49 calon suami bagi anak perempuannya, biasanya menasehatkan anak itu untuk
berusaha menghindarkan perceraian. Toh perceraian dapat terjadi karena si isteri tidak memberikan anak laki-laki pada keluarga si suami. Di dalam hal inilah
kelihatan bahwa si suami menjalankan hak istimewanya. Ada juga perceraian terjadi, karena sang isteri tidak mau tinggal bersama-sama isteri kedua dari
suaminya dalam satu rumah.
2.3.6 Poligami
Di atas telah dikatakan bahwa perceraian terjadi karena isteri tidak mau tinggal bersama-sama dengan isteri kedua dari suaminya. Memang di dalam adat
Tionghoa, seorang laki-laki hanya boleh mempunyai seorang isteri, tetapi ia dapat mengambil sejumlah wanita sebagai isteri mudanya. Pada abad ke-19 dan
sebelumnya , perkawinan demikian banyak terjadi. Bahkan isteri-isteri itu dibawa tinggal bersama-sama, isteri pertama tetap menjadi isteri yang utama; yang
mengatur rumah-tangga, yang mendampingi suaminya dalam pertemuan-pertemuan serta menjadi ibu dari semua anak-anak, baik anaknya sendiri maupun anak dari
isteri-isteri lain. Isteri muda hanya berkedudukan sebagai pembantunya saja. Biasanya mereka berasal dari keluarga yang miskin dan perkawinan mereka tidak
dirayakan. Kadang-kadang mengambil isteri muda itu, adalah atas anjuran isteri yang pertama, karena ia tidak mempunyai anak laki-laki. Kebiasaan demikian kini
sudah jarang terjadi, dan orang Tionghoa umumnya kawin monogami.
Universitas Sumatera Utara
50
2.3.7 Kedudukan Wanita
Kedudukan wanita pada orang Tionghoa dulu adalah sangat rendah. Pada waktu masih anak-anak, saudara laki-laki mereka memperlakukan mereka dengan
baik, tetapi pada waktu meningkat dewasa mereka dipingit di rumah. Sesudah kawin, mereka harus tunduk kepada suami mereka dan dikuasai oleh mertua
mereka. Mereka tidak mendapat bagian di dalam kehidupan di luar rumah. Keadaan demikian sekarang sudah ditinggalkan. Wanita dapat memasuki perkumpulan-
perkumpulan, memasuki sekolah dan di dalam kehidupan ekonomi peranan wanita sebagai pembantu suaminya dalam perdagangan memegang peranan penting.
Pada masa kini wanita berhak mendapat harta yang sama dengan anak-anak laki-laki di dalam hal warisan, bahkan kadang-kadang mendapat tugas untuk
mengurus abu leluhurnya sehingga suaminya yang harus ikut tinggal di rumah orang tuanya secara uxorilokal. Dengan naiknya kedudukan wanita, tidak ada
kecenderungan lagi untuk memiliki anak laki-laki.
2.3.8 Kelompok Kekerabatan