Sejarah Spinal Anestesi Anestesi Spinal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sejarah Spinal Anestesi

Spinal Anestesi pertama kali ditemukan pada tahun 1885 oleh Leonard Corning, seorang ahli saraf di New York. Beliau bereksperimen dengan memasukan obat pada saraf tulang belakang anjing, kemudian ia melihat Anjing tersebut kehilangan rasa sakit, meskipun disayat dengan pisau. Eksperimen awal Leonard Corning, membawa perubahan penting di bidang Kedokteran Anestesi dan sampai saat ini teknik spinal anestesi sangat bermanfaat di dunia kesehatan untuk menolong pasien di kamar operasi. Tulisan tentang nyeri kepala paska anestesia spinal pertama kali ditulis oleh Karl August Bier pada tahun 1898. Beliau melakukan percobaan spinal terhadap tujuh pasien, dirinya, dan asistennya. Dari sembilan orang yang dilakukan anestesia spinal tersebut, enam diantaranya mengalami gejala sakit kepala yang berhubungan dengan perubahan posisi. Sejak saat itu, didapatkan banyak tulisan tentang nyeri kepala paska anestesi spinal. Saat ini, keluhan tersebut dikenal dengan PDPH. 22 Sejak anestesi spinal Sub Archnoid Block SAB diperkenalkan oleh August Bier 1898 pada praktis klinis, teknik ini telah digunakan dengan luas untuk 21 anestesi regional, terutama untuk operasi pada daerah bawah umbilikus. Kelebihan utama teknik ini adalah kemudahan dalam tindakan, peralatan yang minimal, memiliki efek minimal pada biokimia darah, menjaga level optimal dari analisa gas darah, pasien tetap sadar selama operasi dan menjaga jalan nafas, serta penanganan paska operatif dengan analgesia yang minimal. 21 Universitas Sumatera Utara

2.2 Anestesi Spinal

Anestesi spinal memiliki beberapa komplikasi yang sering timbul, salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah Post Dural Puncture Headache. Sejarah Post Dural Puncture Headache PDPH juga diperkenalkan oleh Augus Bier yang berdasarkan atas pengalaman sendiri dengan gejala sakit kepala pada saat berdiri dan hilang pada saat posisi tidur. Menurut berbagai peneliti, kejadian terjadinya Post Dural Puncture Headache berkisar antara 0,1 -36 dengan kejadian tertinggi 36 pada pasien yang menggunakan jarum 20G atau 22G. Banyak faktor yang diduga mempengaruhi kejadian dan keparahan Post dural Puncture Headache PDPH 23 termasuk, umur, jenis kelaminan, ras pasien, teknik SAB, jumlah tusukan yang dilakukan, besar jarum dan desain ujung jarum Pada penelitian Lybecker H dkk yang meneliti 1.021 pasien dari kelompok usia antara 15 sampai 85 tahun. Kejadian terbesar yang ditemukan di dekade ketiga 16 dan keempat 14. Kejadian sakit kepala menurun setelah dekade kelima. Perbedaan antara umur kelompok dapat dikaitkan dengan elevasi ambang nyeri, mungkin terjadi penurunan progresif dalam elemen saraf sensorik dan terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah dengan penuaan. Dari penelitian Hwang dkk, membandingkan kejadian PDPH dengan jarum 25G Whitacre dengan jarum 25G dan 26G Quincke tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna secara statistik. Ada beberapa penelitian yang meneliti mengenai hubungan banyaknya usaha tusukan spinal dengan kejadian PDPH yang menyertainya. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Singh dkk 2009 dengan menggunakan jarum 23G Quincke membandingkan banyaknya tusukan dengan kejadian PDPH. Dari hasil penelitian tersebut didapat ada hubungan yang signifikan terhadap banyaknya usaha tusukan dengan tingginya kejadian. Dari beberapa penelitian lain yang meneliti hubungan banyaknya tusukan spinal dengan kejadian PDPH pada jarum-jarum yang lebih kecil 26G dan 27G tidak menunjukkan adanya 24 Universitas Sumatera Utara perbedaan yang signifikan antara banyaknya tusukan dengan tingginya kejadian PDPH, seperti yang dikemukakan oleh Kang SB dkk 1992. Pada penelitian ini, peneliti meneliti kejadian PDPH antara dua tipe jarum ukuran 27G, sehingga peneliti mengesampingkan faktor banyaknya tusukan untuk mempengaruhi tingginya kejadian terjadinya PDPH. Salah satu faktor terpenting dan 15 paling memegang peranan adalah desain dan besar jarum. Ada beberapa tipe jarum yang saat ini digunakan untuk tindakan punksi dura. Secara umum tipe jarum ini dibedakan menjadi dua tipe, yakni tipe cutting Quincke dan non-cutting atraumatic Atraucan, whitacre, sprotte. Jarum dengan ujung Quincke memotong serat dura dan bisa menyebabkan robekan dura yang menetap, sementara ujung jarum spinal non-cutting atau seperti pencil-point Atraucan, Whitacre, Sprotte dapat mendorong serat dura sehingga dapat kembali ke tempat semula dan mengurangi hilangnya Cerebro Spinal Fluid CSF setelah tusukan dura sehingga mengurangi kejadian Post dural Puncture Headache PDPH. Oleh karena itu, banyak variasi dalam kejadian Post Dural Puncture Headache PDPH 25 yang bisa timbul dengan desain jarum spinal yang berbeda. Ada beberapa data yang merupakan kumpulan dari kejadiannya PDPH pada beberapa jarum yaitu 40 pada jarum 22G, 25 pada jarum 25G, 2-12 pada jarum 26G Quincke, 1-6 pada jarum 27G Quincke dan 2 pada jarum 29G. Dengan mengurangi besar dari jarum spinal telah memberikan dampak yang signifikan terhadap kejadian dari Post Dural Puncture Headache PDPH. 8 Dalam rangka meminimalkan resiko Post dural Puncture Headache PDPH, beberapa desain jarum spinal dan modifikasi ujung, telah diperkenalkan yaitu Atraucan, yang dikenal juga sebagai jarum atraumatik. Jarum ini memiliki titik pemotongan dengan bevel ganda yang dimaksudkan untuk memotong kecil lubang dura dan kemudian membesar dan untuk mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk Universitas Sumatera Utara melakukan tusukan. 26 Jarum ini lahir pada tahun 1992 oleh Aglan dan Stansby yang melakukan uji aliran terhadap jarum Sprotte dan menyimpulkan bahwa daerah lubang jarum dapat diturunkan hingga area crossectional canula tanpa mempengaruhi rerata aliran obat. 14 Gambar 1: Jenis Jarum Spinal Vandam dan Dripps mencatat ada korelasi langsung antara ukuran jarum dan resiko Post Dural Puncture Headache PDPH bahwa kejadian berkisar 18 dengan jarum pengukur 16G dan 5 dengan 26G, sedangkan, keseluruhan resiko Post dural Puncture Headache PDPH adalah 11 pada 11000 kasus anestesi spinal. Kejadian Post Dural Puncture Headache PDPH untuk berbagai jenis jarum spinal ditunjukkan pada tabel 1. Table 1. Kejadian PDPH dalam berbagai jarum spinal 25 Needle size Type Bentuk Jarum Incidence of PDPH 16G Touhy 2-5 Bevel tumpul 20G Whitacre 36 Atraumatic 22G Quincke Cutting 0,63-4 24G Sprotte Atraumatic 0-9,6 Universitas Sumatera Utara 25G Quincke Cutting 3-25 25G Whitacre Atraumatic 0-14,5 26G Quincke Cutting 0,3-20 26G Atraucan Atraumatic 2,5-4 27 Quincke Cutting 1,5-5,6 27 Whitacre Atraumatic 29 Quincke Cutting 0-2 32 Quincke Cutting 0,4 Pada penelitian J Buettner yang membandingkan jarum 25G Whitacre dan Quincke dalam penilaian Post Dural Puncture Headache PDPH melaporkan Post Dural Puncture Headache PDPH pada jarum Whitacre lebih rendah dibanding dengan jarum Quincke. Walaupun demikian jarum 25G Quincke dengan bevel cutting di tengah lebih sering digunakan dan lebih popular dengan kejadian PDPH hampir 25. 27 Table 2: Jenis Jarum Spinal Jenis Jarum Desain Gambar Keuntungan Quincke Tajam,bevel menengah Penyebaran Cepat dan pasti Universitas Sumatera Utara Whitacre Non cutting, pencil point Lubang lateral PDPH , tidak memotong Sprotte Sebanding whitacre, lubang besar Penyebaran terjamin Atraucan Tajam bevel ganda Tajam, penyebaran baik Ballpen Quincke, ataumatik Penyebaran cepat, pasti Gertie Marx Pencil Point Mudah digunakan, dan kegagalan minimal Perbedaan antara jarum Atraucan dan Quincke dapat dilihat dari gambar dibawah ini. Jarum 26G Atraucan merupakan jarum spinal dengan ujung tip yang dirancang untuk membuat potongan linear kecil dibandingkan dengan potongan quincke yang Universitas Sumatera Utara berbentuk V di dura mater. Atraucan 26G memiliki dua bevel, Bevel pertama untuk memotong kecil lubang dural dan bevel kedua membesar sehingga mengurangi gaya yang dibutuhkan untuk melakukan tusukan. Pada penelitian In vitro, menyatakan kebocoran cairan serebrospinal pada jarum atraucan 26G lebih rendah dibandingkan dengan jarum 26G Quincke dan jarum 24G Sprotte Tabel 3: Perbedaan Jarum Atraucan dan Quincke . Jenis Jarum Gambar Warna Diameter mm Ujung Jarum Pada Dura Mater 26G Quincke Coklat 88 mm 26G Atraucan Coklat 88 mm 26G Pencil Point Coklat 90 mm Universitas Sumatera Utara

2.3 Post Dural Puncture Headache