Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern Prinsip – prinsip Pengawasan Intern

Pengalaman sebagai seorang Internal Auditor dapat digunakan untuk mememuhi persyaratan pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi seorang akuntan public. Mayoritas audit intern memperoleh sertifikat sebagai seorang Internal Auditor bersertifikat certified internal auditor CIA. Serta beberapa internal auditor lainnya memperoleh baik sertifikat akuntan public maupun sertifikat auditor intern.

3. Karakteristik Pengawasan Intern yang Efektif

Sebelum menganalisa karakteristik pengawasan intern yang efektif, dijelaskan lebih dahulu pengertian dan tujuan pengawasan intern, prinsip- prinsip pengawasan intern, keterbatasan pengawasan intern serta karakteristik dan ciri-ciri pengawasan intern yang efektif.

3.1. Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern

Menurut Boynton Johnson and Kell 2003:373 Pengendalian intern adalah Suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut : a. Keandalan pelaporan keuangan b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi Ikatan Akuntansi Indonesia 2001:319.2 mendefenisikan pengendalian intern adalah Sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan 11 Universitas Sumatera Utara keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : a keandalan pelaporan keuangan, b efektivitas dan efisiensi operasi, dan c kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. Dari defenisi-defenisi seperti yang dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari sistem pengawasan intern atau istilah sekarang dikenal sebagai pengendalian intern adalah sebagai berikut a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi dalam operasi d. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan terlebih dahulu

3.2. Prinsip – prinsip Pengawasan Intern

Sistem pengawasan intern tidak berlaku universal untuk semua perusahaan namun berpedoman pada beberapa prinsip yang langsung membantu fungsinya dalam sistem pengawasan intern. Menurut Tuanakota 2000:46 menggambarkan pengawasa intern yang baik adalah “Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu struktur pengawasan adalah baik, jika tidak seorang pun berada dalam kedudukan sedemikian rupa sehingga ia dapat membuat kesalahan dan meluruskan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama”. Efektivitas pengawasan intern keuangan atau akuntansi didasarkan pada konsepsi pertanggungjawaban. Menurut Jerry, dkk 2007:455 12 Universitas Sumatera Utara prinsip utama pengawasan intern keuangan atau akuntansi adalah sebagai berikut : a. Pembentukan tanggungjawab. Pengawasan akan efektif jika hanya seseorang yang bertanggung jawab pada sebuah pekerjaan tertentu b. Pemisahan pekerjaan Aktivitas-aktivitas terkait seharusnya ditugaskan kepada orang yang berbeda-beda dan penciptaan akuntabilitas dengan pencatatan atau asset yang seharusnya terpisah dari penjagaan fisik asset tersebut. c. Prosedur dokumentasi Seluruh alat atau prosedur yang membuktikan ketelitian harus dimanfaatkan untuk menjamin keakuratan dan kebenaran operasi dan akuntansi. d. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik Pengendalian fisik sangat terkait deengan perlindungan asset seperti kotak deposit pengamatan untuk kas dan kertas usaha. Dan pengendalian mekanik dan elektronik juga melindungi asset seperti alarm pencegah invasi, monitor televisi, dan sensor tekstil untuk menghalangi pencurian, mesin absen untuk mencatat jadwal kerja. e. Verifikasi internal independen Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan dan rekonsiliasi data yang dibuat oleh karyawan lain. f. Mengikat karyawan yang memegang kas Pengikatan melibatkan perolehan asuransi perlindungan atas ketidaktepatan penggunaan asset oleh karyawan yang tidak jujur. g. Merotasi tugas karyawan dan meminta karyawan untuk mengambil cuti. Prinsip ini didesain untuk mencegah karyawan dari segala usaha pencurian karena mereka tidak akan mampu menyembunyikan kesalahan mereka secara permanen. Prinsip-prinsip di atas hanya sebagai pedoman umum, namun tidak dapat menjamin tidak akan terjadinya penyelewengan sama sekali walaupun keseluruhan unsur berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengawasan intern itu sendiri ataupun sebab-sebab lain, misalnya : pengawasan intern yang ada tidak sesuai lagi akibat perkembangan perusahaan. 13 Universitas Sumatera Utara

3.3. Keterbatasan Pengawasan Intern