Aspek Pengukuran METODE PENELITIAN

4. Ketersediaan fasilitas dan APD adalah ketersediaan sarana prasarana seperti air mengalir, sabunlarutan berbasis alkohol, lap tangan, wadah tahan tembus, larutan klorin 0,5, serta APD Alat Pelindung Diri berupa sarung tangan yang dapat dijangkau perawat di ruang perawatan untuk mencegah risiko tertular Hepatitis B penyakit infeksi tular darahcairan tubuh lainnya. 5. Kebijakan rumah sakit adalah konsep dasar yang ditetapkan untuk pedoman dalam melaksanakan tindakan pencegahan risiko tertular hepatitis B berupa sosialisasi, anjuran penggunaan sarung tangan, anjuran melaporkan pajanan, penawaran vaksinasi, dan posterprosedur tertulis. 6. Pencegahan adalah upaya perawat melindungi diri dari kemungkinan risiko tertular hepatitis B yang terdiri dari imunisasi hepatitis B, pelaksanaan kewaspadaan universal, mencuci tangan, penggunaan sarung tangan, dekontaminasi alat, pengelolaan sampah tajam terkontaminasi, teknik menutup jarum suntik, serta tindakan bila terpajan.

3.6 Aspek Pengukuran

Pengukuran variabel pengetahuan, sikap, pelatihan, ketersediaan fasilitas dan APD, kebijakan rumah sakit, dan pencegahan risiko tertular hepatitis B menggunakan skala 3 kategori dengan skala pengukuran Hadi Pratomo 1986 yang terdiri dari baik, sedang, dan kurang dengan persentase : 1. Pengetahuan perawat terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 13 buah, masing-masing pengetahuan dengan jawaban tepat diberi bobot 3, kurang tepat diberi bobot 2, dan jawaban salah diberi bobot 1. Skor Universitas Sumatera Utara tertinggi adalah 39. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka pengetahuan dikategorikan menjadi 3, yaitu : 1. Baik, apabila jawaban responden benar 75 dari total nilai 29 2. Sedang, apabila jawaban responden benar 40-75 dari total nilai 16-29 3. Kurang, apabila jawaban responden benar 40 dari total nilai 16

2. Sikap perawat terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B diukur dengan

metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 13 buah, masing-masing jawaban “setuju” diberi bobot 3, “kurang setuju” diberi bobot 2, dan “tidak setuju” diberi bobot 1. Skor tertinggi adalah 39. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka sikap dikategorikan menjadi 3, yaitu 1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 75 dari total nilai 29 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 40-75 dari total nilai 16-29 3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 40 dari total nilai 16

3. Pelatihan diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner yang telah diberi

bobot. Jumlah pertanyaan 3 buah, masing-masing jawaban “ya” diberi bobot 1 dan “tidak” diberi bobot 0. Skor tertinggi adalah 3. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka pelatihan dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 75 dari total nilai 2 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 40-75 dari total nilai 1-2 3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 40 dari total nilai 1

4. Ketersediaan Fasilitas dan APD diukur dengan metode skoring terhadap

kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 8 buah, masing-masing jawaban “ya” diberi bobot 3, “kadang-kadang” diberi bobot 2, dan “tidak” diberi Universitas Sumatera Utara bobot 1. Skor tertinggi adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka Ketersediaan Fasilitas-APD dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 75 dari total nilai 18 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 40-75 dari total nilai 10-18 3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 40 dari total nilai 10

5. Kebijakan Rumah Sakit diukur dengan metode skoring terhadap kuesioner

yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 8 buah, masing-masing jawaban “ya” diberi bobot 1 dan “tidak” diberi bobot 0. Skor tertinggi adalah 8. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka kebijakan rumah sakit dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 75 dari total nilai 6 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 40-75 dari total nilai 3-6 3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 40 dari total nilai 3

6. Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B diukur dengan metode skoring

terhadap kuesioner yang telah diberi bobot. Jumlah pertanyaan 10 buah, masing- masing jawaban “ya” diberi bobot 3, “kadang-kadang” atau ”ragu-ragu” diberi bobot 2, dan “tidak” diberi bobot 1. Skor tertinggi adalah 30. Berdasarkan jumlah nilai yang diperoleh responden, maka pencegahan risiko tertular hepatitis B dikategorikan menjadi 3, yaitu: 1. Baik, apabila skor yang diperoleh responden 75 dari total nilai 23 2. Sedang, apabila skor yang diperoleh responden 40-75 dari total nilai 12-23 3. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden 40 dari total nilai 12 Universitas Sumatera Utara

3.7 Teknik Analisa Data