Porositas Porosity Perbandingan Karaktrisasi Basis Gigi Tiruan Berbahan Resin Akrilik Polimerisasi Panas Dan Resin Akrilik Swapolimerisasi Dengan Penambahan Serat Kaca

akrilik, karbonat, ester asam dimetakrilat, styrene, sulfonat dan vinil polimer. Atau bisa juga terbentuk dari pencampuran beberapa polimer menjadi kopolimer.

4.2 Porositas Porosity

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, maka nilai porositas dapat dilakukan dengan Persamaan yang mengacu pada standart pengujian ASTM C 373. Tabel 4.3 Data pengujian porositas untuk setiap komposisi dengan perlakuan panas Uji porositas dilakukan empat kali pengukuran pada masing – masing kelompok resin akrilik polimerisasi panas. Nilai rata – rata porositas resin akrilik Komposisi 1 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.1188 3.1269 2.4396 0.3034 0.817 Sampel 2 3.2011 3.2018 2.4831 0.3034 0.071 Sampel 3 3.1211 3.1217 2.4112 0.3034 0.592 Sampel 4 3.2003 3.2044 2.432 0.3034 0.381 Rata - rata 0.46525 Komposisi 2 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 2.9081 2.9188 2.2687 0.3034 1.12 Sampel 2 2.9831 2.9871 2.2781 0.3034 0.3951 Sampel 3 2.9872 2.9883 2.2753 0.3034 0,1082 Sampel 4 2.9344 2.9396 2.2543 0.3034 0.526 Rata - rata 0.5373 Komposisi 3 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.4256 3.4371 2.7363 0.3034 1.145 Sampel 2 3.4031 3.4061 2.9318 0.3034 0.3858 Sampel 3 3.4244 3.4341 2.7692 0.3034 1.001 Sampel 4 3.4604 3.4681 2.9002 0.3034 0.8837 Rata - rata 0.8539 Komposisi 4 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 2.9887 2.9997 2.0763 0.3034 0.896 Sampel 2 2.9891 3.0021 2.1310 0.3034 1.106 Sampel 3 2.9556 2.9683 2.0658 0.3034 1.053 Sampel 4 2.9422 2.9481 2.0789 0.3034 0.5032 Rata - rata 0.88954 Universitas Sumatera Utara polimerisasi panas berada pada interval 0,46 - 0.889, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.3 . Gambar 4.3 Diagram hubungan porositas terhadap komposisi resin akrilik polimerisasi panas Komposisi 1 menghasilkan nilai porositas 0.47. Komposisi 2 memiliki nilai porositas yang lebih tinggi dari komposisi 1, yaitu 0.54, dan penambahan serat kaca pada ukuran 4 mm merupakan ukuran optimum pada komposisi resin dengan perlakuan panas ini. Hal ini disebabkan karena penambahan serat kaca 4 mm akan mengurangi rongga atau poros yang terbentuk. Komposisi 3 memiliki nilai porositas yang lebih tinggi dari komposisi 2 , yaitu 0,854. Hal ini karena penambahan serat kaca dengan ukuran yang lebih besar lagi, yaitu 6 mm ternyata rongga kosong yang terbentuk lebih banyak dan kepadatan lebih rendah dari komposisi 2. Komposisi 4 memiliki nilai porositas yang lebih besar dari semua komposisi yaitu 0.89. Adanya penambahan serat kaca dengan ukuran yang lebih besar, yaitu 8 mm ternyata akan mengakibatkan rongga yang terbentuk malah semakin besar lagi, dalam hal ini dapat terlihat bahwa serat kaca 8 mm tidak tersebar secara merata. Hal ini bisa disebabkan karena pada penambahan serat kaca 8 mm bukan merupakan ukuran optimum, sehingga jika resin akrilik polimerisasi panas ditambahkan dengan serat kaca dengan ukuran yang lebih besar lagi, kemungkinan rongga kosong yang terbentuk akan semakin banyak, dan kepadatannya lebih rendah dari komposisi 2 yaitu 4 mm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai persentase porositas minimum berada 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 0.8 0.9 1 1 2 3 4 P or ositas Komposisi Porositas vs Komposisi 0.47 0.54 0.85 0.89 Universitas Sumatera Utara pada komposisi 1 yaitu tanpa penambahan serat, dan porositas terkecil dengan penambahan serat berada pada komposisi 2, yaitu dengan penambahan serat kaca 4 mm. Hubungan porositas dan densitas terhadap komposisi resin akrilik polimerisasi panas adalah nilai densitas berbanding terbalik dengan nilai porositasnya. Semakin besar nilai densitas pada resin akrilik polimerisasi panas maka semakin sedikit rongga atau poros yang terbentuk rogga atau poros dapat terlihat pada mikrostrukturnya. Tabel 4.4 Data pengujian porositas untuk setiap komposisi tanpa perlakuan panas Uji porositas dilakukan empat kali pengukuran pada masing – masing kelompok resin akrilik swapolimerisasi. Nilai rata – rata porositas resin akrilik Komposisi 1 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.2462 3.2494 2.9204 0.3034 0.506 Sampel 2 3.2571 3.2581 2.9131 0.3034 0.154 Sampel 3 3.2433 3.2488 3 0.3034 0.996 Sampel 4 3.2645 3.2654 2.9256 0.3034 0.139 Rata - rata 0.44875 Komposisi 2 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.2604 3.2724 1.8109 0.3034 0.679 Sampel 2 3.3547 3.3636 2.0031 0.3034 0.535 Sampel 3 3.2522 3.2656 1.8622 0.3034 0.785 Sampel 4 3.3005 3.3102 1.8658 0.3034 0.555 Rata - rata 0.6385 Komposisi 3 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.3820 3.3970 2.5576 0.3034 1.312 Sampel 2 3.3515 3.3536 2.5814 0.3034 0.195 Sampel 3 3.3844 3.3901 2.5111 0.3034 0.4821 Sampel 4 3.3687 3.3701 2.561 0.3034 0.1258 Rata - rata 0.5288 Komposisi 4 Sampel M o g M b g M g g M kw g Porositas Sampel 1 3.3399 3.3417 3.0901 0.3034 0.324 Sampel 2 3.3389 3.3418 3.0911 0.3034 0.5234 Sampel 3 3.3396 3.3412 3.0803 0.3034 0.2835 Sampel 4 3.3372 3.3424 3.0902 0.3034 0.9359 Rata - rata 0.5167 Universitas Sumatera Utara swapolimerisasi berada pada interval 0,45 - 0.64, hal ini dapat dilihat pada Gambar 4.4 . Gambar 4.4 Diagram hubungan porositas terhadap komposisi resin akrilik swapolimerisasi Komposisi 1 menghasilkan nilai porositas 0.45. Komposisi 2 memiliki nilai porositas yang lebih tinggi dari semua komposisi, yaitu 0.64 . Hal ini disebabkan karena adanya penambahan serat kaca, yaitu 4 mm, akan terbentuk rongga atau poros, dan kepadatan bahan lebih rendah dari komposisi 3 dan komposisi 4. Komposisi 3 memiliki nilai porositas yang lebih tinggi dari komposisi 1 dan komposisi 4, yaitu 0.53. Hal ini karena penambahan serat kaca dengan ukuran yang lebih besar yaitu 6 mm yang tersebar hampir tidak merata, sehingga terbentuk rongga – rongga kecil, namum rongga yang terbentuk lebih sedikit dibanding dengan menggunakan serat kaca ukuran 4 mm. Komposisi 4 memiliki nilai porositas yang lebih kecil dari komposisi 3 yaitu 0.52 . Hal ini bisa disebabkan karena pada penambahan serat kaca 8 mm merupakan ukuran optimum, sehingga jika resin swapolimerisasi ditambahkan dengan serat kaca dengan ukuran lebih besar lagi, ternyata rongga kosong yang terbentuk tidak banyak dan kepadatannya lebih besar dari komposisi 2.Komposisi 2 memiliki nilai porositas yang lebih besar dari semua komposisi dalam resin akrilik swapolimerisasi, karena penambahan serat kaca 4 mm bukan merupakan ukuran optimum, sehingga jika resin akrilik swapolimerisasi ditambahkan dengan serat kaca dengan ukuran yang lebih besar lagi, yaitu 6 mm dan 8 mm, ternyata rongga kosong 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7 1 2 3 4 P or ositas Komposisi Porositas vs Komposisi 0.45 0.64 0.53 0.52 Universitas Sumatera Utara yang terbentuk tidak banyak dan kepadatannya lebih besar dari komposisi 2. Hal ini karena proses polimerisasi self – curing berlangsung sangat cepat, sehingga serat kaca 4 mm tidak tercampur rata dengan matrik polimer. Selain itu, hal ini bisa disebabkan karena pada penambahan serat kaca 4 mm tidak terbesar secara merata pada matrik polimer resin akrilik swapolimerisasi. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai persentase porositas minimum berada pada komposisi 1, yaitu tanpa penambahan serat, dan porositas terkecil dengan penambahan serat berada pada komposisi 4, yaitu dengan penambahan serat kaca 8 mm. Hubungan porositas dan densitas terhadap komposisi resin akrilik swapolimerisasi adalah nilai densitas berbanding terbalik dengan nilai porositasnya. Semakin besar nilai densitas pada resin akrilik polimerisasi panas maka semakin sedikit rongga atau poros yang terbentuk rongga atau poros dapat terlihat pada mikrostrukturnya.

4.3 Analisa Mikrostruktur