Sifat Fisis porositas di permukaan basis gigitiruan b: porositas di permukaan basis gigitiruan dilihat dengan porositas di dalam basis gigitiruan dilihat dengan mikroskope elektron

Gambar 2.8 Serat Kaca Bentuk Potongan Kecil Lee SI, Kim CW, Kim YS. Effect of chopped glass fiber on the strength of heat-cured PMMA resin. J Korean Acad Prosthodont 2001

2.5 Sifat Fisis

Sifat fisis adalah sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri atas massa jenis, ekspansi termal, porositas,kekasaran permukaan,dan densitas. GA Zarb , 2004 a. Massa Jenis Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 gcm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti karbon, oksigen dan hidrogen. GA Zarb , 2004 b. Ekspansi Termal Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80 ppmoC. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin. Umumnya hal ini tidak menimbulkan masalah, namun terdapat kemungkinan bahwa anasir gigi tiruan porselen yang tersusun pada basis gigi tiruan dapat menjadi longgar dan lepas akibat perbedaan ekspansi dan kontraksi. SK Khindria, 2009 c. Porositas Adanya gelembung atau porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigi tiruan. Gambar 2.9 Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigi tiruan yang lebih tebal. Porositas polimer yang rendah, disertai temperatur resin akrilik selama kuring mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. D. Jagger, 1999 Universitas Sumatera Utara a b c d Gambar 2.9 : Porositas di permukaan dan di dalam basis gigitiruan IH Tachir, 2006

a: porositas di permukaan basis gigitiruan b: porositas di permukaan basis gigitiruan dilihat dengan

mikroskop elektron c: porositas di dalam basis gigitiruan

d: porositas di dalam basis gigitiruan dilihat dengan mikroskope elektron

Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan yang tidak tepat. Timbulnya porositas dapat diminimalkan dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan perbandingan polimer dan monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke dalam mould yang tepat .D. Jagger, 1999 Porositas dinyatakan dalam persen rongga fraksi volume dari suatu rongga yang ada. Besarnya porositas pada suatu material bervariasi mulai dari 0 sampai 90 tergantung dari jenis dan aplikasinya. Porositas suatu bahan dinyatakan dengan persamaan: 2.1 Dengan : P = porositas = massa awal sampel setelah dikeringkan di dalam oven g = massa setelah direbus dalam air g = massa sampel ketika digantung dalam air g = massa kawat penggantung sampel g ASTM C 373 d. Kekasaran Permukaan Universitas Sumatera Utara Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik selama jangka waktu pemakaian yang panjang. PK Vallitu, 1994 Kekasaran permukaan dari bahan kedokteran gigi yang dipertimbangkan ideal oleh Quirynen dkk. dan Bollen dkk. adalah mendekati 0,2 μm atau kurang. Untuk resin akrilik, sedikit perbedaan dari 0,2 μm dapat diabaikan. Hal ini disebabkan resin akrilik mengandung monomer sisa yang memiliki efek sitotoksik terhadap sejumlah bakteri sehingga dapat mengurangi perlekatan bakteri pada permukaan resin akrilik.SI Lee, 2007 Pemolesan gigi tiruan akrilik dapat dilakukan dengan pemolesan mekanis, atau dengan pemolesan kemis merendam akrilik dalam larutan pemolesan kemis yang telah dipanaskan. Pemolesan kemis memiliki keuntungan yaitu waktu yang dibutuhkan lebih singkat. Selain pemolesan mekanis dan kemis, juga dapat digunakan sealant yang diaktivasi dengan sinar ultraviolet untuk pemolesan. Sofou dkk. 2001 menyatakan bahwa kekasaran permukaan yang dihasilkan dengan bahan ini sama dengan yang dihasilkan oleh pemolesan mekanis. Cara ini juga cukup hemat waktu seperti pemolesan kemis dan Valittu 1996 menemukan bahwa sealant ini menurunkan tingkat monomer sisa.Anonymous , 2008 Pfeiffer dan Rosenbauer 2004 serta Valittu 1996 menyatakan bahwa resin akrilik yang dipoles dengan baik menunjukkan penurunan pelepasan monomer yang signifikan dibandingkan dengan yang tidak dipoles.M. Ferbiani, 2003. e. Densitas Density Resin akrilik memiliki massa jenis yaitu sekitar 1,2 gcm 3 . Hal ini disebabkan resin terdiri dari kumpulan atom – atom ringan, seperti karbon, oksigen, dan hydrogen. Polat TN, 2003 Densitas merupakan ukuran kepadatan dari suatu material atau sering didefinisikan sebagai perbandingan antara massa m dengan volume v dalam hbungannya dapat dituliskan sebagai berikut: 2.2 Dengan : = densitas g cm 3 Universitas Sumatera Utara m = massa sampel g v = volume sampel cm 3 MM. Ristic, 1979 f. Monomer sisa Monomer sisa berpengaruh pada berat molekul rata-rata. Polimerisasi pada suhu yang terlalu rendah dan dalam waktu singkat menghasilkan monomer sisa lebih tinggi. Monomer sisa yang tinggi berpotensi untuk menyebabkan iritasi jaringan mulut, inflamasi dan alergi, selain itu juga dapat mempengaruhi sifat fisik resin akrilik yang dihasilkan karena monomer sisa akan bertindak sebagai plasticizer yang menyebabkan resin akrilik menjadi fleksibel dan kekuatannya menurun. Pada akrilik yang telah berpolimerisasi secara benar, masih terdapat monomer sisa sebesar 0.2 sampai 0.5.12 Proses kuring yang adekuat pada temperatur tinggi sangat direkomendasikan untuk mengurangi ketidaknyamanan pasien yang diketahui memiliki riwayat alergi terhadap MMA Metil Metakrilat. g. Absorbsi air Resin akrilik polimerisasi panas relatif menyerap air lebih sedikit pada lingkungan yang basah. Nilai absorbsi air oleh resin akrilik yaitu 0.69mgcm2. Absorbsi air oleh resin akrilik terjadi akibat proses difusi, dimana molekul air dapat diadsorbsi pada permukaan polimer yang padat dan beberapa lagi dapat menempati posisi di antara rantai polimer. Hal inilah yang menyebabkan rantai polimer mengalami ekspansi.12,13 Setiap kenaikan berat akrilik sebesar 1 yang disebabkan oleh absorbsi air menyebabkan terjadinya ekspansi linear sebesar 0.23. Sebaliknya pengeringan bahan ini akan disertai oleh timbulnya kontraksi. h. Retak Pada permukaan resin akrilik dapat terjadi retak. Hal ini diduga karena adanya tekanan tarik tensile stress yang menyebabkan terpisahnya molekul-molekul polimer. Keretakan seperti ini dapat terjadi oleh karena stress mekanik, stress akibat perbedaan ekspansi termis dan kerja bahan pelarut. Adanya crazing retak kecil dapat memperlemah gigi tiruan. Universitas Sumatera Utara i. Ketepatan dimensional Beberapa hal yang dapat mempengaruhi ketepatan dimensional resin akrilik adalah ekspansi mold sewaktu pengisian resin akrilik, ekspansi termal resin akrilik, kontraksi sewaktu polimerisasi, kontraksi termis sewaktu pendinginan dan hilangnya stress yang terjadi sewaktu pemolesan basis gigi tiruan resin akrilik. j. Kestabilan dimensional Kestabilan dimensional berhubungan dengan absorbsi air oleh resin akrilik. Absorbsi air dapat menyebabkan ekspansi pada resin akrilik. Pada resin akrilik dapat terjadi hilangnya internal stress selama pemakaian gigi tiruan. Pengaruh ini sangat kecil dan secara klinis tidak bermakna. k. Resisten terhadap asam, basa, dan pelarut organic Resistensi resin akrilik terhadap larutan yang mengandung asam atau basa lemah adalah baik. Penggunaan alkohol dapat menyebabkan retaknya protesa. Ethanol juga berfungsi sebagai plasticizer dan dapat mengurangi temperatur transisi kaca. Oleh karena itu, larutan yang mengandung alkohol sebaiknya tidak digunakan untuk membersihkan protesa.

2.6 Analisa Mikrostruktur