Tanggung Jawab Para Pihak Terhadap Perjanjian Waralaba. Latar Belakang Serta Dampak dan Berkembangnya Teh Poci di Kota Medan

lebih baik dari sebelum Tahun 1997. Hal ini terlihat dari semakin banyaknya payung Hukum yang dapat melindungi bisnis waralaba tersebut. Maka untuk perlindungan Perjanjian Waralaba sendiri telah benar-benar di lindungi oleh Pemerintah, walaupun belum ada Undang-Undang khusus yang mengatur tentang Perjanjian tersebut.

F. Tanggung Jawab Para Pihak Terhadap Perjanjian Waralaba.

Pada dasarnya tanggung jawab Para Pihak yang terlibat didalam Perjanjian waralaba merupakan justifikasi yuridis terhadap ditariknya tanggung jawab seorang Franchisee menjadi tanggung jawab Franchisor atas tindakan yang dilakukan oleh Pihak franchise, adapun tanggung jawab tersebut adalah sebagai berikut : 59

a. Justifikasi Interen

Dalam hal ini jika terdapat pengaruh atas campur tangan yang cukup besar dari Pihak franchisor terhadap jalannya bisnis franchise yang sebenarnya dikelola oleh Pihak Franchisee.

b. Justifikasi Eksteren

Justifikasi eksteran yaitu, jika terdapat kesan kepada masyarakat sedemikian rupa sehingga seolah-olah tindakan tersebut dilakukan oleh atau atas nama Pihak Franchisor. 59 Juajir Sumardi, Aspek-Aspek Hukum Franchise dan Perusahaan Transnasional, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995. hal. 46. Universitas Sumatera Utara BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP ISI PERJANJIAN WARALABA FRANCHISE TEH POCI

A. Latar Belakang Serta Dampak dan Berkembangnya Teh Poci di Kota Medan

Hubungan antara franchisee dan franchisor dalam bisnis Teh Poci merupakan hubungan antara pekerja dan pengusaha yang diatur dalam Perjanjian kerja. Dalam hal ini franchisor dapat dianggap sebagai pemimpin perusahaan atau pengusaha dan franchisee sebagai tenaga kerja. Di samping itu, aspek Hukum terhadap munculnya Waralaba Teh Poci di Kota Medan ada Tiga hal penting yang berdampak terhadap munculnya dan berkembangnya waralaba Teh Poci yang dijalankan dengan sistem franchise adalah sebagai berikut: a Administasi yang baik, mudah, cepat, sederhana, dan biaya murah menjadi sangat penting karena sebagai sarana penghubung data dan informasi antara franchisee dengan franchisor. b Supervisi yang tepat dan berkelanjutan menjadi sangat penting karena pembeli franchise bukanlah seorang pembeli lepas. Namun pembeli franchise adalah orang yang menumpukan sebagian besar harapannya kepada kebesaran nama dan sistem yang dimiliki oleh franchisor. Hal – hal yang berkaitan dengan masalah teknis pengelolaan bisnis rata – rata masih kurang dipahami oleh franchisee, mereka memerlukan bimbingan dari franchisor untuk menjalankan operasional bisnisnya. Universitas Sumatera Utara c Yudikasi atau penegakan peraturan menjadi sangat penting karena mula – mula franchise dan franchisor adalah orang lain yang tidak saling kenal kemudian mengikatkan diri dalam sebuah Perjanjian bisnis, sehingga wajar apabila dalam pengelolaan bisnisnya harus tunduk pada aturan – aturan main yang telah disepakati di awal. Pelanggaran terhadap kesepakatan akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kewajiban para Pihak dan dalam jangka panjang akan mengancam eksistensi bisnis itu sendiri. Suatu masalah dianggap atau menjadi ada pada saat yang seharusnya terjadi das sein tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi das Sollen. Sehingga ketika tidak ada atau ditentukan tentang hal – hal yang seharusnya maka identifikasi masalah menjadi tidak pernah ada atau tidak dapat disimpulkan. Sistem bisnis franchise pada saat ini tidak hanya pada penjualan produk dalam bentuk barang tetapi sudah berkembang pada penjualan ide atau jasa. Yang penting dalam perkembangan franchise saat ini adalah bagaimana mengembangkan konsep atau ide franchisor agar dapat dikembAngkan oleh franchisee dengan mutu, standar dan keseragaman tetap terjaga. 60 Perjanjian Franchise merupakan dokumen yang di dalamnya seluruh transaksi dijabarkan secara bersama. Perjanjian Franchise harus secara tepat menggambarkan janji-janji yang dibuat dan harus adil, serta pada saat yang bersamaan menjamin bahwa ada kontrol yang cukup untuk melindungi integritas sistem. Dasar dari Perjanjian waralaba adalah Asas kebebasan berkontrak yang 60 Joseph Mancuso Donald Boroian, Pedoman Membeli dan Mengelola Franchise, 1995. Jakarta, 1995, hal. 30-32. Universitas Sumatera Utara dianut Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang berbunyi “Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang- Undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata tersebut maka para Pihak wajib tunduk dan melaksanakan isi Perjanjian yang mereka buat sendiri. Untuk dapat di ketahui juga bahwa, perkembangan Teh Poci di kota Medan sangat berpengaruh terhadap kehidupan Masyarakat, Kecenderungan Masyarakat sendiri telah memiliki suatu kebiasaan dalam mengkonsumsi minuman tersebut. Dari, perkembangan tersebut maka, dapat ditafsifrkan Teh Poci di kota Medan memang betul-betul berkembang dan meningkatnya bisnis terhadap minuman tersebut. Oleh Karena itu, Oleh karena itu wajar saja franchise diartikan sebagai suatu sistem pemasaran atau sistem usaha untuk memasarkan produk atau jasa tertentu. 61 Munculnya waralaba Teh Poci dapat dirasakan dengan kebutuhan masyarakat akan minuman teh dan tempat-tempat penjualan Teh Poci yang strategis membuat penjualan Teh Poci meningkat dari Tahun ke Tahun, selain itu teh yang banyak memiliki khasiat di dalam kehidupan sehari-hari juga sebagai penghilang dahaga disetiap aktifitas yang dihadapi oleh masyarakat menyebabkan minuman yang berasal dari daerah tegal ini banyak dikonsumsi

B. Faktor-faktor yang Mendorong Pertumbuhan Waralaba Teh Poci