tersebut maka dianggap tujuan dari bisnis tercapai sehingga terjadi pengakhiran Perjanjian.
7. Dengan persetujuan para Pihak. Contoh, waralaba merasa tidak dapat memenuhi target pembukaan outlet yang ditargetkan, lalu franchisee dengan
persetujuan franchisor mengakhiri Perjanjian waralaba.
63
1. Pasal 1 Ayat 1 Pihak Pertama dan Pihak kedua sepakat untuk mengadakan Perjanjian kerjasama penjualan es teh dengan merek “poci”. Undang –
Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, adapun pengertian merek menurut Pasal 1 1 yaitu “ Merek adalah tanda yang berupa gambar, nama,
kata, huruf – huruf, angka – angka, susunan warna atau kombinasi dari unsur – unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan
Sehingga dengan melihat pelanggaran yang terjadi maka salah satu pelanggaran yang dapat ditimbulkan adalah wanprestasi. Akibat yang diketahui
dari pemaparan di atas yang apabila aturan yang berlaku didalam Perjanjian Teh Poci baik dari segi pembiayaan, hak dan kewajiban, lokasi waralaba, maupun
pelaksaan prosedur yang berlaku didalam Perjanjian Teh Poci dan dengan adanya suatu pelanggaran didalam suatu Perjanjian yang telah dibuat maka dapat
berakhir pula suatu Perjanjian yang telah disepakati.
D. Analisis Hukum Terhadap Isi Perjanjian Waralaba Franchise Teh Poci
Pada Perjanjian waralaba Teh Poci analisis yang diperoleh adalah sebagai berikut:
63
R. Setiawan, Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Putra Bardin, Bandung, 1999, hal 66.
Universitas Sumatera Utara
perdagangan barang atau jasa. Undang – Undang KUHPerdata tidak menempatkan Perjanjian franchise sebagai suatu Perjanjian bernama secara
langsung, seperti jual – beli, sewa – menyewa, dan sebagainya. Karena itu, ketentuan Hukum Perjanjian yang berlaku suatu kontrak franchise pada
umumnya hanya ketentuan dalam bagian umum dari pengaturan tentang Perjanjian
64
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya.
. Sehingga dapat dikatakan bahwa Perjanjian franchise atau waralaba disebut sebagai Perjanjian tidak bernama.
Dalam Perjanjian waralaba, juga berlaku Pasal 1320 KUHPerdata, yang berkaitan dengan syarat – syarat sahnya suatu Perjanjian yaitu :
Pada dasarnya kesepakatan bebas dianggap terjadi pada saat Perjanjian dibuat oleh para Pihak, kecuali dapat dibuktikan bahwa kesepakatan terjadi karena
adanya kekhilafan, paksaan, maupun penipuan. 2.
Kecakapan untuk membuat suatu perikatan. Adanya kecakapan untuk bertindak merupakan syarat subyektif kedua
terbentuknya Perjanjian yang sah di antara para Pihak. KUHPerdata menyatakan bahwa prinsipnya semua orang dianggap cakap untuk melakukan
tindakan Hukum kecuali mereka yang belum dewasa, berada di bawah pengampuan, dan mereka yang dinyatakan pailit Pasal 1330 KUHPerdata .
64
Munir Fuady, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern Di Era Global, PT.Citra Aditya Bakti, Bandung, 2008, hal. 347
Universitas Sumatera Utara
3. Suatu hal tertentu.
Tanpa adanya suatu obyek, yang merupakan tujuan dari para Pihak, yang berisikan hak dan kewajiban dari salah satu atau para Pihak dalam Perjanjian,
maka Perjanjian itu sendiri absurd tidak jelas adanya. 4.
Suatu sebab yang halal. Yang berarti, suatu Perjanjian tersebut dianggap sah, apabila tidak
bertentangan dengan Undang – Undang, kesusilaan, maupun ketertiban umum
65
Lahirnya Peraturan Pemerintah No.42 Tahun 2007 tentang Waralaba yang menggantikan Peraturan Pemerintah No.16 Tahun 1997 tentang Waralaba
dilandasi upaya pemerintah meningkatkan pembinaan usaha waralaba di seluruh Indonesia sehingga perlu mendorong pengusaha nasional, terutama pengusaha
kecil dan menengah untuk tumbuh sebagai franchisor nasional yang handal dan mempunyai daya saing di dalam negeri dan luar negeri khususnya dalam rAngka
memasarkan produk dalam negeri .
Selain itu, pengaturan waralaba di Indonesia secara khusus diatur melalui :
66
Pasal 1Ayat 2 Pihak Pertama mengijinkan Pihak kedua menggunakan merek “poci” untuk usaha es Teh Poci dengan jangka waktu Perjanjian
sebagaimana disebutkan di bawah ini dan pada lokasi usaha sebagaimana disebutkan di bawah ini sebagaimana diatur di dalam Perjanjian ini. Bahwa
dijelaskan dalam Pasal 1 Ayat 2 ini Pihak Pertama selaku pemberi waralaba franchisor memberikan suatu izin kepada penerima waralaba franchisee untuk
.
65
Gunawan Widjaja, Hukum waralaba, Rajawali Pers Jakarta, 2000, hal.81
66
Adrian Sutedi, Hukum Waralaba, Ghalia Indonesia, Jakarta , 2008, hal.33.
Universitas Sumatera Utara
mempergunakan merek dari poci atau dengan kata lain pewaralaba memberikan hak kepada penerima waralaba untuk mempergunakan merek poci sebagai nama
produk waralaba yang ditawarkan untuk dijual kepada konsumennya. Pasal 1 Ayat 3 Pihak kedua siap menerima dan mengikuti setiap dan
seluruh ketentuan yang diberikan oleh Pihak Pertama, termasuk tetapi tidak terbatas pada:
a. Pihak kedua wajib menginvestasikan dana sebesar Rp. 3.500.00,- “investasi’ yang akan diserahkan kepada Pihak Pertama pada saat
ditandatanganinya Perjanjian ini yang akan dipergunakan untuk pembelian perAngkat usaha es Teh Poci.
b. Atas penerimaan investasi tersebut, Pihak Pertama akan menyerahkan perAngkat usaha es Teh Poci kepada Pihak kedua yang meliputi:
1. 1 unit meja counter es Teh Poci 2. 1 unit mesin seal es Teh Poci
c. Pihak kedua, bersedia menyediakan dan akan menanggung biaya untuk memperoleh spacetempat untuk counter penjualan es Teh Poci termasuk
menanggung biaya sewa dan listrik. d. Pihak kedua bersedia menyediakan karyawan SPGSPB dan menanggung gaji
karyawan tersebut. e. Pihak kedua bersedia mengikuti standart resep pembuatan es Teh Poci.
f. Pihak kedua wajib menggunakan bahan baku dan sarana lainnya yang sudah ditentukan oleh Pihak Pertama.
Universitas Sumatera Utara
g. Pihak kedua yang akan bertanggung jawab apabila ada tuntutan dari konsumen akibat kelalaian dari Pihak kedua.
h. Pihak Pertama berhak untuk mengecek setiap lokasi usaha yang dimiliki Pihak kedua dalam hal pengawasan kualitas sarana.
i. Pihak kedua diperbolehkan menggunakan pendinginfreezer untuk
menyimpan es teh tidak lebih dari 12 jam, dikarenakan apabila melebihi waktu tersebut es teh yang dibuat akan menjadi basi atau rusak.
j. Selama Perjanjian ini berlangsung, Pihak kedua tidak diperbolehkan untuk melakukan kerjasama dengan Pihak lain untuk jenis usaha yang sama.
k. Pihak kedua tidak diperbolehkan untuk menyewakan atau meminjamkan perlengkapan usaha es Teh Poci kepada Pihak ketiga.
Bahwa dari ketentuan-ketentuan pada Pasal 1 Ayat 3 dijelaskan bahwa yang menjadi hak dan kewajiban masing-masing Pihak tercantum didalam poin-
poin yang termuat didalam Ayat 3 baik hak dan kewajiban dari pemberi waralaba maupun penerima waralaba. Sehingga apabila terdapat suatu hal yang
dilanggar didalam menjalankan suatu Perjanjian ini maka akan dijelaskan pada Pasal berikut yang menjelaskan mengenai berakhirnya Perjanjian dan
penyelesaian masalah dan domisili Hukum. Di dalam Pasal 2 isi Perjanjian waralaba Teh Poci menjelaskan bahwa
Pihak Pertama menyetujui Pihak kedua untuk menjalankan penjualan es Teh Poci di Jl. Gajah Mada samping Gramedia, dan apabila Pihak kedua akan
memindahkan usahanya ke lokasialamat usaha baru, maka Pihak kedua wajib menginformasikan dan meminta persetujuan tertulis sebelumnya dari Pihak
Universitas Sumatera Utara
Pertama. Bahwa dijelaskan didalam Pasal ini mengenai kewenangan dari Pihak Pertama untuk mengetahui lokasitempat Pihak kedua menjalankan usaha
waralaba Teh Poci sehingga apabila Pihak kedua akan melakukan pemindahan lokasi usaha diwajibkan agar memberi informasi kepada pemberi waralaba selaku
Pihak Pertama yang memiiki wewenang atas lokasi usaha waralaba Teh Poci tersebut.
Pasal 3 bahwa sebelum jangka waktu Perjanjian, segala biaya kerusakan atau pergantian suku cadang mesin seal dan perangkat lainnya akan ditanggung
oleh Pihak kedua. Dalam Pasal ini dijelaskan mengenai perawatan mesin yang merupakan kewajiban dari Pihak kedua untuk menanggung segala kerusakan dan
biaya yang dikeluarkan selama masa Perjanjian masih berlangsung. Pasal 4 jangka waktu Perjanjian adalah 1 satu Tahun, terhitung sejak
tanggal 23 Desember 2009 sd 22 Desember 2010 dan dapat diperpanjang berdasarkan persetujuan tertulis sebelumnya dari Pihak Pertama. Bahwa dalam
Pasal ini dijelaskan jangka waktu didalam menjalankan Perjanjian waralaba Teh Poci ini dan Perjanjian yang telah ada dapat diperpanjang sesuai ketentuan yang
berlaku karena Pihak Pertama yang memiliki kewenangan didalam memperpanjang Perjanjian yang telah berakhir.
Pasal 5 apabila Pihak kedua berkeinginan untuk melanjutkan kontrak kerjasama untuk 1 satu Tahun berikutnya, maka Pihak kedua wajib membayar
biaya atas penggunaan merek cap poci sebesar Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu Rupiah kepada Pihak Pertama. Bahwa dalam Pasal ini menjelaskan kewajiban
Pihak kedua selaku penerima waralaba membayar uang yang telah ditentukan
Universitas Sumatera Utara
jumlahnya untuk memperpanjang kontrak atas suatu merk waralaba yaitu waralaba Teh Poci.
Pasal 6 Perjanjian berakhir apabila: 1. Pihak kedua melanggar ketentuan sebagaimana diatur didalam Pasal 1 Ayat 3
Perjanjian ini 2. Pihak kedua tidak ingin lagi bekerjasama dengan alasan yang bisa
dipertanggung jawabkan dengan dan diterima oleh Pihak Pertama, atau 3. Dikarenakan jangka waktu Perjanjian telah berakhir
4. Terhadap pengakhiran Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Perjanjian ini, maka para Pihak dengan ini menyatakan tidak akan saling
mengajukan tuntutan Hukum, baik secara pidana maupun Perdata dan sepakat untuk mengabaikan keberlakuan kalimat 2 dan 3 Pasal 1266 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata yang berlaku di Negara Republik Indonesia mengenai pembatalan harus dimintakan terlebih dahulu kepada hakim.
Bahwa diketahui setiap Perjanjian memiliki unsur Perjanjian dapat berakhir sesuai dengan isi Perjanjian yang memuat hal-hal berakhirnya suatu
Perjanjian, dilihat dari penerima waralaba selaku penerima hak atas wewenang yang telah diberikan oleh pewaralaba dengan waktu yang telah ditentukan oleh
pemberi waralaba sehingga juga dijelaskan juga pada Pasal 6 Ayat 4, selain itu berakhirnya Perjanjian ini menyangkut juga pada kalimat 2 dan 3 di dalam Pasal
1266 yang berbunyi:
Universitas Sumatera Utara
1. Kalimat 2 dalam hal demikian persetujuan tidak batal demi Hukum, tetapi pembatalan harus dimintakan kepada hakim.
67
2. Kalimat 3 permintaan ini juga harus dilakukan, meskipun syarat-batal mengenai tidak dipenuhinya dinyatakan didalam persetujuan.
68
Dalam Pasal ini dijelaskan bahwa didalam masa berakhirnya suatu Perjanjian menimbulkan kewajiban dari penerima waralaba untuk mematuhi
segala aturan yang tercantum didalam Perjanjian ini dan wewenang dari pemberi Pasal 7 Ayat 1 apabila Perjanjian telah berakhir sebagaimana diatur
didalam Pasal 6 di atas, maka Pihak kedua wajib mencabut segala atribut merek Teh Poci pada setiap dan seluruh perangkat usaha yang dimilikinya selambat-
lambatnya 1 satu Minggu sejak Perjanjian ini berakhir, maka Pihak Pertama berhak mencabut segala atribut merek teh cap poci tersebut atas biaya yang
sepenuhnya ditanggung oleh Pihak kedua. Pasal 7 Ayat 2 apabila Pihak kedua melanggar salah satu ketentuan dalam
Perjanjian ini, jika dapat diperbaiki, Pihak kedua wajib untuk memperbaiki pelanggaran tersebut dalam waktu 15 Lima belas Hari setelah adanya
pemberitahuan tertulis dari Pihak Pertama, atau Pihak Pertama dapat mengakhiri Perjanjian ini efektif 30 tiga puluh Hari setelah pemberitahuan tertulis tersebut
diterima oleh Pihak kedua dan atas pengakhiran tersebut Pihak Pertama berhak untuk mendapatkan ganti kerugian sebesar Rp. 500.000,- Lima Ratus Ribu
Rupiah dari Pihak kedua.
67
Subekti, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pradnya paramita, jakarata, 1992, hal. 274.
68
Subekti, loc.cit.
Universitas Sumatera Utara
waralaba adalah mengambil tindakan yang menjadi salah satu hak dari penerima waralaba sesuai dengan isi Perjanjian yang berlaku.
Pasal 8 Ayat 1 Perjanjian ini beserta seluruh hak dan kewajiban para Pihak didalamnya tunduk kepada dan ditafsirkan berdasarkan Hukum dan
peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Republik Indonesia. Pasal 8 Ayat 2 apabila dalam Perjanjian kerjasama kedua belah Pihak
mengalami suatu permasalahan atau perselisihan, maka kedua belah Pihak sepakat untuk menyelesaikan masalah tersebut secara musyawarah dan mufakat.
Pasal 8 Ayat 3 dan apabila jalan musyawarah dari kedua belah Pihak tidak ada kesepakatan, maka penyelesaian dapat ditempuh melalui jalur Hukum pada
domisili Hukum Pihak Pertama dikantor pengadilan Negeri Medan Bahwa dijelaskan dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI No. 12 M-
DagPER32006 Tentang Ketentuan dan Tata Cara Penerbitan Surat Tanda Pendaftaran Usaha Waralaba, dalam Pasal 6 point g tentang isi dari Perjanjian
waralaba, dalam Pasal 6 tersebut mengatur mengenai cara penyelesaian perselisihan. Namun cara penyelesaian perselisihan tersebut, merupakan
kesepakatan dari kedua belah Pihak dalam Perjanjian. Pasal terakhir didalam Perjanjian waralaba Teh Poci ini penyelesaian atas suatu masalah berdasarkan
domisili Pihak Pertama menggunakan 2 jalur yaitu yang Pertama jalur musyawarah rasa kekeluargaan yang dimiliki oleh kedua belah Pihak untuk
menyelesaikan suatu masalah dilakukan dengan kata lain ini merupakan suatu jalur non litigasi sedangkan jalur kedua adalah memalui jalur litigasi apabila jalur
non litigasi tidak terlaksana maka jalur terakhir yang digunakan adalah jalur litigasi atau melaui jalur Hukum pengadilan sesuai domisili Pihak Pertama.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan