor manufaktur adalah -0,0605.
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata FCF perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor properti adalah -0,1974, lebih kecil dari rata-rata FCF perusahaan
tanpa kepemilikan manajerial di sektor properti, yaitu -0,0889.
B. Analisis Data