Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Klinik VCT

Jika dilihat dari persentasi responden, maka suku kelompok Anak Buah Kapal yang memiliki frekwensi terbesar adalah suku melayu dengan jumlah 99 orang 33,6. Hal yang sama dengan agama juga bisa dijelaskan pada variabel suku. Secara demografi penduduk kota Medan lebih banyak memiliki suku Melayu, sehingga secara kuantitas, wajar jika persentasi suku ABK lebih banyak memiliki suku Melayu. Selain itu, suku Melayu biasanya lebih banyak bermukim di daerah pesisir pantai dan kebanyakan bekerja sebagai nelayan sehingga banyak memilih pekerjaan sebagai Anak Buah Kapal.

d. Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Pemanfaatan Klinik VCT

Berdasarkan uji bivariat antara variabel pendidikan dengan pemanfaatan Klinik VCT pada ABK, diperoleh nilai probabilitasnya p 0,009. Nilai ini lebih kecill dari nilai α 0,05. Artinya, ada hubungan variabel pendidikan dengan pemanfaatan pelayanan klinik VCT KKP Belawan. Pada pengujian regresi logistik diperoleh nilai probabilitasnya p 0,396, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara tingkat pendidikan terhadap pemanfaatan Kinik VCT pada ABK. Menurut Azwar 1996, pemanfaatan seseorang terhadap pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi orang tersebut. Bila tingkat pendidikan, sosial budaya, dan sosial ekonomi baik, maka secara relatif pemanfaatan pelayanan kesehatan akan tinggi. Berdasarkan hasil penelitian Sutanto 2002 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan di Kabupaten Universitas Sumatera Utara Sleman, ditemukan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan yang eksponensial dengan tingkat kesehatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, semakin mudah menerima konsep hidup sehat secara mandiri, kreatif, dan berkesinambungan, sehingga sangat berpengaruh terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan yang ada. Menurut Notoatmodjo 2002, kesehatan merupakan interaksi berbagai faktor, baik internal dalam diri manusia maupun eksternal di luar diri manusia. Faktor internal terdiri dari faktor fisik dan psikis, sedangkan faktor eksternal terdiri dari kondisi sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan, dan sebagainya. Menurut, Lukito 2003, pemanfaatan masyarakat terhadap berbagai fasilitas pelayanan kesehatan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan, maka akan semakin mudah seseorang untuk memahami sebuah perubahan dan manfaat sebuah perubahan, khususnya dalam bidang kesehatan. Menurut pendapat Anderson 1995 bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah variabel struktur sosial seperti: pendidikan. Secara umum aspek pendidikan terkait dengan tingkat pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal. Menurut M őnks 1994, pendidikan secara garis besar merupakan perkembangan kognitif yang berarti perubahan dalam perkembangan tentang bagaimana memperoleh pengetahuan, menyimpannya dan menggunakannya sebagai faktor usaha intervensi perilaku. Dalam hal ini tingkat pendidikan akan Universitas Sumatera Utara mempengaruhi pengetahuan Anak Buah Kapal dalam upaya mengetahui resiko penularan HIV. Berdasarkan hasil penenlitian diperoleh distribusi frekuensi tingkat pendidikan ABK yang memanfaatkan pelayanan Klinik VCT KKP Kelas I Belawan adalah dengan tingkat pendidikan SMU sebanyak 149 orang 51,9. Hal ini disebabkan pekerjaan sebagai ABK tidak begitu mengutamakan tingkat pendidikan yang tinggi, namun lebih mengutamakan pengalaman dalam berlayar.

e. Pengaruh Status Perkawinan dengan Pemanfaatan Klinik VCT