47 Tempat tinggal setelah menikah bagi masyarakat Tionghoa adalah i rumah
tua si suami. Ini berkaitan dengan tradisi Tionghoa sendiri, yakni anak laki-laki tertua merupakan ahli waris dan yang akan meneruskan pemujaan terhadap arwah
leluhur, sedankn putra-putra yang lain tidak terikat dengan ketentuan tempat tinggal itu. Mereka bebas memilih sendiri, apakah ingin menetap pada keluarga isteri
uksorilokal atau keluarga sendiri virilokal atau tinggal di rumah sendiri yang baru neolokal.
Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, maka bentuk rumah tangga orang Tionghoa adalah keluarga luas, yang terbagi ke dalam dua bentuk: 1 bentuk
keluarga luas virilokal yang terdiri dari keluarga orang tua dengan hanya anak laki- laki tertua beserta istri dan anak-anaknya dan saudara-saudaranya yang belum
pernah kawin, 2 bentuk keluarga luas virilokal yang terdiri dari keluarga orang tua degan anak-anak laki-laki beserta keluarga mereka masing-masing Vasanty
1990:363.
2.3.3 Mas kawin
Setelah seorang laki-laki memilih jodohnya, maka ada perundingan mengenai hari perkawinannya. Oleh orang tua pihak laki-laki lalu diantarkan ang-
pao bungkusan merah, yakni uang yang dibungkus dengan kertas merah. Uang ini dinamakan wing tetek. Maksudnya untuk mengganti biaya yang dikeluarkan oleh
orang tua gadis itu, untuk mengasuh dan membesarkannya. Uang tetek ini biasanya ditolak, kecuali jikalau keluarga pihak perempuan berada dalam keadaan keuangan
Universitas Sumatera Utara
48 yang sangat buruk, karena dengan menerimanya, orang tua si gadis seolah-olah
menjual anaknya. Menjelang hari perkawinan keluarga pihak laki-laki biasanya mengirim
suatu utusan ke rumah keluarga si gadis untuk menyampaikan sebungkus ang-pao, beberapa potong pakaian dan perhiasan selengkapnya. Keluarga yang kaya
biasanya akan menolak pemberian ini dengan halus, tetapi keluarga yang tidak mampu, biasanya akan menerima sebagian saja.
2.3.4 Adat Menetap Sesudah Nikah
Tempat tinggal setelah kawin bagi masyarakat Tionghoa adalah di rumah orang tua si suami. Hal ini erat hubungannya dengan tradisi Tionghoa sendiri,
bahwa hanya anak laki-laki tertualah yang merupakan ahli waris dan yang akan meneruskan pemujaan terhadap leluhurnya. Putra-putra selanjutnya tidak terikat
lagi dengan ketentuan-ketentuan tempat tinggal patrilokal ini. Mereka bebas memilih sendiri, apakah ingin menetap pada keluarga isteri uxorilokal atau pada
keluarga sendiri virilokal atau tinggal di rumah sendiri yang baru neolokal.
2.3.5 Perceraian
Berhubungan dengan tradisi orang Tionghoa, perceraian diizinkan berdasarkan beberapa alasan. Meskipun demikian perceraian jarang terjadi karena
sebagai perbuatan yang tercela perceraian akan mencemarkan nama keluarga. Bagi keluarga-keluarga yang masih memegang erat akan adat dan yang memilihkan
Universitas Sumatera Utara
49 calon suami bagi anak perempuannya, biasanya menasehatkan anak itu untuk
berusaha menghindarkan perceraian. Toh perceraian dapat terjadi karena si isteri tidak memberikan anak laki-laki pada keluarga si suami. Di dalam hal inilah
kelihatan bahwa si suami menjalankan hak istimewanya. Ada juga perceraian terjadi, karena sang isteri tidak mau tinggal bersama-sama isteri kedua dari
suaminya dalam satu rumah.
2.3.6 Poligami