Distribusi Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B Uji Normalitas Analisis Bivariat

Namun, tidak ada responden yang menyatakan kebijakan rumah sakit sudah pada kategori baik.

4.6 Distribusi Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B

Tingkat pencegahan risiko tertular hepatitis B menurut kategori baik, sedang, dan kurang dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008 No Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B Frekuensi 1. Baik 28 73,7 2. Sedang 10 26,3 Total 38 100 Pada tabel 4.7 dapat dilihat bahwa pencegahan risiko tertular hepatitis B yang dilakukan perawat pada kategori baik yaitu sebanyak 28 orang 73,7 dan 10 orang 26,3 pada kategori sedang. Namun, tidak ada responden yang melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori kurang.

4.7 Uji Normalitas

Uji Normalitas dipergunakan untuk melihat apakah data yang dipergunakan berdistribusi normal. Pengujian normalitas menggunakan uji one-sample kolmogorof- smirnov. Data yang normal memiliki nilai uji kolmogorof-smirnov lebih kecil dari nilai tabel atau nilai signifikan lebih besar dari alpha = 0,05 Ho diterima. Berdasarkan perhitungan kolmogorof-smirnov diperoleh nilai sig 2-tailed untuk variabel pengetahuan sebesar 0,023, sikap sebesar 0,016, ketersedian fasilitas APD sebesar 0,001, pelatihan sebesar 0,000, kebijakan rumah sakit sebesar 0,020, dan variabel pencegahan risiko tertular hepatitis B sebesar 0,181. Hampir semua nilai Universitas Sumatera Utara ini lebih kecil dari alpha = 0,05 yang berarti data pada semua variabel dinyatakan tidak berdistribusi normal.

4.8 Analisis Bivariat

Analisis bivariat faktor-faktor yang mempengaruhi perawat terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B dapat dilihat dari tabel silang dan analisis menggunakan korelasi Spearman Rho. Tabel 4.8 Tabulasi Silang Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B Berdasarkan Faktor yang Mempengaruhi di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2008 Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B No Faktor yang Mempengaruhi Baik Sedang Total A Pengetahuan f F F 1 Baik 27 71,1 9 23,7 36 94,7 2 Sedang 1 2,6 1 2,6 2 5,3 Total 28 73,7 10 26,3 38 100 B Sikap f F F 1 Baik 26 68,4 9 23,7 35 92,1 2 Sedang 2 5,3 1 2,6 3 7,9 Total 28 73,7 10 26,3 38 100 C Ketersediaan Fasilitas dan APD f F F 1 Baik 26 68,4 6 15,8 32 84,2 2 Sedang 2 5,3 4 10,5 6 15,8 Total 28 73,7 10 26,3 38 100 D Pelatihan f F F 1 Sedang 7 18,4 2 5,3 9 23,7 2 Kurang 21 55,3 8 21,1 29 76,3 Total 28 73,7 10 26,3 38 100 E Kebijakan Rumah Sakit f F f 1 Sedang 25 65,8 6 15,8 31 81,6 2 Kurang 3 7,9 4 10,5 7 18,4 Total 28 73,7 10 26,3 38 100 Pada tabel 4.8 dapat dilihat bahwa perawat yang memiliki pengetahuan baik dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 27 orang 71,1, pengetahuan baik dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 9 orang 23,7, pengetahuan sedang dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 1 orang 2,6, dan Universitas Sumatera Utara pengetahuan sedang dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 1 orang 2,6. Untuk variabel sikap, perawat yang memiliki sikap baik dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 26 orang 68,4, sikap baik dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 9 orang 23,7, sikap sedang dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 2 orang 5,3, dan sikap sedang dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 1 orang 2,6. Untuk variabel ketersedian fasilitas dan APD, perawat yang menyatakan ketersediaan fasilitas dan APD pada kategori baik dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 26 orang 68,4, ketersediaan fasilitas dan APD pada kategori baik dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 6 orang 15,8, ketersediaan fasilitas dan APD pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 2 orang 5,3, ketersediaan fasilitas dan APD pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 4 orang 10,5. Untuk variabel pelatihan, perawat yang menyatakan pelatihan pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 7 orang 18,4, pelatihan pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 2 orang 5,3, pelatihan pada kategori kurang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 21 orang 55,3, pelatihan pada kategori kurang dan Universitas Sumatera Utara melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 8 orang 21,1. Untuk variabel kebijakan, perawat yang menyatakan kebijakan pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 25 orang 65,8, kebijakan pada kategori sedang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 6 orang 15,8, kebijakan pada kategori kurang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik sebanyak 3 orang 7,9, kebijakan pada kategori kurang dan melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori sedang sebanyak 4 orang 10,5. Hasil penelitian terhadap perawat di ruang rawat inap penyakit dalam RSUP H. Adam Malik Medan tentang pencegahan risiko tertular hepatitis B, selanjutnya dilakukan analisis bivariat antara variabel bebas dengan variabel terikat untuk melihat faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B dengan menggunakan uji korelasi Spearman Rho dengan nilai α =0,05. Tabel 4.9 Hasil Analisis Uji Bivariat antara Variabel Faktor yang Mempengaruhi dengan Variabel Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B Pencegahan Risiko tertular hepatitis B No Faktor yang Mempengaruhi Sig 2-tailed Correlation Coefficient 1 2 3 4 5 Pengetahuan Sikap Ketersedian Fasilitas APD Pelatihan Kebijakan Rumah Sakit 0,448 0,781 0,014 0,757 0,041 0,127 0,047 0,397 0,052 0,333 Pada tabel 4.9 dapat dilihat bahwa hasil uji korelasi Spearman Rho antara pengetahuan dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B diperoleh nilai p = 0,448 dengan nilai r = 0,127, antara sikap dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B Universitas Sumatera Utara diperoleh nilai p = 0,781 dengan nilai r = 0,047, antara Ketersedian Fasilitas APD dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B diperoleh nilai p = 0,014 dengan nilai r = 0,397, antara pelatihan dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B diperoleh nilai p = 0,757 dengan nilai r = 0,052, antara kebijakan rumah sakit dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B diperoleh nilai p = 0,041 dengan nilai r = 0,333. Hal ini menunjukkan tidak ada pengaruh antara variabel pengetahuan, sikap, pelatihan dengan pencegahan risiko tertular hepatitis B sedangkan variabel ketersediaan fasilitas APD dan kebijakan rumah sakit berpengaruh secara signifikan terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B. Universitas Sumatera Utara

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Pengaruh Pengetahuan terhadap Pencegahan Risiko Tertular Hepatitis B

Pada tabel 4.2 dapat dilihat bahwa sebagian besar perawat ruang rawat inap penyakit dalam di RSUP H. Adam Malik sudah memiliki pengetahuan baik tentang pencegahan risiko tertular penyakit infeksi hepatitis B yaitu sebanyak 36 orang 94,7. Pengetahuan ini diperoleh dari sosialisasi para perawat yang sebelumnya telah pernah mengikuti pelatihan, bahkan pengetahuan ini juga diperoleh dari bangku pendidikan perawat. Pada tabel 4.8 hasil analisis antara pengetahuan perawat terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B menggunakan tabel silang diperoleh bahwa ada sebanyak 9 dari 36 94,7 perawat yang pengetahuannya baik, akan tetapi dalam hal pencegahan risiko tertular hepatitis B masih dalam kategori sedang. Sedangkan diantara perawat yang pengetahuannya sedang, ada 1 dari 2 5,3 perawat yang sudah melakukan tindakan pencegahan risiko tertular hepatitis B pada kategori baik. Walaupun persentase perawat yang memiliki pengetahuan pada kategori baik relatif besar, namun perlu diingat bahwa kemungkinan perawat tidak melakukan pencegahan risiko tertular hepatitis B. Dengan alasan bahwa seorang perawat harus mengetahui secara menyeluruh mengenai pengertian hepatitis B, manifestasi klinis hepatitis B, cara penularan, risiko tertularnya hepatitis B saat melakukan perawatan, pencegahan, proses perawatan serta berbagai aspek medis dan non medis. Tanpa menguasai aspek tersebut sulit untuk mengharapkan seorang perawat dapat memberikan perawatan yang baik terhadap pasien dan sulit menjamin perawat Universitas Sumatera Utara