2. Untuk mengetahui perbandingan mikrostuktur bahan basis gigi tiruan
dengan menggunakan self – curing dan hot curing tanpa penambahan serat
dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil. 3.
Untuk mengetahui pengaruh penggunaan bahan resin akrilik polimerisasi panas, dan resin akrilik swapolimerisasi pada basis gigi tiruan.
1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah 1.
Untuk menambah wawasan tentang perbandingan bahan basis gigi tiruan dengan resin akrilik polimerisasi panas dan resin akrilik swapolimerisasi
tanpa penambahan serat kaca dan dengan penambahan serat kaca potongan kecil ukuran 4 mm,6 mm dan 8 mm.
2. Sebagai pendekatan yang dilakukan untuk meningkatkan daya tahan resin
aklirik terhadap fraktur. 3.
Sebagai dasar penelitian lanjut tentang bahan penguat kaca.
1.6 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Uji Dental Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, Laboratorium Polimer FMIPA Universitas Sumatera
Utara , Laboratorium Biokimia FMIPA Universitas Sumatera Utara, Ahli Gigi Misli Jl. Sri Gunting Komp.Sri Gunting Medan, dan Pusat Penelitian Fisika Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI Serpong, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia.
1.7 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan Skripsi ini adalah: BAB 1
Pendahuluan
Universitas Sumatera Utara
Bab ini mencakup latar belakang penelitian, perumusan masalah, batasan masalah yang akan diteliti, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tempat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II
Tinjauan Pustaka Bab ini membahas tentang landasan teori yang menjadi acuan untuk
proses pengambilan data, analisa data serta pembahasan. BAB III
Metodologi Penelitian Bab ini membahas tentang rancangan penelitian, tempat dan waktu
penelitian, peralatan
dan bahan
penelitian, diagram
alir penelitian,pembuatan sampel dan pengujian sampel.
BAB IV Hasil dan Pembahasan Penelitian
Bab ini membahas tentang data hasil penelitian, dan analisa data yang diperoleh dari penelitian.
BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisikan tentang kesimpulan yang diperoleh dari penelitian dan memberikan saran untuk penelitian lebih lanjut.
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1. Basis Gigi Tiruan
2. 1. 1 Pengertian
Berdasarkan The Glossary of Prosthodontic Terms GPT edisi 8 2005, basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigi tiruan yang bersandar pada jaringan
pendukung dan tempat anasir gigi tiruan dilekatkan dan bahan basis gigi tiruan adalah suatu bahan yang dapat digunakan untuk pembuatan basis gigi tiruan
. Daya tahan,
penampilan dan sifat – sifat dari suatu basis gigi tiruan sangat dipengaruhi oleh bahan
basis tersebut. Berbagai bahan telah digunakan untuk membuat gigi tiruan, namun belum ada bahan yang dapat memenuhi semua persyaratan bahan basis gigi tiruan.
RG Craig ,2000
2.1.2 Persyaratan
Berdasarkan International Organization for Standardization ISO, syarat-syarat bahan basis gigi tiruan yang ideal adalah:
a. Biokompatibel : tidak toksik dan non-iritan b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat
c. Warna : translusen dan warna merata, bila perlu, mengandung serat secara merata
d. Stabilitas warna : tidak boleh menunjukkan lebih dari sedikit perubahan dalam warna, yang hanya dapat dilihat bila diperhatikan
e. Translusensi: dapat dilihat dari sisi lawan lempeng uji spesimen f. Bebas dari porositas : tidak boleh menunjukkan rongga kosong
Universitas Sumatera Utara
g. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa h. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang dipolimerisasi
dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer swapolimerisasi i. Tidak ada monomer sisa
j. Tidak menyerap cairan k. Tidak dapat larut
Sampai saat ini belum ada satu pun bahan yang mampu memenuhi semua kriteria tersebut di atas. Combe. EC,1986
2.1.2 Bahan Basis Gigi Tiruan
Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigi tiruan. Kayu, tulang, ivory, keramik, logam, logam aloi dan berbagai polimer telah diaplikasikan untuk
basis gigitiruan. Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigi tiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari penggunaan bahan alami menjadi penggunaan
resin sintetis dalam pembuatan basis gigi tiruan. AB. Car, 2005 ; J Kenneth Anusavice , 2003.
Ada dua kelompok resin akrilik dalam kedokteran gigi. Satu kelompok adalah turunan asam akrilik, CH=CHCOOH dan kelompok lain dari asam metakrilik
CH2=CCH3COOH. Setiap molekul metil metakrilat dianggap sebagai „mer‟. Pada
keadaan yang sesuai, molekul metil metakrilat akan menyambung membentuk suatu rantai poli metilmetakrilat.
Gambar 2.1 Basis gigi tiruan berbahan resin akrilik Oleh Endang Dwiyana Label: bahan kuliah
Universitas Sumatera Utara
Secara garis besar , resin aklirik yang digunakan di kedokteran dapat dibedakan atas 3 jenis, yaitu resin akrilik swapolimerisasi resin akrilik cold curing
atau self curing autopolimeryzing, resin aklirik polimerisasi sinar light cured resin, dan resin aklirik polimerisasi panas heat cured resin acrylic. Resin akrilik
swapolimerisasi resin akrilik cold curing atau self curing autopolimeryzing yaitu resin aklirik yang ditambahkan activator kimia yaitu dimeti-para-toluidin karena
memerlukan aktivasi secara kimia dalam proses polimerisasi selama 5 menit. Resin ini jarang digunakan sebagai bahan pembuat basis gigi tiruan karena kekuatan dan
stabilitas warnanya tidak sebaik resin aklirik polimerisasi panas, selain itu jumlah monomer sisa pada resin akrilik swapolimerisasi lebih tinggi dibanding pada resin
akrilik polimerisasi panas. Resin aklirik polimerisasi sinar light cured resin adalah resin aklirik dalam bentuk lembaran dan benang serta dibungkus dengan kantung
kedap cahaya atau dalam bentuk pasta dan sebagai inisiator polimerisasi ditambah camphoroquinone. Penyinaran selama 5 menit memerlukan gelombang cahaya sebesar
400 – 500 nm sehingga memerlukan unit kuring khusus dengan menggunakan empat
buah lampu ultraviolet. Bahan ini juga jarang dipakai karena disamping memerlukan unit kuring khusus, bahan ini juga memiliki kekuatan perlekatan yang rendah terhadap
anasir gigi tiruan berbahan resin jika dibandingkan dengan resin aklirik polimerisasi panas.SK Khindria, 2009 ; J Kenneth Anusavice ,2003 ; I Nirwana ,2005
Resin akrilik polimerisasi panas heat cured resin acrylic adalah resin aklirik yang polimerisasinya dengan pemanasan. Energi termal yang diperlukan untuk
polimerisasi dapat diperoleh dengan menggunakan pemanasan air atau oven gelombang mikro.
2.2 Resin Akrilik Polimerisasi Panas
Resin akrilik telah digunakan sebagai basis gigi tiruan selama lebih dari 60 tahun dan saat ini merupakan bahan yang paling umum digunakan untuk pembuatan basis gigi
tiruan. Resin akrilik polimerisasi panas merupakan polimer yang paling banyak digunakan saat ini dalam pembuatan basis gig tiruan karena bernilai estetis dan
ekonomi, memiliki sifat fisis dan mekanis yang cukup baik, serta mudah dimanipulasi dengan peralatan yang sederhana. RG Craig , 2000 ; AWG Walls , 2008 Walaupun
Universitas Sumatera Utara
demikian, resin akrilik polimerisasi panas masih memiliki kekurangan yaitu mudah fraktur. G Uzun , 2001
2.2.1 Komposisi
Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari : SK Khindria ,2009 ; K Kortrakuljig , 2008 ; F Foat ,2009
A. Bubuk
Polimer poli metal metakrilat Initiator : berupa 0,2 – 0,5 benzoil peroksida
Pigmen : merkuri sulfit atau cadmium sulfit Plasticizer : dibutil phthalate
Opacifiers : seng atau Titanium oksida
B. Cairan
Monomer metil metakrilat Stabilizer : sekitar 0,006 hidroquinon untuk mencegah berlangsungnya
polimerisasi selama penyimpanan. Bahan untuk memacu ikatan silang, seperti etilen glikol dimetakrilat 1 –
2
Gambar 2.2 :
Acron MC-GC America,Salah Satu Nama Dagang Resin Akrilik Polimerisasi Panas Nirwana I, Soekartono RH.
Sitotoksisitas resin akrilik hybrid setelah penambahan glass fiber dengan metode
berbeda. J Dent 2005
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Manipulasi
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat manipulasi resin akrilik polimerisasi panas yaitu:
a. Perbandingan polimer dan monomer
Perbandingan yang umum digunakan adalah 3,5 : 1 satuan volume atau 2,5 : 1 satuan berat. Bila monomer terlalu sedikit maka tidak semua polimer sanggup dibasahi oleh
monomer akibatnya akrilik yang telah selesai berpolimerisasi akan bergranul. Sebaliknya, monomer juga tidak boleh terlalu banyak karena dapat menyebabkan
terjadinya kontraksi pada adonan resin akrilik. K Kortrakuljig , 2008
b. Pencampuran
Polimer dan monomer dengan perbandingan yang benar dicampurkan dalam tempat yang tertutup lalu dibiarkan beberapa menit sampai mencapai fase dough. SK
Khindria ,2009 Pada saat pencampuran ada empat tahapan yang terjadi, yaitu:
1. Sandy stage adalah terbentuknya campuran yang menyerupai pasir
basah. 2.
Sticky stage adalah saat bahan akan merekat ketika bubuk mulai larut dalam cairan dan berserat ketika ditarik.
3. Dough stage adalah saat konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak
melekat lagi, dimana tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memasukkan adonan ke dalam mould dan kebanyakan dicapai dalam waktu 10 menit.
4. Rubber hard stage adalah tahap seperti karet dan tidak dapat dibentuk
dengan kompresi konvensional.
c. Pengisian
Sebelum pengisian, dinding mould diberi bahan separator untuk mencegah merembesnya cairan ke bahan mould dan berpolimerisasi sehingga menghasilkan
permukaan yang kasar, merekat dengan bahan tanam gips dan mencegah air dari gipsmasuk ke dalam resin akrilik. AWG Walls, 2008
Universitas Sumatera Utara
Pengisian adonan ke dalam mould harus diperhatikan agar terisi penuh dan saat dipres terdapat tekanan yang cukup pada mould. Setelah pengisian adonan ke dalam
mould penuh kemudian dilakukan pres pertama sebesar 1000 psi ditunggu selama 5 menit agar mould terisi padat dan kelebihan resin dibuang, kemudian dilakukan pres
terakhir dengan tekanan 2200 psi ditunggu selama 5 menit. Selanjutnya kuvet dipasang mur dan dilakukan proses kuring.K Kortrakuljig : 2008; R Arudanti ,2008
Namun untuk pengisian adonan dengan cara klasik, tidak perlu dilakukan proses kuring karena menggunakan resin swapolimerisasi self curing.
d. Kuring
Kuvet dibiarkan pada temperatur kamar kemudian dipanaskan pada suhu 70 dibiarkan selama 30 menit, dan selanjutnya 100
dibiarkan selama 90 menit. G Uzun , 2001
Proses kuring resin akrilik dilakukan dengan cara mengaplikasikan panas pada resin dengan merendam kuvet dalam air yang dipanaskan hingga mencapai suhu 70
o
C selama 30 menit kemudian dilanjutkan selama 90 menit pada suhu 100
o
C. Pengaplikasian panas harus teratur karena reaksi kimia antara monomer dan polimer
bersifat eksotermis. Bila polimerisasi telah dimulai maka suhu resin akrilik akan jauh lebih tinggi dari airnya dan monomer akan mendidih pada temperatur 212
o
F atau 100
o
C, oleh karena itu pada tahap awal proses kuring, suhu air harus dijaga jangan terlalu tinggi.
Setelah proses polimerisasi selesai kemudian kuvet dibiarkan dingin secara perlahan hingga sama dengan suhu ruangan. Bahan resin yang telah selesai
berpolimerisasi dikeluarkan dari bahan mold. Selanjutnya dilakukan pemolesan resin akrilik untuk mendapatkan permukaan yang halus dan mengkilap.
2.2.3 Keuntungan dan Kerugian
Sebagai bahan pembuat gigi tiruan, resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan beberapa keuntungan: AB Carr , 2005 ; G Uzun ,2001
a. Warnanya harmonis dengan jaringan sekitarnya, sehingga memenuhi faktor estetik b. Dapat dilapis dan dicekatkan kembali
c. Relatif lebih ringan
Universitas Sumatera Utara
d. Teknik pembuatan dan pemolesannya mudah e. Biaya murah
Di samping keuntungan tersebut, resin juga memiliki beberapa kerugian: a. Penghantar suhu yang buruk
b. Dimensinya tidak stabil baik pada waktu pembuatan, pemakaian dan reparasi c. Mudah terjadi abrasi pada saat pembersihan atau pemakaian
d. Walaupun dalam derajat kecil, resin menyerap cairan mulut sehingga mempengaruhi stabilitas warna.
2.3 Resin Akrilik Swapolimerisasi