Keaslian Penulisan Tinjauan Kepustakaan

b. Sebagai bahan masukan, solusi serta tanggapan terhadap Perjanjian Waralaba Franchise tentang berkembang dan meningkatnya suatu waralaba. c. Sebagai bahan kajian bagi kalangan akademisi untuk menambah wawasan di bidang Hukum.

D. Keaslian Penulisan

Pada dasarnya, penulisan skripsi yang berjudul mengenai Aspek Hukum dalam Perjanjian Waralaba Franchise Pada Teh Poci di Kota Medan, pada dasarnya belum pernah di tulis sebagai skipsi. Dengan demikian, skripsi ini masih asli serta dapat dipertanggung jawabkan penulis secara moral dan akademik.

E. Tinjauan Kepustakaan

Secara etimologi pengertian dari waralaba franchise merupakan modal izin dari satu orang kepada orang lain yang memberi hak penerima waralaba franchisee untuk mengadakan bisnih di bawah nama dagang pemilik waralaba franchisor, meliputi seluruh elemen danatau dasar yang dibutuhkan untuk membuat orang yang sebelum terlatih dalam berbisnis untuk mampu menjalankan bisnis yang dikembAngkan atau dibangun oleh franchisor di bawah brand milikinya, dan setelah detraining untuk menjalankan berdasarkan pada basic yang ditentukan sebelumnya dengan pendampingan yang berkelanjutan. 3 Di samping itu pentingnya peran nama dagang dalam pemberian waralaba dengan imbalan royalty sejalan namun agak berbeda disini lebih menekankan 3 Franchise Bible, Graha info franchise, Jakarta, 2009, hal. 7. Universitas Sumatera Utara pada pemberian hak untuk menjual produk berupa barang atau jasa dengan memanfaatkan merek dagang pemberi waralaba franchisor dengan kewajiban pada Pihak penerima waralaba franchisee untuk mengikuti metode dan tata cara atau prosedur yang telah ditetapkan oleh pemberi waralaba kaitannya dengan pemberian izin dan kewajiban pemenuhan standart dari pemberi waralaba dapat menjalankan usahanya dengan baik. 4 Istilah-istilah dalam franchise sebenarnya sudah sering digunakan dalam praktek perdagangan kata franchise ini sendiri berasal dari bahasa prancis yaitu “franchir”, yang artinya dibebaskan dari membayar upeti atau pajak karena di abad pertengahan ini memiliki hak dan kewenangan selain dari bahasa prancis Didalam suatu hubungan kemitraan antara usahawan yang usahanya kuat dan sukses dengan usaha yang relative baru atau lemah dalam usaha tersebut dengan tujuan saling menguntungkan khususnya dalam bidang usaha penyediaan produk dan jasa langsung kepada konsumen sehingga menimbulkan suatu format didalam bisnis tersebut agar perkembangan dari suatu usaha atau bisnis dapat di arahkan sesuai dengan elemen-elemen yang terdapat didalam suatu franchise antara lain: 1. franchisor 2. franchisee 3. master franchise 4. elemen-elemen biaya 4 Widjaja Gunawan. Lisensi atau Waralaba, Rajawali Pers, Jakarta, 2004, hal. 14-15. Universitas Sumatera Utara asal mula franchise juga bersal dari bahasa latin yakni francorum rex yang artinya “bebas dari ikatan” yang mengacu pada kebebasan untuk memiliki hak usaha. 5 Dengan munculnya elemen-elemen yang terdapat didalam franchise maka, timbulah suatu Hukum atau regulasi yang mengatur mengenai waralaba di Indonesia yang terdapat di PP Nomor 42 Tahun 2004 yang mengatur tentang segala kepentingan dalam berwaralaba. Di dalam pengaturan tersebut telah memiliki suatu keabsahan. Selain itu terdapat juga pengaturan lain mengenai penyelenggaraan waralaba yang diatur didalam Peraturan Menteri Perdagangan Nomor:31M-DAGPER82008. 6 Dalam PP 42 Tahun 2004 waralaba adalah Hak khusus yang dimiliki orang perseorangan danatau badan Hukum terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rangka memasarkan barangjasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan danatau digunakan oleh Pihak lain berdasarkan Perjanjian waralaba. 7 Seorang pemegang franchise biasanya tidak secara otomatis berhak menjual operasi franchisenya tetapi perlu mendapatkan persetujuan pemilik franchise terlebih dahulu untuk menjual atau mengalihkan Perjanjian kepada pembeli yang diusulkan sehingga aspek penerapan Hukum waralaba ini sendiri 5 Franchise bible, graha info franchise, Jakarta, 2009, hal. 7. 6 Bedasarkan Peraturan Menteri Perdagangan No.31M-DAGPER82008 Pasal 5 yang berbunyi sebagai berikut: Pasal 5 Ayat 1: Waralaba diselenggarakan berdasarkan Perjanjian tertulis antara pemberi waralaba dan penerima waralaba dan mempunyai kedudukan Hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku Hukum Indonesia. 7 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No 42 Tahun 2007 Pasal 1 Ayat 1 yang berbunyi: waralaba adalah Hak khusus yang dimiliki orang perseorangan danatau badan Hukum terhadap sistem bisnis dengan ciri khas usaha dalam rAngka memasarkan barangjasa yang telah terbukti berhasil dan dapat dimanfaatkan danatau digunakan oleh Pihak lain berdasarkan Perjanjian waralaba Universitas Sumatera Utara mengacu kepada bentuk atas suatu Perjanjian waralaba, Perjanjian waralaba adalah suatu dokumen Hukum yang menggariskan tanggung jawab dari pemilik dan pemegang franchise, setiap pemilik franchise mempunyai bentuk Perjanjiannya sendiri yang disusun oleh pengacaranya supaya tidak merugikan pemilik dan melindunginya. 8 Perjanjian yang terkandung didalam franchise memiliki suatu arti Perjanjian merupakan suatu peristiwa seseorang berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal, Dari hal ini maka timbul dan terciptanya hubungan antara dua orang atau lebih yang menciptakan suatu perikatan, Dengan bentuknya Perjanjian tersebt sehingga Para Pihak wajib untuk menghormati dan melaksanakan isi Perjanjian tersebut baik secara tidak tertulis maupun yang teritulis. 9 8 Queen J Douglas, Pedoman Membeli Dan Menjalankan Franchise, Elex Media Komputindo, Jakarta, 1993, hal. 45. 9 Subekti, Hukum Perjanjian, Jakarta, 2002, hal 1.

F. Metode Penulisan