Apabila Pihak kedua melanggar salah satu ketentuan dalam Perjanjian ini, jika dapat diperbaiki, Pihak kedua wajib untuk memperbaiki pelanggaran
tersebut dalam waktu 15 Lima belas Hari setelah adanya pemberitahuan tertulis dari Pihak Pertama, atau Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian ini efektif 30
tiga puluh Hari setelah pemberitahuan tertulis tersebut diterima oleh Pihak kedua dan atas pengakhiran tersebut Pihak Pertama berhak untuk mendapatkan
ganti kerugian sebesar Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah dari Pihak kedua.
Perlidungan Hukum yang tercantum didalam Perjanjian waralaba Teh Poci ini dapat dilihat juga berpedoman atau memiliki dasar Hukum didalam Pasal
1338 KUHPerdata menyebutkan semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-Undang bagi mereka yang membuatnya. Perjanjian tidak dapat
ditarik kembali selain dengan sepakat kedua belah Pihak, atau karena alasan- alasan yang oleh Undang -Undang dinyatakan cukup untuk itu. Perjanjian harus
dilaksanakan dengan itikad baik.
B. Upaya dan Kewajiban Para Pihak Yang Terlibat dalam Perjanjian Waralaba
Dalam menjalankan suatu Perjanjian yang telah dibuat maka upaya yang dijalankan dengan mengikuti semua aturan-aturan yang berlaku didalam
Perjanjian tersebut, adapun aturan-aturan yang termaktub yang harus dijalankan oleh Pihak kedua sesuai surat pernyataan yang dibuat oleh Pihak Pertama untuk
disetujui oleh Pihak Pertama adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Tidak akan membuka counter es Teh Poci dengan memindahkan counter dari satu tempat ketempat lain mobile counter mengikuti event seperti aturan
yang telah ditetapkan oleh PT. Gunung Slamat 2. Bila disatu tempat sudah ada counter Teh Poci maka saya dengan sadar tidak
akan membuka counter Teh Poci ditempat tersebut dengan minimal jarak 300 M tiga Ratus meter
3. Bila saya memindahkan counter Teh Poci, saya akan mengkoordinasikan kepada Pihak PT. Gunung Slamat dan akan membuat form pindah tempat
yang sudah disediakan oleh PT. Gunung Slamat 4. Tidak akan mendisplay memajang produk selain produk Teh Poci di atas
meja counter Teh Poci 5. Tidak akan menggunakan gula biang Gula Sintesis sebagai pemanis es Teh
Poci yang dijual dan mengikuti petunjuk dan komposisi pembuatan Teh Poci yang telah dibuat PT. Gunung Slamat
Sehingga didalam pelaksanaannya usaha yang dijalan dapat berjalan dengan baik sesuai aturan maupun prosedur yang berlaku dari masing-masing
Pihak, walaupun diketahui bahwa upaya-upaya yang dilakukan lebih berperan serta kepada Pihak Pertama sebagai pemberi waralaba sebagai pemberi hak dan
kewajiban di samping itu Pihak kedua atau disebut penerima waralaba memiliki hak atas penjualan sehingga mendapatkan keuntungan yang diperoleh dari
konsumen sedangkan kewajiban harus dijalankan sesuai dengan prosedur Hukum sesuai Perjanjian yang dibuat. Maka upaya Hukum dalam suatu Perjanjian
waralaba dapat terjalankan.
Universitas Sumatera Utara
Kewajiban yang harus dijalankan oleh para Pihak didalam suatu Perjanjian berdasarkan kesepakan kedua belah Pihak, kewajiban-kewajiban yang
terdapat didalam Perjanjian waralaba Teh Poci sesuai dengan analisis yang telah disebutkan di atas adalah:
1. Kewajiban pemberi waralaba atau Pihak Pertama adalah:
a. Pihak Pertama memberikan penggunaan merek kepada Pihak kedua setelah melakukan kesepakatan dalam Perjanjian waralaba Teh Poci
b. Pihak Pertama memberikan perangkat usaha es Teh Poci kepada Pihak kedua setelah Pihak kedua menyerahkan investasi dana sebesar Rp. 3.500.000,-
Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah kepada Pihak Pertama, alat-alat penjualan yang diberikan Pihak Pertama kepada Pihak kedua berupa 1 unit
meja counter es Teh Poci, 1 unit mesin seal es Teh Poci c. Pihak Pertama memberikan standart pembuatan es Teh Poci kepada Pihak
kedua d. Pihak Pertama wajib memberikan bahan baku dan sarana lain kepada Pihak
kedua sesuai dengan Perjanjian yang berlaku e. Pihak Pertama memberikan jangka waktu kepada Pihak kedua atas masa
Perjanjian waralaba Teh Poci yang dibuat f. Pihak Pertama dapat mencabut hak atas uasaha waralaba Teh Poci apabila
dalam jangka waktu satu Minggu Pihak kedua tidak memperpanjang Perjanjian yang berlaku setelah Perjanjian itu berakhir
Universitas Sumatera Utara
g. Pihak Pertama wajib memberitahukan secara tertulis kepada Pihak kedua apabila terdapat pelanggaran yang dilakukan Pihak Pertama didalam
Perjanjian waralaba Teh Poci h. Apabila terdapat kesalahan atau perselisihan maka Pihak Pertama
menyelesaikan masalah tersebut kepada Pihak kedua melalui jalan musyawarah dan mufakat. Dan apabila tidak ditemukannya jalan mufakat
maka Pihak Pertama akan menempuh jalur Hukum Pihak Pertama berdomisili
2. Kewajiban penerima waralaba atau Pihak kedua
a. Pihak kedua menyepakati dengan Pihak Pertama agar terjadi Perjanjian kerjasama penjualan es Teh Poci
b. Pihak kedua wajib mebayar dana investasi sebesar Rp. 3. 500.000,- Tiga Juta Lima Ratus Ribu Rupiah kepada Pihak Pertama sebagai pembelian atas
perAngkat usaha es Teh Poci dan pemakaian merek Teh Poci c. Pihak kedua wajib menanggung biaya tempat penjualan es Teh Poci termasuk
biaya sewa dan listrik tanpa melibatkan Pihak Pertama sesuai ketentuan yang berlaku didalam Perjanjian Teh Poci
d. Pihak kedua wajib menggunakan bahan baku dan sarana lain yang ditentukan oleh Pihak Pertama
e. Pihak kedua wajib bertanggung jawab apabila ada tuntutan dari konsumen akibat adanya kelalaian tanpa melibatkan Pihak Pertama
f. Pihak Pertama harus menggunakan pendingin untuk menyimpan es teh tidak lebih dari 12 jam sesuai aturan yang diberi oleh Pihak Pertama dikarenakan
berpengaruh terhadap kualitas dari es Teh Poci.
Universitas Sumatera Utara
g. Pihak kedua wajib menjalankan usaha Teh Poci tanpa adanya usaha lain yang sejenis di counter tempat penjualan es Teh Poci sesuai kesepakatan yang telah
dibuat oleh Pihak Pertama h. Pihak kedua wajib menjalankan usha es Teh Poci tanpa meminjamkan atau
menyewakan perlengkapan es Teh Poci kepada Pihak ketiga i. Pihak kedua wajib menginformasikan kepada Pihak Pertama apabila akan
memindahkan tempat usaha Teh Poci dengan mendapatkan persetujan tertulis dari Pihak Pertama
j. Pihak kedua wajib mengganti kerusakan atau pergantian suku cadang selama jangka waktu Perjanjian sesuai dengan aturan yang berlaku didalam
Perjanjian Teh Poci k. Pihak kedua wajib membayar biaya atas penggunaan merek cap poci sebesar
Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah apabila ingin memperpanjang Perjanjian Teh Poci
l. Pihak kewajiban wajib mencabut segala atribut merek Teh Poci apabila Perjanjian telah berakhir selambat-lambatnya 1 Minggu sejak Perjanjian
berakhir m. Pihak kedua wajib memperbaiki apabila terjadi pelanggaran yang telah dibuat
selama 15 Lima Belas Hari setelah adanya pemberitahuan tertulis dari Pihak Pertama
n. Pihak kedua wajib mengganti kerugian sebesar Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah apabila Pihak Pertama mengakhiri Perjanjian karena terjadi
pelanggaran dari Pihak Pertama dan dikarenakan tidak adanya tanggapan dari
Universitas Sumatera Utara
Pihak kedua setelah dilayAngkan pemberitahuan secara tertulis dari Pihak Pertama kepada Pihak kedua masa efektif dari surat yang dilayAngkan Pihak
Pertama 30 Tiga Puluh Hari setelah surat pemberitahuan secara tertulis dilayangkan oleh Pihak Pertama
Dalam Perjanjian franchise mengandung aspek-aspek Hukum diantaranya adalah : Perjanjian franchise merupakan transaksi bisnis, dalam hal ini juga dapat
dimasukkan dalam Hukum Perdata Internasional HPI karena adanya unsur- unsur asing antara franchisor dan franchisee, bila masing-masing Negara
mempunyai pengertian yang berlainan maka diketahui Hukum mana yang akan digunakan dalam Perjanjian franchise tersebut. Ada beberapa kemungkinan
mengenai Hukum yang harus dipergunakan dalam Perjanjian franchise. Hal ini disebabkan karena hak-hak dan kewajiban dari masing-masing Pihak yang harus
dilaksanakan menurut Perjanjian franchise dapat terjadi atau berlangsung di Negara yang bersangkutan atau dari Negara ke Tiga.
Di dalam Perjanjian franchise ini Hukum yang berlaku dapat ditentukan oleh para Pihak sendiri atau berdasarkan Asas- asas umum berlaku pada kontrak
Internasional. Melengkapi pendapat di atas, British franchise Assosiation BFA mendifinisikan franchise sebagai Perjanjian lisensi yang diberikan oleh
franchisor kepada franchisee yang berisi :
54
54
V. Winarto, Pengembangan Waralaba Franchise di Indonesia, aspek Hukum dan Non Hukum, Makalah dalam Seminar Aspek-aspek Hukum tentang Franchising oleh Ikadin
cabang, 1993. Surabaya, hal. 8.
1. Memberikan hak kepada franchisor untuk melakukan pengawasan yang berlanjut selama periode berlangsung .
Universitas Sumatera Utara
2. Mengharuskan franchisor untuk memberikan bantuan kepada franchise dalam melaksanakan usahanya sesuai dengan subyek franchisenya
berhubungan dengan pemberian pelatihan dan merchandicing dan lain-lain. 3. Mewajibakan franchisee untuk secara berkala, selama franchise berlangsung,
harus membayar sejumlah uang sebagai pembayaran atas produk atau jasa yang diberikan oleh franchisor kepada franchisee.
4. Bukan merupakan suatu transaksi antara perusahaan induk Holding Company dengan cabangnya atau antara cabang dari perusahaan induk yang
sama, atau antara individu dengan perusahaan yang dikontrolnya
Perjanjian franchise merupakan dokumen yang di dalamnya seluruh transaksi dijabarkan secara bersama. Perjanjian Franchise harus secara tepat
menggambarkan janji- janji yang dibuat dan harus adil, serta pada saat yang bersamaan menjamin bahwa ada kontrol yang cukup untuk melindungi integritas
sistem. Dasar dari Perjanjian waralaba adalah Asas kebebasan berkontrak yang dianut Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 KUHPerdata yang
berbunyi “Semua Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang- Undang bagi mereka yang membuatnya”. Berdasarkan Pasal 1338 KUHPerdata
tersebut maka para Pihak wajib tunduk dan melaksanakan isi Perjanjian yang mereka buat sendiri.
55
Di samping itu, aspek Hukum terhadap munculnya Waralaba Teh Poci di Kota Medan ada Tiga hal penting untuk suskesnya suatu bisnis Teh Poci yang
dijalankan dengan sistem franchise adalah sebagai berikut:
55
P. Lindawati S. Sewu, Franchise, Pola bisnis Spektakuler dalam Perspektif Hukum dan Ekonomi. 2004, Bandung, hal. 30.
Universitas Sumatera Utara
a Administrasi yang baik, mudah, cepat, sederhana, dan biaya murah menjadi sangat penting karena sebagai sarana penghubung data dan informasi antara
franchisee dengan franchisor. b Supervisi yang tepat dan berkelanjutan menjadi sangat penting karena
pembeli franchise bukanlah seorang pembeli lepas. Namun pembeli franchise adalah orang yang menumpukan sebagian besar harapannya kepada
kebesaran nama dan sistem yang dimiliki oleh franchisor. Hal – hal yang berkaitan dengan masalah teknis pengelolaan bisnis rata – rata masih kurang
dipahami oleh franchisee, mereka memerlukan bimbingan dari franchisor untuk menjalankan operasional bisnisnya.
c Yudikasi atau penegakan peraturan menjadi sangat penting karena mula – mula franchise dan franchisor adalah orang lain yang tidak saling kenal
kemudian mengikatkan diri dalam sebuah Perjanjian bisnis, sehingga wajar apabila dalam pengelolaan bisnisnya harus tunduk pada aturan-aturan main
yang telah disepakti di awal. Pelanggaran terhadap kesepakatan akan mengakibatkan tidak terpenuhinya kewajiban para Pihak dan dalam jangka
panjang akan mengancam eksistensi bisnis itu sendiri. Suatu masalah dianggap atau menjadi ada pada saat yang seharusnya terjadi das sein tidak
sesuai dengan kenyataan yang terjadi das Sollen. Sehingga ketika tidak ada atau ditentukan tentang hal-hal yang seharusnya maka identifikasi masalah
menjadi tidak pernah ada atau tidak dapat disimpulkan.
Universitas Sumatera Utara
Sistem bisnis franchise pada saat ini tidak hanya pada penjualan produk dalam bentuk barang tetapi sudah berkembang pada penjualan ide atau jasa. Yang
penting dalam perkembangan franchise
saat ini adalah bagaimana mengembangkan konsep atau ide franchisor agar dapat dikembangkan oleh
franchisee dengan mutu, standar dan keseragaman tetap terjaga.
56
Tonggak kepastian Hukum akan format waralaba di Indonesia dimulai pada tanggal 18 Juni 1997, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah
PP RI No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba. PP No. 16 Tahun 1997 tentang Waralaba ini telah dicabut dan diganti dengan PP No. 42 Tahun 2007 tentang
Waralaba. Keluarnya Peraturan Pemerintah ini dalam rangka meningkatkan pembinaan usaha dengan Waralaba di seluruh Indonesia maka perlu mendorong
pengusaha nasional terutama pengusaha kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai Pemberi Waralaba nasional yang handal dan mempunyai daya saing di
dalam negeri dan luar negeri khususnya dalam rangka memasarkan produk dalam negeri. Selain hal tersebut pemerintah memandang perlu mengetahui
Sehinga, dengan berkembangnya Teh Poci di kota Medan mengakibatkan persaingan yang
sangat hebat dengan warabala lainnya, namun, Teh Poci dari Tahun ke Tahun makin meningkat dan memiliki grafik yang baik.
C. Peraturan yang Mengatur Tentang Penjanjian Waralaba dalam Hukum Perdata BW