68 ditegaskan bahwa Tahun Baru Imlek Khongculek 2550 yang benar adalah 16
Februari 1999.
3.1.3 Cap Go Meh
Cap Go Meh adalah lafal dialek Tio Ciu dan Hokkian. Artinya malam 15. sedangkan lafal dialek Hakka Cang Njiat Pan. Artinya pertengahan bulan satu. Di
daratan Tiongkok dinamakan Yuan Xiau Jie dalam bahasa Mandarin artinya festival malam bulan satu. Cap go meh mulai dirayakan di Indonesia sejak abad ke
17, ketika terjadi migrasi besar dari Tiongkok Selatan. Semasa dinasti Han, pada malam Cap go meh tersebut, raja sendiri khusus keluar istana untuk turut
merayakan bersama dengan rakyatnya. Setiap hari raya baik religius maupun tradisi budaya ada asal- usulnya. Pada saat dinasti Zhou 770 - 256 SM setiap tanggal 15
malam bulan satu Imlek para petani memasang lampion-lampion yang dinamakan Chau Tian Can di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-
binatang perusak tanaman. Memasang lampion-lampion selain bermanfaat mengusir hama, kini tercipta pemandangan yang indah dimalam hari tanggal 15
bulan satu. Dan untuk menakuti atau mengusir binatang-binatang perusak tanaman, mereka menambah segala bunyi-bunyian serta bermain barongsai, agar lebih ramai
dan bermanfaat bagi petani. Kepercayaan dan tradisi budaya ini berlanjut turun menurun, baik didaratan Tiongkok maupun diperantauan diseluruh dunia. Ini
adalah salah satu versi darimana asal muasalnya Cap go meh. Di barat Cap go meh dinilai sebagai pesta karnevalnya etnis Tionghoa, karena adanya pawai yang pada
Universitas Sumatera Utara
69 umumnya dimulai dari Kelenteng. Kelenteng adalah penyebutan secara keseluruhan
untuk tempat ibadah “Tri Dharma” Buddhism , Taoism dan Confuciusm. Cap go meh juga dikenal sebagai acara pawai menggotong joli Toapekong
untuk diarak keluar dari Kelenteng. Toapekong Hakka = Taipakkung, Mandarin = Dabogong berarti secara harfiah eyang buyut untuk makna kiasan bagi dewa yang
pada umumnya merupakan seorang kakek yang udah tua. “Da Bo Gong” ini sebenarnya adalah sebutan untuk para leluhur yang merantau atau para pioner
dalam mengembangkan komunitas Tionghoa. Jadi istilah Da Bo Gong itu sendiri tidak dikenal di Tiongkok. Cap go meh tanpa adanya barongsai dan liong naga
rasanya tidaklah komplit. Tarian barongsai atau tarian singa biasanya disebut “Nong Shi”. Sedangkan nama “barongsai” adalah gabungan dari kata Barong
dalam bahasa Jawa dan Sai = Singa dalam bahasa dialek Hokkian. Singa menurut orang Tionghoa ini melambangkan kebahagiaan dan kegembiraan. Ada dua macam
jenis macam tarian barongsai yang satu lebih dikenal sebagai Singa Utara yang penampilannya lebih natural sebab tanpa tanduk, sedangkan Singa Selatan memiliki
tanduk dan sisik jadi mirip dengan binatang Qilin kuda naga yang bertanduk. Seperti layaknya binatang-binatang lainnya juga, maka barongsai juga harus
diberi makan berupa Angpau yang ditempeli dengan sayuran selada air yang lazim disebut “Lay See”. Untuk melakukan tarian makan laysee Chai Qing ini para
pemain harus mampu melakukan loncatan tinggi, sehingga ketika dahulu para pemain barongsai, hanya dimainkan oleh orang-orang yang memiliki kemampuan
silat – “Hokkian = kun tao” yang berasal dari bahasa Mandarin Quan Dao Kepala
Universitas Sumatera Utara
70 kepalan atau tinju, tetapi sekarang lebih dikenal dengan kata Wu Shu, padahal
artinya Wu Shu sendiri itu adalah seni menghentikan kekerasan. Di depan barongsai selalu terdapat seorang penari lainnya yang
menggunakan topeng sambil membawa kipas. Biasanya disebut Shi Zi Lang dan penari inilah yang menggiring barongsai untuk meloncat atau bermain atraksi serta
memetik sayuran. Sedangkan penari dengan topeng Buddha tertawa disebut Xiao Mian Fo.
Pada awalnya tarian barongsai ini tidak pernah dikaitkan dengan ritual keagamaan manapun juga, tetapi akhirnya karena rakyat percaya, bahwa barongsai
itu dapat mengusir hawa-hawa buruk dan roh-roh jahat. Jadi budaya atau kepercayaan rakyat itulah yang akhirnya dimanfaatkan atau bersinergi dengan
lembaga keagamaan. Walaupun demikian pada saat sekarang ini sudah ada aliran modern lainnya
yang tidak mengkaitkan dengan upacara keagamaan sama sekali, karena mereka menilai barongsai hanya sekedar asesories untuk nari atau media entertainment
saja, seperti juga halnya dengan payung untuk tari payung, atau topeng dalam tarian topeng. Barongsai sebenarnya sudah populer sejak zaman periode tiga kerajaan
Wu, Wei Shu Han tahun 220 – 280 M. Pada saat itu ketika raja Song Wen sedang kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah Raja Fan Yang dari negeri
Lin Yi. Panglimanya yang bernama Zhing Que mempunyai ide yang jenius dengan membuat boneka-boneka singa tiruan untuk mengusir pasukan raja Fan. Ternyata
Universitas Sumatera Utara
71 usahanya itu berhasil sehingga sejak saat ini mulailah melegenda tarian barongsai
tersebut hingga kini. Tarian naga liong disebut “Nong Long”. Binatang mitologi ini selalu
digambarkan memiliki kepala unta, bertaring serigala dan bertanduk menjangan. Naga di Cina dianggap sebagai dewa pelindung, yang bisa memberikan rejeki,
kekuatan, kesuburan dan juga air. Air di Cina merupakan lambang rejeki, karena kebanyakan dari mereka hidup dari bercocok tanam, maka dari itu mereka sangat
menggantungkan hidupnya dari air. Semua kaisar di Cina menggunakan lambang naga, maka dari itu mereka duduk di singgasana naga, tempat tidur naga, dan
memakai pakaian kemahkotaan naga. Orang Cina akan merasa bahagia apabila mendapatkan seorang putera yang lahir di tahun naga.
Kita bisa melihat apakah ini naga lambang dari seorang kaisar ataukah bukan dari jumlah jari di cakarnya. Hanya kaisar yang boleh menggunakan gambar
naga dengan lima jari di cakarnya, sedangkan untuk para pejabat lainnya hanya 4 jari. Bagi rakyat biasa yang menggunakan lambang naga cakarnya hanya boleh
memiliki 3 jari saja. Naga itu memiliki tiga macam warna, hijau, biru dan merah, dari warna naga tersebut kita bisa melihat kesaktiannya. Naga warna kuning adalah
naga yang melambangkan raja. Pada umumnya untuk tarian naga ini dibuatkan naga yang panjangnya sekitar 35 m dan dibagi dalam 9 bagian, tetapi ketika mereka
menyambut tahun baru millennium di China pernah dibuat naga yang panjangnya 3.500 meter dan dimainkannya di atas Tembok Besar China. Naga tidak selalu
dihormati, sebab apabila ada musim kemarau berkepanjangan, maka para petani
Universitas Sumatera Utara
72 mengadakan upacara menjemur naga yang dibuat dari tanah liat untuk membalas
dendam atau mendemo sang Naga yang tidak mau menurukan hujan.
3.4 Kelenteng