d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah e. Biaya murah
Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian: a. Penghantar suhu yang buruk
b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian
d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna.
2.3 Resin Akrilik Swapolimerisasi
Akrilik ini terdiri dari 2 bagian yaitu bubuk polimer dan cairan monomer. Komposisi bubuk polimer adalah poli metil metakrilat , organic peroxide initiator, agen titanium
dioksida dan pigmen inorganik untuk warna .JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003 ; DB Barbosa , 2007
2.3.1 Komposisi
Bubuk polimer yaitu poli metil metakrilat adalah resin transparan yang dapat menyalurkan cahaya dalam range ultraviolet hingga yang mempunyai wavelength
250nm. Ia mempunyai kekerasan dari 18 hingga 20 Knoop Number. Kekuatan tensilnya dianggarkan dalam 60 Mpa, ketumpatannya adalah 1.19 gcm
2
dan modulus elasticity dianggarkan 2.4 Gpa 2400 Mpa. JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003
; DB Barbosa , 2007 Polimer ini sangat stabil. Ia tidak mengalami diskolorisasi dalam cahaya
ultraviolet, secara kimiawi stabil dalam panas dan melembut pada 125°C dan dapat dibentuk seperti bahan termoplastik. Depolimerisasi terjadi pada suhu di antara 125°C
dan 200°C. Sekitar suhu 450°C, 90 polimer telah terdepolimerisasi membentuk monomer. JM Powers ,2008 ; KJ Anusavice , 2003 ; DB Barbosa , 2007.
Poli metil metakrilat mempunyai kecenderungan untuk meresap air melalui proses imbibisi. Ini
karena, struktur non-kristalinnya mempunyai tenaga internal yang tinggi. Jadi, diffusi molekul dapat terjadi dengan mudah karena tidak memerlukan tenaga aktivasi yang
banyak. Disebabkan poli metil metakrilat adalah polimer yang linear seperti yang
Universitas Sumatera Utara
ditunjukkan oleh Gambar 2.3, ia dapat larut dalam beberapa pelarut organik seperti kloroform dan aseton.
Gambar 2.3 : Gambaran struktur kimia metil metakrilat dan polimetil metakrilat. From : Craig RG, Powers JM.
Restorative Dental Materials. 11
th
Ed.Missouri : Mosby Inc 2002 : 272
Komposisi cairan monomer adalah metil metakrilat, hidroquinon inhibitor untuk mencegah polimerisasi spontan, dimethacrylate atau agen cross linked, organic
amine accelerator dan dyed synthetic fibers untuk estetik. Agen cross linked ditambahkan pada monomer agar terjadi ikatan kovalen antara 2 rantai ketika
berlakunya polimerisasi
.
Cross linked polimer akrilik adalah lebih kaku, lebih tahan terhadap perubahan suhu dan lebih tahan larut dibandingkan dengan polimer yang non cross linked. Cross
linked polimer juga lebih tahan terhadap surface cracking atau crazing didalam mulut dan tahan terhadap keterlarutan dalam pelarut organik seperti etanol. Ia juga lebih
mudah digrind dan dipolish. Cairan monomer adalah metil metakrilat yaitu suatu cairan bening pada suhu ruangan yang mempunyai sifat fisikal berikut:
a. Berat molekul : 100 u b. Suhu lebur : - 48°C
c. Suhu didih : 100.8°C d. Ketumpatan : 0.945 gmL pada 20°C
e. Tenaga polimerisasi : 12.9 kcalmol
Metil metakrilat menunjukkan tekanan uap yang tinggi dan merupakan pelarut organik yang baik. Struktur molekul metil metakrilat ditunjukkan oleh Gambar 2.4.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.4 : Gambaran struktur kimia metil metakrilat. From : Powers JM, Wataha JC.
Dental Materials Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri: Mosby Elsevier 2008 : 290
Self cure resin akrilik diaktivasi oleh bahan kimia penurun reducing agent yang disebut initiator yang ditambahkan pada cairan monomer. Bahan kimia ini yang
selalu digunakan adalah tertiary aromatic anime. Reducing agent ini bereaksi dengan benzoyl peroxide pada suhu kamar untuk menghasilkan radikal bebas peroksida, yang
akan menginisiasi proses polimerisasi monomer. Cara inisiasi radikal bebas untuk ketiga
– tiga jenis resin akrilik ditunjukkan oleh Gambar 2.5.
Gambar 2.5 : Cara inisiasi radikal bebas untuk induksi polimerisasi resin akrilik. From: Powers JM, Wataha JC.
Dental Materials Properties and Manipulation. 9th Ed. Missouri : Mosby Elsevier
2008 : 292
Perbedaan paling jelas antara self cure dan heat cure akrilik adalah pada proses aktivasi induksi polimerisasi. Heat cure diaktivasi oleh panas, sedangkan self
cure diaktivasi oleh bahan kimia.
Universitas Sumatera Utara
2.4 Penguat