3. Peraturan Pemeritah Nomor 16 Tahun 1997 tentang Waralaba diganti Dengan
PP No. 42 Tahun 2007 ; Pengaturan tentang masalah franchise di Indonesia saat ini secara khusus
telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba Franchise yang telah diUndAngkan pada tanggal 18 Juni 1997, karena
Pemerintah beranggapan bahwa sistem franchise ini merupakan salah satu cara yang efektif untuk meningkatkan kegiatan perekonomian negera yang sedang
lesu dan memberikan kesempatan kepada masyarakat khususnya kepada golongan ekonomi lemah untuk berusaha melaksanakan bisnisnya. Oleh karena
itulah Pemerintah mengeluarkan peraturan perUndang-Undangan tersebut
4. Undang-Undang No. 14 Tahun 2001 tentang Paten;
5. Undang-Undang No. 30 Tahun 2000 tentang Rasia Dagang;
6. Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 376kep XI1988 tentang Kegiatan
Perdagangan; 7.
Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan RI No. 259MPPKEP71997 Tanggal 30 Juli 1997 tentang Ketentuan Tata Cara
Pelaksanaan Pendaftaran Usaha Waralaba;
D. Penegakan Hukum Terhadap Waralaba Franchise
Dengan adanya Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang Perjanjian Waralaba Franchise maka para
Pihak yang terlibat di dalam Perjanjian tersebut wajib untuk menghormati dan melaksanakan dengan sebaik-baiknya tanpa ada unsur paksaan maupun untuk
tidak mencederai Pihak Lainnya dalam rangka memperolah keuntungan pridadi
Universitas Sumatera Utara
di atas kepentingan bersama, walaupun belum ada Undang-Undang khusus yang mengatur tentang Perjanjian waralaba. Sehingga dengan dilaksanakannya
Perjanjian tersebut sesuai kesepakatan dan berdasarkan Undang-Undang serta Peraturan Pemerintah yang berlaku, maka terwujudnya suatu keperyaaan dan
keseimbangan dari pada Para Pihak. Dalam hal penegakan Hukum, mengacu pada Pasal 8 Perjanjian Teh Poci
ini yaitu “ Apabila terjadi perselisihan atau perbedaan pendapat diantara kedua belah Pihak dalam menafsirkan dan melaksanakan Perjanjian ini, maka para
Pihak sepakat dan setuju untuk menyelesaikannya dengan cara musyawarah dan mufakat. Dan apabila tidak tercapai kata mufakat, maka menurut M. Khairuddin
selaku franchisee penerima waralaba dari Teh Poci, akan menempuh jalur Hukum
57
. Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 12 M-DagPER32006 Tentang
Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, dalam Pasal 6 point g tentang isi dari Perjanjian waralaba, Dalam Pasal 6 tersebut
mengatur mengenai cara penyelesaian perselisihan. Namun cara penyelesaian perselisihan tersebut, merupakan kesepakatan dari kedua belah Pihak dalam
Perjanjian.
57
Wawancara Tanggal 6 desember 2010 dengan M.Khoiruddin, penerima waralaba Teh Poci, jl.Gajah Mada samping gramedia, Medan.
Universitas Sumatera Utara
E. Perlindungan Para Pihak Yang Terlibat Dalam Perjanjian Waralaba
Teh Poci
Pemerintah memandang perlu untuk mengetahui legalitas dan bonafiditas usaha Pemberi Waralaba baik dari luar negeri dan dalam negeri guna
menciptakan transparansi informasi usaha yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh usaha nasional dalam memasarkan barang danatau jasa dengan
Waralaba. Di samping itu, Pemerintah dapat memantau dan menyusun data Waralaba baik jumlah maupun jenis usaha yang diwaralabakan. Untuk itu,
Pemberi Waralaba sebelum membuat Perjanjian Waralaba dengan Penerima Waralaba, harus menyampaikan prospektus penawaran Waralaba kepada
Pemerintah dan calon Penerima Waralaba. Disisi lain, apabila terjadi kesepakatan Perjanjian Waralaba, Penerima Waralaba harus menyampaikan Perjanjian
Waralaba tersebut kepada Pemerintah agar memperoleh lisensi.
58
Berdasarkan alasan tersebut pemerintah kemudian menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Tonggak kepastian Hukum
akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 1997 tentang
Waralaba. Peraturan Pemerintah ini telah dicabut dan diganti dengan Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2007 tentang Waralaba. Banyak orang masih skeptis
dengan kepastian Hukum terutama dalam bidang waralaba di Indonesia. Namun saat ini kepastian Hukum untuk berusaha dengan format bisnis waralaba jauh
58
Lisensi merupakan suatu syarat maupun keabsahan Legitimacy yang harus dipenuhi dalam Perjanjian.
Universitas Sumatera Utara
lebih baik dari sebelum Tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung Hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Maka untuk
perlindungan Perjanjian Waralaba sendiri telah benar-benar di lindungi oleh Pemerintah, walaupun belum ada Undang-Undang khusus yang mengatur tentang
Perjanjian tersebut.
F. Tanggung Jawab Para Pihak Terhadap Perjanjian Waralaba.