Dengan penutup di ujung jarum, putar semprit tegak lurus sehingga jarum dan semprit mengarah ke atas.
Akhirnya, dengan sumbat yang sekarang ini menutup ujung jarum sepenuhnya, peganglah semprit ke arah atas dengan pangkal dekat pusat di
mana jarum itu bersatu dengan semprit dengan satu tangan, dan gunakan tangan lainnya untuk menyegel tutup itu dengan baik.
4
2.9 Pemrosesan Alat
Menurut Nystrom 1981 yang dikutip Tietjen 2004, dekontaminasi adalah langkah pertama dalam memroses instrumen bedahtindakan, sarung tangan dan
peralatan lainnya yang kotor terkontaminasi, terutama jika akan dibersihkan dengan tangan. Umpamanya merendam barang-barang yang terkontaminasi dalam larutan
klorin 0,5 atau disinfektan lainnya yang tersedia dengan cepat dapat membunuh HBV dan HIV. Dengan demikian, menjadikan instrumen lebih aman ditangani
sewaktu pembersihan. Setelah instrumen dan barang-barang lain didekontaminasi, kemudian perlu dibersihkan, dan akhirnya dapat disterilisasi atau didisinfeksi tingkat
tinggi. Proses yang dipilih untuk pemrosesan akhir bergantung pada apakah instrumen ini akan bersinggungan dengan selaput lendir yang utuh atau kulit yang
terkelupas atau jaringan di bawah kulit yang biasanya steril.
4
2.10 Pelatihan Kerja
Pelatihan kerja diselenggarakan dan diarahkan untuk membekali, meningkatkan, dan mengembangkan keterampilan dan keahlian kerja guna
meningkatkan kemampuan, produktivitas dan kesejahteraan tenaga kerja.
19
Universitas Sumatera Utara
Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan pasal 13 disebutkan bahwa pelatihan di bidang kesehatan
wajib memenuhi persyaratan tersedianya
20
: a. Calon peserta pelatihan
b. Tenaga kepelatihan c. Kurikulum
d. Sumber dana yang tetap untuk menjamin kelangsungan penyelenggaraan pelatihan
e. Sarana dan prasarana. Kemudian pada pasal 9 disebutkan bahwa
20
: 1 Pelatihan di bidang kesehatan diarahkan untuk meningkatkan keterampilan
atau penguasaan pengetahuan di bidang teknis kesehatan. 2 Pelatihan di bidang kesehatan dapat dilakukan secara berjenjang sesuai
dengan jenis tenaga kesehatan yang bersangkutan. Selanjutnya pada pasal 10 disebutkan bahwa
20
: 1 Setiap tenaga kesehatan memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti
pelatihan di bidang kesehatan sesuai dengan bidang tugasnya. 2 Penyelenggara danatau pimpinan sarana kesehatan bertanggung jawab atas
pemberian kesempatan kepada tenaga kesehatan yang ditempatkan Sesuai standard patogen yang ditularkan melalui darah dari OSHA pelatihan
awal dan tahunan yang berhubungan dengan standard harus tersedia untuk setiap pekerja yang secara potensial terpapar selama jam-jam kerja, dan biaya tidak
Universitas Sumatera Utara
dibebankan pada pekerja pelatihan tahunan harus dilakukan dalam 12 bulan dari pelatihan awal. Catatan harus tetap dipertahankan untuk sesi-sesi pelatihan.
17
2.11 Determinan Perilaku
Perilaku adalah hasil atau resultan antara stimulus faktor eksternal dengan respon faktor internal dalam subjek atau orang yang berperilaku tersebut. Dengan
perkataan lain, perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. Faktor yang menentukan atau
membentuk perilaku ini disebut determinan.
21
Menurut Green yang dikutip Notoadmodjo 2003, perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yakni
21
: 1. Faktor-faktor predisposisi predisposing factor
Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang. Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat
terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat
pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan sebagainya. 2. Faktor-faktor pemungkin enabling factor
Yaitu faktor-faktor yang memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat. Fasilitas ini pada hakikatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka faktor-faktor ini disebut
juga faktor-faktor pendukung. Misalnya Puskesmas, Posyandu, Rumah Sakit, tempat pembuangan air, tempat pembuangan sampah, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
3. Faktor-faktor penguat reinforcing factor Adalah faktor-faktor yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku.
Kadang-kadang meskipun orang mengetahui untuk berperilaku sehat, tetapi tidak melakukannya. Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh
masyarakat toma, tokoh agama toga, sikap dan perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan. Termasuk juga di sini undang-undang, peraturan-peraturan
baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan.
2.11.1 Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang.
21
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau
responden.
21
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan dapat dikelompokkan menjadi
21
: a Pengetahuan tentang sakit dan penyakit meliputi :
1. Penyebab penyakit 2. Gejala atau tanda-tanda penyakit
3. Bagaimana cara pengobatan, atau kemana mencari pengobatan 4. Bagaimana cara penularannya
5. Bagaimana cara pencegahannya termasuk imunisasi, dan sebagainya
Universitas Sumatera Utara
b Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat, meliputi : 1. Jenis-jenis makanan yang bergizi
2. Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan 3. Pentingnya olah raga bagi kesehatan
4. Penyakit-penyakit atau bahaya-bahaya merokok, minum-minuman keras, dan sebagainya.
5. Pentingnya istirahat cukup, relaksasi, rekreasi, dan sebagainya bagi kesehatan c Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan
1. Manfaat air bersih 2. Cara-cara pembuangan limbah yang sehat, termasuk pembuangan kotoran
yang sehat, dan sampah. 3. Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang sehat.
4. Akibat polusi polusi air, udara, dan tanah bagi kesehatan, dan sebagainya.
2.11.2 Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat,
tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.
21
Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaaan untuk bertindak, dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas,
Universitas Sumatera Utara
akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan suatu rekasi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu pengahayatan terhadap objek.
21
Menurut WHO yang dikutip Notoadmodjo 2003, sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari
pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai
kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabakan beberapa alasan, antara lain
21
: 1. Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain.
3. Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
4. Nilai value, di dalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Dalam bagian lain Allport 1954 menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok.
21
1. Kepercayaan keyakinan, ide, dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional dan evaluasi terhadap suatu objek.
3. Kecendrungan untuk bertindak tend to behave.
Universitas Sumatera Utara
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh total attitude. Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting.
21
Indikator untuk tingkat sikap kesehatan sejalan dengan tingkat pengetahuan kesehatan seperti
21
: a Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah bagaimana penilaian atau pendapat seseorang terhadap gejala atau tanda- tanda penyakit, penyebab penyakit, cara penularan penyakit, cara pencegahan
penyakit, dan sebagainya. b Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian atau pendapat seseorang terhadap cara-cara memelihara dan cara-cara berperilaku hidup sehat. Dengan perkataan lain pendapat atau
penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, relaksasi istirahat atau istirahat cukup, dan sebagainya bagi kesehatannya.
c Sikap terhadap kesehatan lingkungan Adalah pendapat atau penilaian seseorang terhadap lingkungan dan pengaruhnya
terhadap kesehatan.
2.12 Perawat
Menurut PPNI Persatuan Perawat Nasional Indonesia perawat adalah seorang yang telah menempuh serta lulus pendidikan formal dalam bidang
keperawatan yang program pendidikanya telah disahkan oleh Pemerintah Republik Indonesia.
22
Universitas Sumatera Utara
Perawat adalah tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan yang terlibat dalam kegiatan perawatan. Perawat bertanggung jawab untuk perawatan,
perlindungan, dan pemulihan orang yang luka atau pasien penderita penyakit akut atau kronis, pemeliharaan kesehatan orang sehat, dan penanganan keadaan darurat
yang mengancam nyawa dalam berbagai jenis perawatan kesehatan. Perawat juga dapat terlibat dalam riset medis dan perawatan serta menjalankan beragam fungsi
non-klinis yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi perawatan kesehatan.
22
2.12.1 Fungsi Perawat
Dalam praktik keperawatan fungsi perawat terdiri dari tiga fungsi yaitu fungsi independen, interdependen, dan dependen.
23
1. Fungsi independen
Dalam fungsi ini tindakan perawat tidak memerlukan perintah dokter. Tindakan perawat bersifat mandiri, berdasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Contoh
tindakan perawat dalam menjalankan fungsi independen adalah : 1. Pengkajian seluruh sejarah kesehatan pasienkeluarga dan menguji secara fisik
untuk menentukan status kesehatan. 2. Mengidentifikasi tindakan keperawatan yang mungkin dilakukan untuk
memelihara atau memperbaiki kesehatan. 3. Membantu pasien dalam melakukan kegiatan sehari-hari, mendorong pasien
untuk berperilaku wajar.
2. Fungsi interdependen
Tindakan perawat berdasar pada kerjasama dengan tim perawatan atau tim kesehatan. Fungsi ini tampak ketika perawat bersama tenaga kesehatan lain
Universitas Sumatera Utara
berkolaborasi mengupayakan kesembuhan pasien. Mereka biasanya tergabung dalam sebuah tim yang dipimpin oleh seorang dokter.
3. Fungsi dependen
Dalam fungsi ini perawat bertindak membantu dokter dalam memberikan pelayanan medik. Perawat membantu dokter memberikan pelayanan pengobatan
dan tindakan khusus yang menjadi wewenang dokter dan seharusnya dilakukan dokter, seperti pemasangan infus, pemberian obat, melakukan suntikan.
2.12.2 Pelayanan Perawatan
Pelayanan perawatan memegang peranan penting dalam menentukan keberhasilan pelayanan kesehatan di rumah sakit. Pelayanan keperawatan adalah
berupa bantuan yang diberikan kepada individu yang sedang sakit untuk dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk hidup dan beradaptasi terhadap stres
dengan menggunakan potensi yang tersedia pada individu itu sendiri.
24
Lingkup pelayanan keperawatan adalah pemberian terhadap pemenuhan kebutuhan dasar manusia secara bio-psiko-sosio-spritual yang mencakup 13
komponen, yaitu
24
: 1. Memenuhi kebutuhan oksigen
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi dan keseimbangn cairanelektrolit 3. Memenuhi kebutuhan eliminasi
4. Memenuhi kebutuhan keamanan 5. Memenuhi kebutuhan kebersihan dan kenyamanan
6. Memenuhi kebutuhan istirahat dan tidur 7. Memenuhi kebutuhan gerak dan kegiatan jasmani
Universitas Sumatera Utara
8. Memenuhi kebutuhan spritual 9. Memenuhi kebutuhan komunikasi
10. Memenuhi kebutuhan emosional 11. Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologi tubuh
12. Memenuhi kebutuhan pengobatan dan proses penyembuhan 13. Memenuhi kebutuhan penyuluhan dan rehabilitasi
Pelayanan medisperawatan dilakukan di unit rawat jalan, unit gawat darurat, unit rawat inap, unit perawatan intensif, unit bedah, kamar bersalin. Pelayanan ini
akan prima bila sarana disiapkan sedemikian rupa hingga membuat suasana kerja yang nyaman dan memungkinkan kelancaran kerja.
24
2.12.3 Merawat di Bangsal Penyakit Dalam
Pasien-pasien di bangsal penyakit dalam jarang menjalani operasi, walaupun kadang-kadang demikian, yang setelah pemeriksaan dilakukan, tindakan bedah
ditetapkan. Perawatan medis tidak hanya menyangkut pemberian obat untuk menyembuhkan penyakit, akan tetapi pasien mungkin harus menjalani berbagai jenis
tes dan kajian, yang beberapa dari ini akan mengikutsertakan perawat dalam pengumpulan spesimen atau sediaan pasien. Pengkajian sederhana mencakup
spesimen darah, air kemih pertengahan buang air kecil atau pengumpulan urin 24 jam, sputum, atau tinja untuk darah samar atau penaksiran lemak.
25
Ikhtisar ciri-ciri bangsal penyakit dalam
25 :
1. Penderita sering sakit kronik dan oleh karena itu tidak sembuh dari penyakit mereka.
2. Mereka jarang menjalani operasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Sebagian besar penderita kurang persiapan untuk masuk rumah sakit karena mereka masuk dalam keadaan darurat.
4. Mereka sedang sakit atau sangat sakit ketika masuk. 5. Perawatan mencakup memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, sosial, dan
spritual penderita. 6. Penderita lazimnya berumur pertengahan atau tua.
2.13 Rumah Sakit
Menurut American Hospital Association 1974, rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kedokteran, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang
diderita oleh pasien. Sedangkan Association of Hospital Care 1987 dalam Azwar 1996 menyatakan bahwa rumah sakit adalah pusat di mana pelayanan kesehatan
masyarakat, pendidikan serta penelitian kedokteran diselenggarakan.
26
Fungsi rumah sakit adalah menyelenggarakan pelayanan spesialistikmedik sekunder dan pelayanan subspesialistikmedik tersier. Oleh karena itu, produk utama
core product rumah sakit adalah pelayanan medik.
27
Rumah sakit sebagai suatu institusi pelayanan kesehatan juga melakukan upaya kesehatan dengan pendekatan pemeliharaan, promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif.
27
Pengembangan rumah sakit menjadi suatu organisasi yang sehat melalui pemberian penyuluhan kesehatan kepada pasien, karyawan rumah sakit, dan
masyarakat, telah menghasilkan reorientasi rumah sakit menjadi rumah sakit
Universitas Sumatera Utara
promotor kesehatan Health Promoting Hospital. Salah satu alasan mengapa rumah sakit dianggap perlu melaksanakan penyuluhan atau promosi kesehatan karena rumah
sakit sebagai suatu organisasi yang memiliki relatif banyak karyawan dan sebagai pusat sumber daya untuk wilayahnya, maka rumah sakit mempunyai tanggung jawab
moral untuk meningkatkan dan menjaga kesehatan karyawannya.
27
2.13.1 Jenis Rumah Sakit
Ditinjau dari kemampuan yang dimiliki, Rumah Sakit di Indonesia dibedakan atas lima macam yakni
26
: 1. Rumah Sakit Kelas A
Rumah sakit kelas A adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas. Oleh pemerintah, rumah sakit kelas A
ini telah ditetapkan sebagai tempat pelayanan rujukan tertinggi top referral hospital atau disebut pula sebagai Rumah Sakit Pusat.
2. Rumah Sakit Kelas B Rumah Sakit Kelas B adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
dokter spesialis luas dan subspesialis terbatas. Direncanakan rumah sakit kelas B didirikan di setiap ibukota Propinsi provincial hospital yang menampung
pelayanan rujukan dari rumah sakit Kabupaten. Rumah Sakit pendidikan yang tidak termasuk kelas A juga diklasifikasikan sebagai Rumah Sakit kelas B.
3. Rumah Sakit Kelas C Rumah sakit kelas C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan
kedokteran spesialis terbatas. Pada saat ini ada empat macam pelayanan spesialis ini yang disediakan yakni pelayanan penyakit dalam, pelayanan bedah, pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan anak, serta pelayanan kebidanan dan kandungan. Direncanakan rumah sakit kelas C ini akan didirikan di setiap ibu kota Kabupaten regency hospital
yang manampung pelayanan rujukan dari Puskesmas. 4. Rumah Sakit kelas D
Rumah Sakit kelas D adalah rumah sakit yang bersifat transisi karena pada satu saat akan ditingkatkan menjadi rumah sakit kelas C. Pada saat ini kemampuan
rumah sakit kelas D hanyalah memberikan pelayanan kedokteran umum dan kedokteran gigi. Sama halnya dengan Rumah Sakit kelas C, Rumah Sakit kelas D
ini juga menampung pelayanan rujukan yang berasal dari Puskesmas. 5. Rumah Sakit kelas E
Rumah sakit kelas E adalah rumah sakit khusus special hospital yang menyelenggarakan hanya satu pelayanan kedokteran saja. Pada saat ini banyak
rumah sakit kelas E yang telah ditemukan. Misalnya rumah sakit jiwa, rumah sakit kusta, rumah sakit paru, rumah sakit kanker, rumah sakit jantung, rumah
sakit ibu dan anak, dan lain sebagainya yang seperti ini.
2.13.2 Kegiatan di Rumah Sakit
Menurut depkes RI 1992 yang dikutip oleh Nurasiah 2007 kegiatan rumah sakit terdiri dari
10
: 1. Rawat jalan, seperti poliklinik, kesejahteraan ibu dan anak, keluarga berencana,
pemeriksaan periodik general check-up, gigi. 2. Rawat inap, seperti rawat inap interne, anak, mata, bedah, kebidanan, paru,
jantung, kulit, kelamin, telinga hidung dan tenggorokan, neurologi, mulut, gigi, rawat intensif, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
3. Unit gawat darurat. 4. Pelayanan medik, seperti ruang operasi, dan ruang bersalin.
5. Pelayanan penunjang non-medik, yakni ruang cuci, dapur, administrasi. 6. Pendidikan dan latihan.
2.13.3 Potensi Bahaya di Rumah Sakit
Menurut Depkes RI 1992 yang dikutip oleh Nurasiah, sebagai sarana pelaksana kesehatan untuk umum, salah satu faktor yang menjadi penyebab potensi
bahaya Penyakit Akibat Kerja PAK di rumah sakit yaitu faktor biologi. Sebagai pelaksanaan kesehatan untuk umum, rumah sakit merupakan tempat berkumpulnya
orang sakit maupun orang sehat. Berbagai jenis penyakit terdapat di rumah sakit, salah satunya adalah penyakit infeksi yang dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
parasit, jamur, infeksi ini dapat menular dari satu orang ke orang lain termasuk kepada petugas kesehatan dan karyawan yang bekerja di rumah sakit. Di samping itu
berbagai peralatan yang berasal dari penderita seperti darah, sputum, feces, dan peralatan medis yang tercemar oleh mikroorganisme, sanitasi lingkungan rumah sakit
yang kurang memenuhi syarat, dan limbah rumah sakit dapat pula menjadi sumber penularan penyakit. Untuk menghindari terjadinya penularan tersebut, perlu
dilakukan upaya pencegahan.
10
Universitas Sumatera Utara
2.14 Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
2.15 Hipotesis Penelitian
Ho diterima : Tidak
ada pengaruh
pengetahuan perawat
terhadap pencegahan risiko tertular Hepatitis B.
Ho ditolak : Ada pengaruh pengetahuan perawat terhadap pencegahan
risiko tertular Hepatitis B. H1
Faktor Pemudah Predisposing Factor
- Pengetahuan - Sikap
Pencegahan Risiko
Tertular Hepatitis B
Faktor Pemungkin Enabling Factor
- Ketersediaan Fasilitas dan APD - Pelatihan
Faktor Penguat Reinforcing Factor
- Kebijakan Rumah Sakit
Karakteristik perawat - Umur
- Jenis Kelamin - Pendidikan
- Masa Kerja
Universitas Sumatera Utara
Ho diterima : Tidak ada pengaruh sikap perawat terhadap pencegahan risiko tertular Hepatitis B.
Ho ditolak : Ada pengaruh sikap perawat terhadap pencegahan risiko
tertular Hepatitis B. Ho diterima
: Tidak ada pengaruh pelatihan terhadap pencegahan risiko tertular Hepatitis B.
Ho ditolak : Ada pengaruh pelatihan terhadap pencegahan risiko tertular
Hepatitis B. Ho diterima
: Tidak ada pengaruh ketersediaan fasilitas dan APD terhadap pencegahan risiko tertular Hepatitis B.
Ho ditolak : Ada pengaruh ketersediaan fasilitas dan APD terhadap
pencegahan risiko tertular Hepatitis B. Ho diterima
: Tidak ada pengaruh kebijakan rumah sakit terhadap pencegahan risiko tertular hepatitis B.
Ho ditolak : Ada pengaruh kebijakan rumah sakit terhadap pencegahan
risiko tertular hepatitis B. H2
H3
H4
H5
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif analitik dengan menggunakan disain cross sectional.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Ruang Rawat Inap Penyakit Dalam di Rumah Sakit Umum Pusat RSUP H. Adam Malik Medan selama Juni 2008 sampai Desember
2008. Adapun pertimbangan pelaksanaan penelitian di tempat tersebut adalah karena
ruang rawat inap penyakit dalam merupakan tempat perawatan bagi pasien hepatitis B dengan berbagai manifestasi kliniknya sehingga perawat yang bertugas di ruangan
ini berisiko tertular hepatitis B. Selain itu, RSUP H. Adam Malik memiliki pelayanan pengendalian infeksi, pelayanan K3RS Keselamatan Kerja, Kebakaran Dan
Kewaspadaan Bencana Rumah Sakit yang memperhatikan keselamatan kerja karyawan rumah sakit.
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh perawat pada ruang rawat inap terpadu A Rindu A penyakit dalam di RSUP H. Adam Malik Medan, yaitu sebanyak 40 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah total populasi yakni seluruh perawat pada ruang rawat inap terpadu A Rindu A penyakit dalam dengan pertimbangan bahwa jumlah
Universitas Sumatera Utara