Evaluasi Atas Kedudukan dan Peranan Satuan Audit Internal Pada PT. Bank Tabungan Negara T.BK Cabang Medan

(1)

EVALUASI ATAS KEDUDUKAN DAN PERANAN SATUAN AUDIT INTERNAL PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA

T.BK CABANG MEDAN

OLEH

NAMA : MELVA HANDAYANI PULUNGAN

NIM : 080522081

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

PROGRAM STUDI STRATA 1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2011


(2)

Kedudukan dan Peranan Satuan Audit Internal Pada PT. Bank Tabungan Negara T.BK Cabang Medan” Adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi pada tingkat Program Ekstensi S1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar dan apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang diharapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Juli 2011

Yang Membuat Pernyataan

Melva Handayani Pulungan NIM : 080522081


(3)

dengan izin dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Adapun judul skripsi ini yaitu Evaluasi Atas Kedudukan dan Peranan Satuan Audit Internal Pada PT. Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan.

Dengan menyadari keterbatasan, penulis sadar masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, baik dari isi maupun cara penyajiannya. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik demi penyempurnaan skripsi ini.

Dalam mengerjakan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Drs. John Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif, Msi, Ak dan Ibu Dra. Mutia ismail, MM, Ak. Selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Iskandar Muda, SE, MSi, Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Syamsul Bahri TRB, MM, Ak dan Bapak Drs. Sucipto, MM, Ak selaku penguji I dan II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang telah diberikan untuk kesempurnaan skripsi ini.


(4)

tiada berkesudahan.

Medan, 04 Juli 2011 Penulis

Melva Handayani Pulungan NIM : 080522081


(5)

Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan dalam melaksanakan pemeriksaan operasional kantor (POK) di kantor cabang pembantu apakah sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan.

Metode Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis data adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan teknik kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi Internal Auditor pada PT. Bank Tabungan Negara T.bk cabang Medan dalam pelaksanaan pemeriksaan operasional kantor (POK) di kantor cabang pembantu sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi. Hal ini dapat dilihat dari segi pelaksanaan tugasnya tidak terlibat dalam kegiatan operasional sehingga pemeriksaannya benar – benar objektif, Independen dalam melaksanakan tugasnya karena kedudukannya sebagai staff assistant manager accounting controll dibawah Branch Manager dan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi.

Kata Kunci : Internal Auditor


(6)

Tabungan Negara T.bk branch of Medan in the implementation of office operational auditing at sub branch office whether had be implomented actually for the increasing of efficiency of operation of the company.

The method applied in this research is descriptive study. And the type of data. The data is collected by observation, interview and library research.

The results of research indicates that the auditor internal function at PT. Bank Tabungan Negara T.bk branch of Medan in the implementation of office operational auditing (POK) at the sub branch office had implemented actually in the increasing of efficiency of operation. This indicated by the implementation of the task did not involved in the operational activity, so its auditing is objective. Independency in the task caused by its position as assistant staff of accounting control manager under the branch Manager and the auditing activity is based on the operational standard of the company in order to increase the efficiency of operation.

Keyword : Internal Auditor


(7)

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ………... ... iv

ABSTRACT ………. ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR GAMBAR ……... ix

DAFTAR LAMPIRAN … ... x

BAB I PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang Masalah …... 1

B. Perumusan Masalah ………... 3

C. Tujuan Penelitian …………... 4

D. Manfaat Penelitian …………... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ……. ... 5

A. Tinjauan Teoritis ... 5

1. Internal Auditing ………... 5

2. Internal Auditor ... 8

3. Karakteristik Pengawasan Intern yang Efektif ... 11

4. Fungsi Internal Auditor ... 15

5. Kedudukan Internal Auditor ... 20

6. Independensi Internal Auditor ... 26

7. Laporan Internal Audit ... 29

8. Peranan Internal Auditor bagi tercapainya pengawasan yang efektif ... 35

B. Review Penelitian Terdahulu ... 38

C. Kerangka Konseptual ... 39


(8)

C. Teknik Pengumpulan Data ... 41

D. Metode Analisis Data ... 41

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

A. Data Penelitian ... 43

1. Gambaran Umum PT. BTN Tbk. Cabang Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan ... 43

b. Struktur Organisasi ... 45

c. Aktifitas Perusahaan ... 56

2. Pengawasan Internal auditor ... 61

3. Kedudukan Internal Auditor ... 62

4. Independensi Internal Auditor ... 66

5. Fungsi Internal Auditor ... 67

6. Laporan Internal Auditor ... 68

7. Peranan Internal Auditor bagi Tercapainya Pengawasan yang Efektif ... 70

B. Analisis Hasil Penelitian ... 71

1. Kedudukan Internal Auditor ... 71

2. Independensi Internal Auditor ... 72

3. Fungsi Internal Auditor ... 73

4. Laporan Internal Auditor ... 74

5. Peranan Internal Auditor Bagi Tercapainya Pengawasan yang Efektif ... 75


(9)

DAFTAR PUSTAKA ………... 81

LAMPIRAN ………... 83


(10)

Gambar 1.1 Internal audit Dibawah

Direktur Keuangan...22 Gambar 1.2 Internal Audit Merupakan

Staf Direktur Utama... 23 Gambar 1.3 Internal Audit Merupakan

Staf Dewan Komisaris... 24 Gambar 1.4 Internal Auditor Dipimpin

Oleh Seorang Direktur Internal Audit... 25 Gambar 1.5 Kerangka Konseptual... 39


(11)

Lampiran 1 Struktur Organisasi PT. BTN T.bk Cabang Medan


(12)

Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan dalam melaksanakan pemeriksaan operasional kantor (POK) di kantor cabang pembantu apakah sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan.

Metode Penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Jenis data adalah data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan teknik kepustakaan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fungsi Internal Auditor pada PT. Bank Tabungan Negara T.bk cabang Medan dalam pelaksanaan pemeriksaan operasional kantor (POK) di kantor cabang pembantu sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi. Hal ini dapat dilihat dari segi pelaksanaan tugasnya tidak terlibat dalam kegiatan operasional sehingga pemeriksaannya benar – benar objektif, Independen dalam melaksanakan tugasnya karena kedudukannya sebagai staff assistant manager accounting controll dibawah Branch Manager dan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan sudah sesuai dengan Standar Operasional Perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi.

Kata Kunci : Internal Auditor


(13)

Tabungan Negara T.bk branch of Medan in the implementation of office operational auditing at sub branch office whether had be implomented actually for the increasing of efficiency of operation of the company.

The method applied in this research is descriptive study. And the type of data. The data is collected by observation, interview and library research.

The results of research indicates that the auditor internal function at PT. Bank Tabungan Negara T.bk branch of Medan in the implementation of office operational auditing (POK) at the sub branch office had implemented actually in the increasing of efficiency of operation. This indicated by the implementation of the task did not involved in the operational activity, so its auditing is objective. Independency in the task caused by its position as assistant staff of accounting control manager under the branch Manager and the auditing activity is based on the operational standard of the company in order to increase the efficiency of operation.

Keyword : Internal Auditor


(14)

A. Latar Belakang Masalah

Saat ini indonesia mengalami krisis ekonomi, untuk keluar dari krisis ini maka indonesia meningkatkan pembangunan disegala sektor, baik di sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan hankam yang tentu saja memerlukan dana yang cukup besar. Kemudahan dana ini tidak semudah mencetak uang yang sebanyak – banyaknya yang akan menyebabkan inflasi, tetapi kemudahan dana ini dapat diperoleh negara tanpa mengalami inflasi adalah dengan cara menghimpun dana dari msyarakat dan menyalurkannya kepada yang membutuhkan.

Meningkatnya aktivitas dunia usaha khususnya sektor industri menimbulkan berbagai kebutuhan, antara lain kebutuhan dana untuk keperluan membangun atau memperluas bidang usaha. Tambahan dana kadang tidak seluruhnya dapat diperoleh dari perusahaan itu sendiri, tetapi dapat juga diperoleh dari pihak luar perusahaan yaitu lembaga yang biasa memberikan bantuan dalam bidang keuangan adalah lembaga keuangan khususnya perbankan. Dengan demikian peranan dalam dunia usaha sangat terasa dan berpengaruh. Perkembangan dunia usaha harus diikuti dengan perkembangan dibidang perbankan sebagai lembaga penunjang dan pendorong kelancaran dunia usaha.

Dengan meningkatnya aktivitas dunia usaha di suatu perusahaan, maka diperlukan adanya sumber – sumber penyediaan dana untuk pelaksanaan pembangunan guna membiayai kegiatan usahanya yang semakin berkembang. Seperti halnya PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan, yang mempunyai jasa perbankan memberikan bebagai fasilitas seperti kredit, menerima simpanan uang masyarakat baik dalam bentuk tabungan, giro maupun deposito, pengiriman uang dari luar negeri maupun dalam negeri.

PT. Bank Tabungan Negara T.bk. Cabang Medan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf


(15)

hidup masyarakat banyak. Melalui kegiatan perkreditan maka bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. PT. Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan dalam melakukan aktivitasnya tidak terlepas dari pengawasan intern yang dilaksanakan oleh bagian internal audit yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional perusahaan adalah laporan mingguan operasional kantor cabang pembantu yang akan diaudit oleh internal auditor terkadang mengalami keterlambatan sehingga hal – hal yang penting yang perlu segera dilaporkan kepada kepala cabang tidak segera dapat diketahui untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

Bank sebagai pemberi kredit menjalankan perannya berdasarkan suatu kebijakan untuk selalu tetap memelihara keseimbangan yang tepat untuk memperoleh keuntungan dalam bentuk bunga dengan tujuan likuiditas dan solvabilitas bank. Solvabilitas adalah kemampuan untuk melunasi semua hutang-hutangnya baik (baik jangka pendek maupun jangka panjang). Sedangkan yang dmaksud dengan likuiditas adalah kemampuan bank tersebut dalam menjamin terbayarnya hutang – hutang jangka pendeknya.

Untuk tercapainya tujuan tersebut bank memerlukan audit internal yang baik dan perkreditan yang efektif sehingga kredit bank tidak bermasalah. Perbankan merupakan salah satu unsur pengembangan perekonomian dan juga sebagai lembaga yang berkewajiban turut serta mempelancar arus kegiatan dibidang ekonomi, keuangan dan pembangunan negara.

Sehubungan dengan banyaknya kasus – kasus kredit macet yang disebabkan karena ketidakmampuan nasabah dalam memenuhi kewajibannya, maka timbul permasalahan yang tidak diinginkan seperti kekurangmampuan masing – masing bank menilai mutu kredit yang telah mereka berikan. Untuk menghindari terjadinya penyimpangan kredit tersebut maka bank memerlukan audit internal yang memadai.

PT. Bank Tabungan Negara T.bk. Cabang Medan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit guna meningkatkan taraf


(16)

kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem bagi semua sektor perekonomian. PT. Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan dalam melakukan aktivitasnya tidak terlepas dari pengawasan intern yang dilaksanakan oleh bagian internal audit yang bertanggung jawab atas seluruh kegiatan operasional perusahaan adalah laporan mingguan operasional kantor cabang pembantu yang akan diaudit oleh internal auditor terkadang mengalami keterlambatan sehingga hal – hal yang penting yang perlu segera dilaporkan kepada kepala cabang tidak segera dapat diketahui untuk melakukan tindakan lebih lanjut.

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan membuat laporannya dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Evaluasi atas Kedudukan dan Peranan Satuan Audit Internal Pada Bank Tabungan Negara T.bk ”

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan awal dari penelitian dan merupakan langkah yang penting serta pekerjaan yang sulit dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan teoritis penulis mencoba merumuskan masalah yang menjadi dasar penelitian dalam penyusunan skripsi ini, sebagai berikut:

1. Apakah fungsi internal auditor pada PT. BTN Tbk. Cabang Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan.


(17)

2. Apakah internal auditor itu sendiri sesuai dengan fungsi dan kedudukannya dapat berperan dalam upaya tercapainya pengawasan yang efektif pada PT. BTN Tbk. Cabang Medan ?

C Tujuan Penelitian

Adapun Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui apakah kedudukan dan fungsi internal auditor telah berperan dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas operasional pada PT. BTN Tbk. Cabang Medan.

2. Untuk mengetahui hasil pelaksanaan fungsi internal auditor pada PT. BTN, Tbk Cabang Medan sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan.

B. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan bagi peneliti dalam memahami tentang kedudukan dan fungsi audit internal serta dalam pelaksanaan tugas – tugasnya,

2. Sebagai bahan masukan ataupun pertimbangan bagi prusahaan dalam menerapkan kedudukan dan fungsi audit internal agar terlaksana dengan efektif dan efisien,

3. Sebagai bahan masukan bagi yang akan melakukan penelitian yang sama mengenai masalah audit internal


(18)

A. Tinjauan Teoritis 1. Internal Auditing

Perusahaan yang masih mempunyai ukuran relatif kecil dimana operasi atau kegiatan perusahaan dapat dikerjakan beberapa orang, pemilik atau pemimpin dapat mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan secara langsung.

Setelah perusahaan berkembang menjadi besar maka partisipasi pemilik atau pemimpin tidak dapat seperti keadaan perusahaan telah meluas sedemikian rupa sehingga struktur organisasi menjadi lebih kompleks. Dengan adanya permasalahan baru tersebut manajemen perlu mendelegasikan tanggung jawab dan wewenang ketingkat supervise yang ada. Dengan demikian manajemen dituntut untuk menjaga harta milik perusahaan, mencegah serta menentukan kesalahan dan penggelapan.

Untuk kepentingan-kepentingan dan sebab-sebab diatas, dalam pengertian guna perencanaan strategi dan pengendalian manajemen, sistem pengawasan intern sangat berfungsi sekali. Informasi yang teliti, jelas, tepat waktu dan dapat dipercaya adalah sangat berarti guna dasar perencanaan strategi dan pengendalian manajemen.

Informasi dengan sifat-sifat yang disebutkan seperti diatas dihasilkan oleh adanya sistem pengawasan intern yang baik. Untuk menjaga agar


(19)

sistem pengawasan intern berjalan secara efektif, diperlukan suatu bagian khusus dalam perusahaan yaitu departemen internal audit untuk melakukan penilaian secara terus menerus terhadap sistem pengawasan intern perusahaan. Departemen internal audit inilah yang diharapkan dapat memberikan masukan informasi tentang hal-hal yang perlu mendapat perbaikan dalam sistem pengendalian intern, berikut ini dikutip beberapa defenisi internal auditing.

The institute of internal auditor dalam statement of responsibility of internal auditor (2004:3), mengemukakan defenisi, mengenai internal auditing sebagai berikut :

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve and organization’s operations. It helps an organization accomplishits objective by bringing a systematic, disciplined approach to avaluate and improve the effectiveness of risk management, control and governance processes”.

Defenisi ini mengandung bahwa internal auditing meru pakan suatu aktivitas penilaian yang berbeda atas data akuntansi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri dengan maksud membantu manajemen dalam penyediaan informasi. Tujuan dari pada internal auditing adalah untuk membantu semua anggota manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka secara efektif dengan memberikan kepada mereka analisis, penilaian, rekomendasi dan komentar yang objektif mengenai kegiatan yang diperiksa.


(20)

Tujuan tersebut dicapai dengan :

• Meneliti apakah pelaksanaan sistem pengawasan dibidang akuntansi, keuangan dan operasi cukup dan memenuhi syarat

• Menilai apakah kebijaksanaan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan telah ditaati.

• Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam organisasi.

• Menilai mutu pelaksanaan tugas-tugas yang telah diberikan masing-masing anggota manajemen

Pelaksanaan atau team fungsi audit sebagaimana diungkapkan diatas disebut dengan internal auditor.

Menurut Holmes dan Burns (2000:152) Internal auditing adalah “kegiatan penilaian independen dalam organisasi untuk mereview operasi sebagai jasa yang diberikan kepada manajemen”.

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa Internal auditing adalah suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan guna memberi saran-saran kepada manajemen. Kegiatan penilaian ini bersifat independent bukanlah dalam arti absolut yang berarti bebas dari semua ketergantungan seperti halnya eksternal auditor.

Defenisi lain menurut Boynton Johnson dan Kell (2003:491) Internal auditing adalah “aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independent dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi”.


(21)

Bagian-bagian yang penting dari defenisi diatas adalah :

• Internal yaitu menunjukkan bahwa aktivitas auditing dilaksanakan dalam organisasi. Karyawan yang sudah ada dalam organisasi itu dapat melakukan aktivitas audit internal atau aktivitas itu bisa diserahkan kepada profesional lain dari luar organisasi yang melayani entitas tersebut. • Independen dan objektif yaitu menjelaskan bahwa pertimbangan auditor

akan bernilai bila bebas dari penyimpangan.

• Pendekatan yang sistematis dan berdisiplin yaitu menyiratkan bahwa auditor internal mengikuti standar professional yang mengatur pekerjaan audit internal.

• Membantu organisasi mencapai tujuannya yaitu menunjukkan bahwa auditing internal dilakukan untuk membantu atau member manfaat bagi keseluruhan organisasi dan diarahkan oleh sasaran serta tujuan organisasi tersebut.

Organisasi profesi auditor intern mendefenisikan internal auditing “sebagai fungsi penilaian yang independen dari aktivitas yang di audit”.

2. Internal Auditor

Dalam perkembangan usahanya baik perusahaan perorangan maupun berbagai perusahaan berbentuk badan hukum, sangat memerlukan internal auditor untuk melakukan audit di dalam perusahaan. Hasil audit tersebut sangat diperlukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan perusahaan yang tidak hanya pada para pemimpin perusahaan


(22)

tetapi juga pihak-pihak diluar perusahaan yang memerlukan informasi mengenai perusahaan untuk pengambilan keputusan tentang hubungan mereka terhadap perusahaan.

Menurut Mulyadi (2002:29), menyatakan bahwa :

Internal Auditor adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugasnya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

Menurut Guy, alderman dan winters (2002:15) Internal Auditor adalah “Karyawan tetap yang dipekerjakan oleh suatu entitas untuk melaksanakan audit dalam organisasi tersebut”.

Dari defenisi di atas, seorang auditor sangat berkepentingan dengan penentuan apakah kebijakan dan prosedur telah diikuti atau tidak serta berkepentingan dengan pengamanan aktiva organisasi. Internal Auditor juga terlibat dalam penelaahan (review) efektivitas dan efisiensi prosedur operasi serta dalam penentuan keandalan informasi yang dihasilkan oleh organisasi tersebut.

Menurut Arens (2008:482), Profesional Institute of Internal Auditor memberikan defenisi mengenai internal audit sebagai berikut :

Internal audit adalah aktivitas konsultasi dan assurance yang objektif dan independen yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Hal tersebut membantu organisasi untuk mencapai tujuan mereka dengan melakukan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas dari manajemen risiko, pengendalian, dan proses pengaturan.


(23)

Internal Auditor dipekerjakan pada masing-masing perusahaan untuk melakukan audit bagi manajemen, hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh auditor GAO bagi kongres. Internal auditor pada beberapa perusahaan besar dapat meliputi lebih dari 100 orang serta umumnya bertanggung jawab langsung kepada presiden direktur, pimpinan tertinggi perusahaan lainnya, atau bahkan kepada komite audit dari dewan direksi.

Menurut Arens (2003:24), tanggung jawab internal auditor sangat beragam bergantung pada pemberi kerja diantaranya : “Beberapa auditor intern hanya terdiri dari satu atau dua orang staf saja yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk melakukan rutinitas auditor kepatuhan. Internal Auditor lainnya terdiri dari sejumlah staf yang memiliki tanggung jawab yang beragam, termasuk area lainnya di luar akuntansi”.

Seorang Internal Auditor, agar dapat bekerja secara efektif harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu organisasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja. Internal Auditor menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasi perusahaan. Para pengguna informasi yang berada di luar perusahaan kemungkinan besar tidak akan menyadarkan dirinya pada informasi yang telah diuji oleh Internal Auditor saja terutama disebabkan oleh ketiadaan independensi dari Internal Auditor tersebut.


(24)

Pengalaman sebagai seorang Internal Auditor dapat digunakan untuk mememuhi persyaratan pengalaman yang dibutuhkan untuk menjadi seorang akuntan public. Mayoritas audit intern memperoleh sertifikat sebagai seorang Internal Auditor bersertifikat (certified internal auditor

CIA). Serta beberapa internal auditor lainnya memperoleh baik sertifikat akuntan public maupun sertifikat auditor intern.

3. Karakteristik Pengawasan Intern yang Efektif

Sebelum menganalisa karakteristik pengawasan intern yang efektif, dijelaskan lebih dahulu pengertian dan tujuan pengawasan intern, prinsip-prinsip pengawasan intern, keterbatasan pengawasan intern serta karakteristik dan ciri-ciri pengawasan intern yang efektif.

3.1.Pengertian dan Tujuan Pengawasan Intern

Menurut Boynton Johnson and Kell (2003:373) Pengendalian intern adalah

Suatu proses, yang dilaksanakan oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam suatu entitas, yang dirancang untuk menyediakan keyakinan yang memadai berkenaan dengan pencapaian tujuan dalam kategori sebagai berikut :

a. Keandalan pelaporan keuangan

b. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku c. Efektivitas dan efisiensi operasi

Ikatan Akuntansi Indonesia (2001:319.2) mendefenisikan pengendalian intern adalah

Sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan


(25)

keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

Dari defenisi-defenisi seperti yang dikemukakan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari sistem pengawasan intern atau istilah sekarang dikenal sebagai pengendalian intern adalah sebagai berikut a. Menjaga keamanan harta milik perusahaan

b. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi c. Meningkatkan efisiensi dalam operasi

d. Membantu menjaga agar tidak ada yang menyimpang dari kebijaksanaan manajemen yang ditetapkan terlebih dahulu

3.2.Prinsip – prinsip Pengawasan Intern

Sistem pengawasan intern tidak berlaku universal untuk semua perusahaan namun berpedoman pada beberapa prinsip yang langsung membantu fungsinya dalam sistem pengawasan intern.

Menurut Tuanakota (2000:46) menggambarkan pengawasa intern yang baik adalah “Secara umum dapat dikatakan bahwa suatu struktur pengawasan adalah baik, jika tidak seorang pun berada dalam kedudukan sedemikian rupa sehingga ia dapat membuat kesalahan dan meluruskan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan dalam waktu yang tidak terlalu lama”.

Efektivitas pengawasan intern keuangan atau akuntansi didasarkan pada konsepsi pertanggungjawaban. Menurut Jerry, dkk (2007:455)


(26)

prinsip utama pengawasan intern keuangan atau akuntansi adalah sebagai berikut :

a. Pembentukan tanggungjawab.

Pengawasan akan efektif jika hanya seseorang yang bertanggung jawab pada sebuah pekerjaan tertentu

b. Pemisahan pekerjaan

Aktivitas-aktivitas terkait seharusnya ditugaskan kepada orang yang berbeda-beda dan penciptaan akuntabilitas (dengan pencatatan) atau asset yang seharusnya terpisah dari penjagaan fisik asset tersebut.

c. Prosedur dokumentasi

Seluruh alat atau prosedur yang membuktikan ketelitian harus dimanfaatkan untuk menjamin keakuratan dan kebenaran operasi dan akuntansi.

d. Pengendalian fisik, mekanik, dan elektronik

Pengendalian fisik sangat terkait deengan perlindungan asset seperti kotak deposit pengamatan untuk kas dan kertas usaha. Dan pengendalian mekanik dan elektronik juga melindungi asset seperti alarm pencegah invasi, monitor televisi, dan sensor tekstil untuk menghalangi pencurian, mesin absen untuk mencatat jadwal kerja.

e. Verifikasi internal independen

Prinsip ini melibatkan tinjauan, perbandingan dan rekonsiliasi data yang dibuat oleh karyawan lain.

f. Mengikat karyawan yang memegang kas

Pengikatan melibatkan perolehan asuransi perlindungan atas ketidaktepatan penggunaan asset oleh karyawan yang tidak jujur. g. Merotasi tugas karyawan dan meminta karyawan untuk

mengambil cuti.

Prinsip ini didesain untuk mencegah karyawan dari segala usaha pencurian karena mereka tidak akan mampu menyembunyikan kesalahan mereka secara permanen.

Prinsip-prinsip di atas hanya sebagai pedoman umum, namun tidak dapat menjamin tidak akan terjadinya penyelewengan sama sekali walaupun keseluruhan unsur berjalan dengan baik. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengawasan intern itu sendiri ataupun sebab-sebab lain, misalnya : pengawasan intern yang ada tidak sesuai lagi akibat perkembangan perusahaan.


(27)

3.3.Keterbatasan Pengawasan Intern

Setiap pengawasan yang bagaimanapun baiknya tetap memiliki kelemahan-kelemahan itu sendiri sering dimanfaatkan oleh orang atau oknum yang mempunyai kesempatan melakukan penyelewengan dan penipuan atau tindakan yang merugikan perusahaan.

Menurut Jerry, dkk (2007:460) adapun keterbatasan pengawasan intern tersebut sebagai berikut :

a. Persekongkolan atau collusion adalah kerja sama antara beberapa pegawai dalam suatu perusahaan untuk melakukan penyelewengan atau manipulasi. Apabila terjadi persekongkolan maka akan sulit untuk menemukan indikasinya.

b. Kelemahan manusia

Pelaksana pengawasan intern adalah manusia, karena sering melakukan pekerjaan yang rutin dan otomatis, tidak lagi melakukan pengawasan secara baik. Kelemahan ini sering dipergunakan pula oleh orang atau hukum yang berniat tidak baik terhadap perusahaan.

c. Ukuran usaha

Pada perusahaan kecil mungkin akan sulit untuk memisahkan tugas atau membuat verifikasi internal independent.

Keterbatasan atau kelemahan pengawasan intern diatas merupakan kendala untuk tercapainya pengawasan intern yang efektif dan memadai. Tanggung jawab pembinaan pengawasan intern dilimpahkan pada pimpinan, sebab pengawasan intern yang bagaimanapun baiknya sangat mudah dilanggar oleh pimpinan. Apabila dibahas secara dalam, unsur utama penyebab lemahnya pengawasan intern adalah manusia pelaksananya. Manusia sebagai unsur dari internal control adalah lebih penting perannya dari unsur yang lain seperti prosedur maupun catatan.


(28)

4. Fungsi Internal Auditor

Secara umum fungsi internal auditor dalam perusahaan adalah untuk mengawasi atau menjamin pelaksanaan kegiatan agar sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan dalam perusahaan. Agar internal auditor dapat melaksanakan fungsinya dengan baik ada beberapa syarat yang harus dimiliki.

Menurut Tjitrosudojo (2000:189) mengemukakan tujuh ciri yang harus dimiliki oleh seorang internal auditor yaitu :

a. Ia harus mempunyai pandangan yang luas untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan. Ia harus berpikir sebagai seorang pimpinan organisasi yang tidak terkekang oleh program pemeriksaan atau tradisi.

b. Pandangan yang luas tersebut harus didasarkan pada pertimbangan yang sehat. Dalam mengambil suatu keputusan yang mantap ia harus memperoleh semua fakta yang diperlukan.

c. Pemeriksaan yang modern haruslah percaya pada diri sendiri dan kepada pekerjaannya. Kepercayaan dibuktikan dengan adanya keberanian untuk memasuki bidang pekerjaan baru.

d. Imajinasi merupakan jiwa penggerak kemajuan e. Inisiatif adalah kekuatan yang melengkapi gagasan

f. Sikap Harus memelihara hubungan baik dengan pihak yang diperiksanya

g. Kepemimpinan Pemeriksaan harus mempunyai sifat kepemimpinan yang diperlukan untuk melancarkan kepercayaan dan untuk meransang tindakan

Berdasarkan uraian di atas, maka syarat minimal yang harus dimiliki seorang internal auditor setidak-tidaknya meliputi :

a. Pengetahuan yang baik dibidang akuntansi dan auditing b. Sikap yang objektif dan independent


(29)

d. Disamping itu perlu juga pemahamannya tentang rencana organisasi

Bidang internal audit yang banyak dikenal pada mulanya tertuju pada pemeriksaan data akuntansi, bidang ini lebih dikenal dengan financial audit. Namun sejalan dengan semakin mendesaknya kebutuhan akan informasi bagi manajemen sebagai in out dalam pengambilan keputusan dan kebijaksanaan, maka kegiatan operasional manajemen juga dimasukkan sebagai salah satu bidang yang diawasi dan diperiksa internal auditor. Bidang ini dikenal dengan nama manajemen audit.

Setelah memahami uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa internal auditor memiliki andil yang cukup tinggi bagi suatu perusahaan. Sebagai seorang staf dari pimpinan perusahaan, seorang internal auditor harus dapat bertugas dengan baik, sehingga peranannya dalam menunjang sistem pengawasan intern dapat berlangsung dengan optimal. Seorang internal auditor bertugas melakukan pemeriksaan dan penilaian yang bebas atas kegiatan operasional, data akuntansi dan catatan keuangan lainnya.

Sejalan dengan perkembangan jaman yaitu perkembangan sistem informasi akuntansi. Aktivitas internal auditor yang dijalankan melalui fungsi-fungsi internal auditor telah diartikan sebagai suatu pemeriksaan dan penyajian data yang objektif mengenai hasil analisa, penilaian, rekomendasi dan komentar atas aktivitas manajemen yang diperiksanya.

Menurut Kosasih (2000:277-278) menggolongkan secara terperinci fungsi internal auditor yaitu :


(30)

a. Menentukan baik tidaknya internal auditor dengan memperhatikan pemisahan fungsid an apakah prinsip akuntansi benar-benar telah dilaksanakan.

b. Bertanggung jawab dalam menentukan apakah pelaksanaannya mentaati peraturan, rencana policy, dan prosedur yang telah ditetapkan sampai menilai apakah hal yang tersebut dapat diperbaiki atau tidak.

c. Memverifikasi adanya dan keutuhan kekayaan (asset) termasuk mencegah dan menemukan penyelewengan.

d. Menilai kehematan, efisiensi, efektivitas kegiatan

e. Melaporkan secara objektif apa yang diketahuinya kepada manajemen disertai rekomendasi perbaikannya.

Fungsi-fungsi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dengan mengkaji ulang secara cermat atas bagian organisasi dan uraian fungsi yang menjelaskan pemnagian tugas-tugas. Tinjauan ulang ini harus memperlihatkan apakah pengawasan atas setiap orang didalam perusahaan memadai atau tidak dan tidak boleh seorang pun yang menempati posisi yang bertentangan dengan kebijaksanaan pengawasan internal yang sehat. b. Mengetahui apakah pelaksanaan telah dilakukan sesuai dengan kontrak

yang telah disetujui dan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

c. Dengan mencocokkan daftar kekayaan perusahaan dengan kenyataan yang ada

d. Memastikan bahwa sistem akuntansi yang ada telah dilaksanakan sesuai dengan yang digariskan perusahaan dan apakah laporan telah disusun dengan benar.

e. Dengan melaporkan secara objektif apa yang telah ditemukan selama pemeriksaan dan memberikan rekomendasi perbaikannya kepada manajemen.


(31)

Menurut Holmes dan Burns (2000:154) “berpendapat bahwa, agar fungsi internal auditor itu bisa bekerja secara efektif maka adanya sasaran-sasaran atau pemeriksaan tertentu yang harus ditetapkan dan harus senantiasa dikaji ulang. Sasaran-sasaran yang dimaksud adalah :

(a) Sasaran pengawasan akuntansi, (b) Sasaran pengawasan administratif” Dari keterangan diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Sasaran pengawasan akuntansi (accounting control objectives)

Dalam mencapai sasaran pengawasan akuntansi, para auditor harus menentukan keandalan pengawasan akuntansi yang berlangsung memusatkan perhatian kepada pencegahan atau penemuan kekeliruan dan penyelewengan atau kecurangan yang material. Ada beberapa langkah yang dapat diterapkan oleh auditor dalam mencapai sasaran ini yaitu : 1) Mengidentifikasi jenis kekeliruan dalam penyelewengan akuntansi

yang mungkin terjadi

2) Menetapkan prosedur yang harus mencegah atau menemukan kekeliruan dan penyelewengan semacam itu.

3) Menuju transaksi serta prosedur-prosedur untuk menentukan apakah prosedur-prosedur yang diperlukan sudah digariskan dan dipatuhi secara memuaskan.

4) Mengevaluasi semua jenis kekeliruan dan penyelewengan yang tidak terdapat dalam prosedur pengendalian internal yang ada. Ini akan membantu dalam menentukan pengaruhnya terhadap sifat, watak atau luasnya prosedur auditing.


(32)

b. Sasaran pengawasan administratif (administration control objektif)

Untuk mencapai sasaran pengawasan administratif, auditor bertanggung jawab menentukan ketaatan terhadap kebijaksanaan perusahaan dan mencatat serta melaporkan penyimpangannya. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan internal auditor untuk mencapai sasaran ini yaitu :

1) Evaluasi atas upaya organisasional seperti yang dicerminkan oleh hubungan pelaporan dalam perusahaan.

2) Tinjauan ulang yang cermat atas bagan organisasi dan uraian posisi yang menjelaskan pembagian upaya-upaya itu. Tinjauan ulang ini harus memperlihatkan apakah memadai atau tidak dan tidak boleh ada seorangpun yang menempati posisi yang bertentangan dengan kebijakan pengendalian internal yang sehat.

3) Evaluasi atas saluran komunikasi didalam perusahaan khususnya komunikasi dengan manajemen puncak dan dengan komite audit. Saluran ini harus diterapkan dengan jelas sehingga pelaporan akan tetap aktual dan objektif.

4) Pengujian dan evaluasi atas kebijakan perusahaan

Walaupun ada pemisahan fungsi-fungsi atas dasar tujuan audit intern. Namun pada dasarnya kedua fungsi tersebut mempunyai hubungan yang erat satu sama lainnya dalam meningkatkan hasil guna sistem pengawasan internal.


(33)

5. Kedudukan Internal Auditor

Kedudukan ataupun status internal auditor dalam struktur organisasi mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan, peranan serta tingkat kebebasan di dalam menjalankan tugasnya sebagai auditor. Kedudukan internal auditor hendaknya ditempatkan sedemikian rupa sehingga ia dapat melaksanakan wewenang dan tanggung jawab dengan baik. Kedudukan internal auditor hendaknya menjamin kebebasan relatif sehingga ia dapat melaksanakan penilaian-penilaian yang tidak memihak dan tanpa prasangka. Untuk menjamin keadaan ini, maka langkah-langkah yang ditempuh yaitu :

a. Manajemen dan dewan komisaris harus memberikan dukungan penuh kepada internal auditor

b. Kepala internal auditor harus bertanggung jawab kepada pejabat yang mempunyai wewenang yang cukup tinggi untuk menjamin jangkauan audit yang luas serta tindak lanjut yang sebaik-baiknya atas rekomendasi-rekomendasi sebagaimana dilaporkan dalam pelaporan pemeriksaan.

c. Fungsi-fungsi, wewenang, bagian internal auditor haruslah ditulis dengan jelas pada sebuah dokumen formal, dan sebaiknya disetujui dewan komisaris.

d. Pimpinan bagian internal auditing harus mempunyai jalur hubungan langsung dengan dewan komisaris, yang berguna untuk menyampaikan


(34)

laporan secara berkala dan membicarakan hal-hal yang dianggap penting bagi perusahaan.

Untuk menjamin bahwa internal auditor akan bersifat objektif dalam melaksanakan pemeriksaan, internal auditor hendaknya jangan dilibatkan dengan tanggung jaqwab operasional. Hal ini disebabkan ia tidak mungkin bersikap obyektif dalam menilai pencapaian suatu fungsi yang tanggung jawab dan wewenangnya pernah dilimpahkan padanya.

Kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan yang satu dengan perusahaan yang lain tentu tidak sama, karena hal ini tergantung pada situasi dan kondisi perusahaan serta tujuan yang hendak dicapai dalam pembentukan bagian internal auditor.

Penempatan bagian internal auditor serta job description secara jelas akan membawa pengaruh positif dalam proses komunikasi antara internal auditor dengan pihak manajemen, demikian juga penempatan yang tidak terarah akan menghambat jalannya arus pelaporan dari internal auditor kepada pihak manajemen.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:243) ada empat alternatif kedudukan

internal auditor dalam struktur organisasi yaitu :

a. Bagian internal audit berada di bawah direktur keuangan (sejajar dengan bagian akuntansi dan keuangan).

b. Bagian internal audit merupakan staf direktur utama, c. Bagian internal audit merupakan staf dari dewan komisaris,

d. Bagian internal audit dipimpin oleh seorang internal audit


(35)

Keempat alternatif tersebut dapat dilihat dalam gambar 1.1, 1.2, 1.3, dan gambar 1.4. berikut ini.

Ad.a. internal audit di bawah direktur keuangan

Gambar 1.1. Internal Audit dibawah direktur keuangan Sumber:Sukrisno, Agoes, 2004. Auditing

Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian internal audit

berkedudukan sejajar dengan bagian keuangan dan bagian akuntansi. Bagian internal audit sepenuhnya bertanggung jawab kepada direktur keuntungan. Kelemahan dari kedudukan ini adalah bahwa ruang lingkup pemeriksaan internal audit menjadi lebih sempit hanya ditekankan pada pengendalian atas bagian keuangan saja. Jika dikaitkan dengan

independensi, maka tingkat kebebasan internal audit terbatas dan sempit. Keuntungan poisisi ini adalah laporan internal audit dapat segera dipelajari dan ditanggapi.

RUPS

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direktur Keuangan

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan

Bagian


(36)

Ad.b. Internal audit merupakan staf direktur utama bertanggung jawab langsung kepada direktur utama

Gambar 1.2. Internal audit merupakan staf direktur utama Sumber:Sukrisno, Agoes, 2004. Auditing

Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan internal audit

merupakan staf direktur utama. Dalam hal ini internal audit mempunyai tingkat independensi yang tinggi, karena internal audit dapat melakukan pemeriksaan ke seluruh bagian, kecuali pimpinan perusahaan atau direktur utama. Kelemahan fungsi internal audit pada struktur ini, bahwa direktur utama mempunyai tugas yang banyak, sehingga direktur utama tidak dapat mempelajari hasil internal audit secara mendalam, sehingga tindakan perbaikan yang diperoleh tidak dapat diambil dengan segera.

RUPS

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direktur Keuangan

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan

Bagian Anggaran

Bagian


(37)

Ad.c. Internal audit merupakan staf dewan komisaris

Gambar 1.3. Internal audit merupakan staf dewan komisaris Sumber:Sukrisno, Agoes, 2004. Auditing

Gambar diatas memperlihatkan bahwa bagian internal auditor

berfungsi secara dewan komisaris, dan posisinya berada diatas direktur utama. Kedudukan ini, memberikan tingkat independensi yang tinggi sekali karena internal auditor dapat memeriksa seluruh aspek organisasi. Kelemahannya bahwa dewan komisaris, tidak setiap saat bisa ditemui, juga mungkin kurang menguasai masalah operasi sehari-hari sehingga tidak dengan cepat dapat mengambil tindakan atau menanggapi saran-saran yang diajukan oleh internal auditor untuk pencegahan dan perbaikan.

RUPS

Dewan Komisaris

Direktur Utama

Direktur Keuangan

Bagian Akuntansi

Bagian Keuangan

Bagian Anggaran

Bagian


(38)

Ad.d. internal auditor dipimpin oleh seorang direktur internal auditor

Gambar 1.4. Internal auditor dipimpin oleh seorang direktur internal audit Sumber:Sukrisno, Agoes, 2004. Auditing

Gambar diatas memperlihatkan bahwa kedudukan bagian internal audit dipimpin oleh direktur internal audit. Direktur internal audit

mengarahkan personil dan aktivitas-aktivitas departemen audit intern dan mempunyai tanggung jawab terhadap program dan pelatihan staff audit. Direktur audit intern mempunyai akses yang bebas terhadap ketua dewan komisaris. Tanggung jawab direktur audit intern adalah menyiapkan

Internal Audit Director

Executive Secretary

Supervisor of Computer Auditing

Quality Assurance Supervisor

Supervisor of Auditing

Senior EDP Auditor

Computer Audit Specialist

EDP Auditor

Audit Secretary

Senior Auditor

Lead Auditor


(39)

rencana tahunan untuk pemeriksaan semua unit perusahaan dan menyajikan program tersebut untuk persetujuan. Auditing supervisor

membantu direktur audit intern dalam mengembangkan audit program

tahunan dan membantu dalam mengkoordinasi usaha audit dengan akuntan publik agar memberikan cakupan audit yang sesuai tanpa duplikasi usaha.

Senior auditor menerima audit program dan instruksi untuk area audit yang ditugaskan dari auditing supervisor. Senior auditor mempunyai staf auditor dalam pekerjaan lapangan audit. Staff auditor melaksanakan tugas audit pada suatu lokasi audit. Kedudukan ini, kelemahannya adalah ketika direktur internal audit tidak dapat mengelola departemen audit intern dengan baik, sehingga pekerjaan audit tidak dapat memenuhi tujuan umum dan tanggung jawab yang telah disetujui manajemen, sumber daya dari departemen audit intern tidak digunakan secara efisien dan efektif.

6. Independensi Internal Auditor

Seorang Internal Auditor, agar dapat bekerja secara efektif harus berada dalam posisi yang independen terhadap lini fungsi dalam suatu organisasi, tetapi ia tidak independen terhadap organisasi sepanjang masih terdapat hubungan antara pemberi kerja dan pekerja. Internal Auditor menyediakan informasi yang amat bernilai bagi pihak manajemen dalam proses pembuatan keputusan yang berkaitan dengan efektivitas operasi perusahaan. Para pengguna informasi yang berada di luar perusahaan


(40)

kemungkinan besar tidak akan menyadarkan dirinya pada informasi yang telah diuji oleh internal auditor saja terutama disebabkan oleh kesetiaan independensi oleh internal auditor tersebut.

Sukrisno Agoes (2004:227), mengemukakan bahwa independensi internal auditor antara lain tergantung pada :

a. Kedudukan Internal Audit Department (IAD) tersebut dalam organisasi perusahaan, maksudnya kepada siapa IAD bertanggung jawab. Dalam suatu perusahaan yang besar, organisasi internal audit dipimpin oleh seorang Director of Auditing yang membawahi audit managers, audit supervisors, senior auditors, associate auditors (semi seniors) dan assistant auditors (junior auditors).

b. Apakah IAD dilibatkan dalam kegiatan operasional

Jika ingin independen, IAD tidak boleh terlibat dalam kegiatan operasional perusahaan. Misalnya IAD tidak boleh ikut serta dalam kegiatan penjualan dan pemasaran, penyusunan sistem akuntansi, proses pencatatan transaksi dan penyusunan laporan keuangan perusahaan.

Sebagaimana telah dijelaskan pada bagian sebelumnya mengenai kedudukan internal auditor. Kedudukan internal auditor di dalam perusahaan akan menentukan tingkat kebebasannya dalam menjalankan tugas sebagai auditor. Kedudukan ataupun status internal auditor dalam suatu organisasi perusahaan mempunyai pengaruh terhadap luasnya kegiatan serta tingkat independensinya di dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeriksa. Jadi status organisasi dari internal auditor harus cukup untuk dapat menyelesaikan tanggung jawab audit.

Internal auditor akan efektif seperti yang diiinginkan manajemennya jika ia bebas dari aktivitas-aktivitas yang diauditnya. Hal ini akan dapat tercapai bila internal auditor mempunyai kedudukan yang memungkinkan


(41)

baginya untuk mengembangkan sikap independensinya terhadap bagian-bagian lain yang harus diperiksanya.

Menurut Mautz dan Sharaf, dalam Sawyers (2005:25) dalam karya terkenal mereka, “The philosophy of auditing” (filosofi audit), memberikan beberapa indikator independensi professional yang dapat diterapkan untuk internal auditor yang ingin bersikap objektif. Indikator –indikatornya adalah sebagai berikut :

a. Independensi dalam program audit b. Independensi dalam verifikasi c. Independensi dalam pelaporan

Dari keterangan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Independensi dalam program audit

Independensi dalam program audit dapat berupa : 1) Bebas dari intervensi manajerial atas program audit 2) Bebas dari segala intervensi atas prosedur audit

3) Bebas dari segala persyaratan untuk penugasan audit selain yang memang disyaratkan untuk sebuah proses audit.

b. Independensi dalam verifikasi

Independensi dalam verifikasi dapat berupa :

1) Bebas dalam mengakses semua catatan, memeriksa aktiv dan karyawan yang relevan dengan audit yang dilakukan

2) Mendapat kerja sama yang aktif dari karyawan manajemen selama verifikasi audit


(42)

3) Bebas dari segala usaha manajer yang berusaha membatasi aktivitas yang diperiksa atau membatasi pemerolehan bahan bukti

4) Bebas dari kepentingan pribadi yang menghambat verifikasi audit

c. Independensi dalam pelaporan

Independensi dalam pelaporan dapat berupa :

1) Bebas dari perasaan wajib memodifikasi dampak atau signifikansi dari fakta-fakta yang dilaporkan

2) Bebas dari tekanan untuk tidak melaporkan hal-hal yang signifikan dalam laporan audit

3) Menghindari penggunaan kata-kata yang menyesatkan baik secara sengaja maupun tidak sengaja dalam melaporkan fakta, opini dan rekomendasi dalam interpretasi auditor.

4) Bebas dari segala usaha meniadakan perhitungan auditor mengenai fakta atau opini dalam laporan internal auditor.

7. Laporan Internal Audit

Hasil akhir dari pelaksanaan internal audit dituangkan dalam suatu bentuk laporan tertulis melalui proses penyusunan yang baik. Laporan hasil internal auditor merupakan suatu alat penting untuk menyampaikan pertanggungjawaban hasil kerja kepada manajemen yaitu sebagai media informasi untuk menilai sejauh mana tugas-tugas yang dibebankan dapat


(43)

dilaksanakan. Adapun isi atau materi laporan internal auditor menurut Boynton dkk (2003:494) yaitu :

a. Suatu laporan tertulis yang ditandatangani harus dikeluarkan setelah pemeriksaan audit selesai. Laporan intern itu bisa dalam bentuk tertulis atau lisan dan dapat disampaikan secara formal ataupun informal.

b. Internal auditor harus membahas kesimpulan dan rekomendasi pada tingkatan manajemenh yang tepat sebelum mengeluarkan laporan tertulis yang final.

c. Laporan haruslah objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

d. Laporan harus menyatakan tujuan, ruang lingkup, dan hasil audit, dan bilas tepat laporan itu juga harus berisi suatu pernyataan pendapat auditor.

e. Laporan dapat mencakup rekomendasi untuk perbaikan yang potensial dan mengakui kinerja serta tindakan korektif yang memuaskan.

f. Pandangan audit tentang kesimpulan dan rekomendasi audit dapat disertakan dalam laporan audit.

g. Direktur internal audit atau designee harus mereview dan menyetujui laporan audit final sebelum diterbitkan serta harus memutuskan kepada siapa laporan itu akan dibagikan.

Menurut Sawyer’s (2005:36) kode etik dan standar praktik professional Audit Internal dari Ikatan Auditor Internal (Institute of Internal Auditors-IIA) memberikan mekanisme bagi auditor untuk melaporkan hasil audit, temuan, opini, atau informasi yang diperoleh selama audit. Mekanisme tersebut adalah :

a. Pelaporan ketingkat manajemen yang berwenang b. Pelaporan ke komite audit

c. Pelaporan ke dewan direksi

The Institute of Internal Auditors (2001:282) memberikan defenisi laporan audit sebagai berikut : “Audit report is a communication cocering the objective of the assignment, the scope of the examination,


(44)

anylimitation made or encountered and the findings and the recommendation”.

Laporan auditor menurut defenisi di atas merupakan suatu komunikasi yang didalamnya tujuan dari penugasan, luas pemeriksaan, batasan yang dibuat juga saran atau rekomendasi kepada pimpinan perusahaan.

Adapun tujuan dari laporan audit adalah sebagai berikut :

a. Laporan auditor adalah merupakan hasil kesimpulan dari hasil pemeriksaan

b. Menyajikan temuan-temuan ini dari hasil pemeriksaan berlangsung c. Sebagai dasar untuk kemudian diambil tindakan oleh manajemen

terhadap penyimpangan yang terjadi

Laporan internal audit dapat berupa laporan lisan dan laporan tertulis. Dalam data tertulis, laporan disampaikan secara lengkap dan menyeluruh

(comprehensive). Sementara laporan lisan dapat berupa pemaparan atas hal-hal yang dianggap perlu ditonjolkan dan cenderung informasi yang disampaikan tidak menyeluruh.

Dalam penyampaian laporan tertulis ada beberapa pedoman yang harus diikuti agar laporan tersebut mudah dipahami oleh pihak pembaca laporan. Hal ini dapat dikatakan sebagai suatu sistematika penyusunan laporan yang digtunakan oleh internal auditor.

Menurut Sukrisno Agoes (2004:236), untuk dapat menyusun laporan dengan baik dan agar dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca, maka ada beberapa kriteria yang dapat dijadikan pedoman :


(45)

a. Objective b. Clear (jelas)

c. Concise (singkat tetapi padat) d. Constructive (membangun) e. Timely (tepat waktu)

Kriteria diatas dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Objective

Pembaca mengharapkan penyajian hasil yang terus terang dan berdasarkan fakta. Bila auditor melindungi, mengkualifikasi atau menutupi temuan penting akan menjengkelkan pembaca yang mencari kesimpulan dan rekomendasi.

b. Clear (jelas)

Setiap laporan harus menggunakan suatu strategi yang tepat untuk informasi penting yang akan disajikan, bahasa laporan harus kreatif, kata-kata yang dipilih dan susunannya harus mencerminkan tingkat kepentingan yang bervariasi diantara item yang disajikan.

c. Concise (singkat tetapi padat)

Kalimat-kalimat harus dibuat secara singkat dan ringkas mengenai ide-ide penting. Penjelasan yang terlalu panjang dan sangat rinci akan membingungkan pembaca.

d. Timely (tepat waktu)

Nilai laporan audit secara langsung berhubungan dengan kecepatan informasi.


(46)

Menurut Sawyers (2005:81), beberapa prinsip untuk menetapkan sistem pelaporan (reporting) internal yang efektif adalah sebagai berikut : a. Laporan harus dibuat sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan b. Individu-individu atau unit-unjit harus diminta melaporkan hal-hal

yang menjadi tanggung jawabnya.

c. Biaya mengakumulasi data dan menyiapkan laporan harus dibandingkan dengan manfaat yang akan didapat.

d. Laporan harus sederhana mungkin, dan konsisten dengan sifat subjek yang menjadi masalah. Laporan harus berisi informasi yang melayani kebutuhan pengguna. Klasifikasi dan terminology umum harus digunakan sebanyak mungkin untuk menghindari kebingungan.

e. Sedapat mungkin laporan kinerja memperhatikan perbandingan dengan standar biaya kualitas dan kuantitas yang ditetapkan. Biaya-biaya yang bisa dikendalikan harus dipisahkan.

f. Jika kinerja tidak bisa dilaporkan secara kuantitatif, laporan yang dirancang untuk menekankan pengecualian atau hal-hal lain yang membutuhkan perhatian manajemen.

g. Agar bisa bermanfaat maksimal, laporan haruslah tepat waktu. Laporan yang tepat waktu yang sebagian didasarkan pada estimasi bisa jadi lebih berguna dibandingkan laporan yang lebih tepat tetapi terlambat.

h. Penerimaan laporan harus ditanyakan secara periodik untuk mengetahui apakah mereka masih membutuhkan laporan yang diterima atau apakah ada yang bisa diperbaiki dari laporan tersebut

Menurut Sukrisno Agoes (2004:242) laporan Internal Auditor harus berisi : a. Bagian Internal Audit

b. Nama perusahaan

c. Perihal yaitu mengenai hasil temuan pemeriksaan d. Periode

e. Kondisi perusahaan f. Kriteria perusahaan

g. Penyebab dari masalah yang timbul pada perusahaan h. Akibat dari penyebab masalah yang timbul

i. Komentar management terhadap masalah yang timbul j. Tanggal audit


(47)

Contoh Lampiran Internal Auditor seperti dibawah ini: Dari : Kepala Bagian Internal Audit

Kepada : Direksi PT. RENIKU

Perihal : Temuan Pemeriksaan mengenai Uang Muka Perjalanan Periode : Tahun 2002

KONDISI : Terdapat uang muka perjalanan yang jumlahnya melampaui batas yang diperbolehkan. Kami menemukan 133 uang muka perjalanan dari 175 uang muka perjalanan yang kami periksa, jumlahnya melampaui jumlah yang diperbolehkan yaitu Rp.2.500.000. Jumlah tersebut berkisar antara Rp.2.640.000 s/d Rp.4.750.000, total kelebihan adalah + Rp.300.000.000. KRITERIA : Kebijakan tertulis dari Direktur Keuangan menyatakan bahwa

uang muka perjalanan dinas maksimum sebesar Rp.2.500.000. PENYEBAB : Kepala bagian keuangan memberikan uang muka berdasarkan

formulir permintaan uang muka yang sudah diotorisasi oleh

marketing / sales supervisor.

Otorisasi dari supervisor biasanya diberikan dengan mudah tanpa memperhatikan batas maksimum yang bisa diberikan. AKIBAT : Banyak salesman yang meminta uang muka perjalanan

melebihi jumlah yang dibutuhkan dan pertanggung jawabannya sering terlambat. Bahkan ada salesman yang sudah berhenti, tetapi masih belum mempertanggung jawabkan uang mukanya.

Komentar

Manajemen : Bagian akuntansi akan menindaklanjuti masalah yang muka perjalanan yang melampaui jumlah maksimum dan yang lama belum dipertanggung jawabkan.

Supervisor akan di instruksikan supaya lebih ketat dalam mengotorisasi uang muka perjalanan.

Jakarta, 25 April 2003

( Adriana Finishia Audit Manager


(48)

8. Peranan Internal Auditor bagi Tercapainya Pengawasan yang Efektif Internal auditor mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep audit internal dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Oleh karena itu semakin besar suatu perusahaan , maka semakin luas pula rentang pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan suatu pengendalian yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya.

Karena keterbatasan manajemen dalam mengendalikan aktivitasnya itu, perusahaan memerlukan internal auditor yang akan membantu manajemen dalam menentukan apakah rencana-rencana operasi, keuangan, kebijakan dan prosedur-prosedur yang dijalankan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Sehingga audit yang dilakukan dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi atas prosedur – prosedur. Data yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana perusahaan, sebagai salah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya.

Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit tersebut telah men jawab bahwa keberadaan atau alasan diadakan audit di dalam perusahaan adalah bahwa audit ditujukan untuk memperhatikan kinerja perusahaan. Suatu fungsi dapat berbentuk sebuah perusahaan divisi, departemen, seksi, unit bisnis, fungsi bisnis, proses bisnis, layanan informasi, sistem atau proyek.


(49)

Jika tindakan audit berhasil dalam meningkatkan kinerja perusahaan maka berarti menunjang kearah perbaikan kinerja secara keseluruhan.

Menurut Arens, Elder, dan Beasley (2008:482) “Peran internal auditor telah berkembang secara dramatis, terutama dengan semakin meningkatnya ukuran dan kompleksitas dari banyak perusahaan “.

Pernyataan tersebut dapat dipahami karena internal auditor menghabiskan semua waktu mereka di dalam satu perusahaan , mereka memiliki lebih banyak pengetahuan mengenai operasi dan pengendalian internal perusahaan dibandingkan dengan auditor eksternal. Jenis pengetahuan tersebut dapat menjadi penting bagi tata kelola perusahaan yang efektif.

Internal auditor diharapkan untuk menyediakan nilai bagi ORGANISASI melalui efektivitas operasi yang meningkat, sementara dalam waktu bersamaan juga melakukan tanggung jawab tradisional, seperti :

• Mengkaji ulang keandalan dan integrasi informasi • Memastikan ketaatan dengan kebijakan dan peraturan • Penjagaan aktiva ( asset)

Menurut Messier, dkk (2005:515) peran internal auditor dibagi menjadi dua kategori yaitu :

a. Jasa assurance yaitu jasa yang melibatkan penilaian objektif auditor internal atas bukti untuk memberikan pendapat independen atau kesimpulan mengenai suatu proses sistem atau subjek masalah lain. b. Jasa konsultasi yaitu berbentuk pemberian saran dan umumnya


(50)

Menurut Sukrisno Agoes (2004:226) beberapa indikator yang dapat dilakukan seorang internal auditor dalam tercapainya pengawasan yang efektif yaitu :

a. Internal audit department harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan.

b. Internal audit department harus mempunyai job description

c. Internal audit department harus mempunyai internal audit manual d. Harus ada dukungan yang kuat dari top management kepada internal

audit department.

e. Internal audit department harus memiliki orang-orang yang professional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritsa serta loyalitas yang tinggi.


(51)

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Beberapa peneliti terdahulu yang dapat ditelaah adalah dijelaskan dalam tabel berikut :

Nama Judul Rumusan

Masalah Metode Penelitian Hasil Penelitian Herlina Sitorus (2006) Internal Auditor dan peranannya bagi tercapainya pengawasan yang baik pada PT.BRI Cabang Tanjung Balai

• Apakah fungsi

internal auditor pada PT BRI Cabang Tanjung Balai sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan.

• Bagaimana internal auditor itu sendiri sesuai dengan kedudukannya dapat berperan dalam upaya tercapainya pengawasan yang baik pada PT BRI Cabang Tanjung Balai Metode deskriptif Fungsi Internal Auditor pada PT. BRI Cabang Tanjung Balai telah berjalan dengan baik karena pihak manajemen telah mengerti pentingnya keberadaan Internal Auditor Tengku Rifki Fauzan (2007) Analisa fungsi dan peranan Internal Auditor pada PT. BNI (Persero) Tbk Cabang

Belawan

• Apakah fungsi

Internal Auditor telah diterapkan dalam menilai manajemen

operasional pada PT. BNI (Persero) Tbk Cabang Belawan

• Apakah kedudukan internal auditor dalam struktur organisasi

perusahaan telah memadai atau cukup independen

dihubungkan dengan landasan teoritis yang akan dijelaskan

Metode Deskriptif

Fungsi

Internal Audit pada PT. BNI (Persero) Tbk. Cabang Belawan dapat berjalan dengan baik dalam menunjang sistem pengawasan intern yang berlangsung dengan optimal dengan adanya Internal Audit


(52)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual penelitian ini berupa bagan alur seperti yang tercantum dibawah ini :

Gambar 2.5. Kerangka Konseptual

Internal auditor merupakan suatu aktivitas penilaian yang berbeda atas data akuntansi dan aktivitas lainnya yang dilakukan oleh pegawai perusahaan itu sendiri dengan maksud membantu manajemen dalam penyediaan informasi. Dalam melaksanakan auditnya seorang internal auditor harus memiliki sikap independent dan obyektif agar memenuhi kewajiban profesionalnya dalam memberikan opini yang obyektif, tidak bias, dan tidak dibatasi dan melaporkan masalah apa adanya, tidak melaporkan sesuai keinginanan eksekutif atau lembaga. Internal auditor harus bebhas dari hambatan dalam melaksanakan auditnya. Sehingga tercapainya pengawasan yang efektif terhadap perusahaan yang diaudit.

Internal

Auditor

Independent

Obyektif

Pengawasan

yang efektif


(53)

Adapun metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh data dan keterangan yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain :

A. Klasifikasi Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah berupa studi deskriptif yaitu dengan cara menguraikan tentang sifat – sifat dan keadaan yang sebenarnya dari objek penelitian. Menurut Erlina ( 2007:113) ada dua jenis studi deskriptif yaitu :

1. Metode Kasus, metode ini lebih sering digunakan untuk menemukan ide – ide baru mengenai hubungan antar variabel yang kemudian diuji lebih lanjut dalam penelitian eksploratif. Perbedaan metode kasus dalam studi eksploratif dan studi deskriptif terletak pada hasil akhirnya. Bila pengujian lebih lanjut diperlukan, maka penelitian tersebut bersifat eksploratif.

2. Metode Statistik, merupakan metode yang paling luas diterapkan dalam penelitian bisnis. Penelitian yang disebut survei secara umum menggunakan metode statistik.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain:

1. Data Primer

Yaitu merupakan data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian, dan masih perlu diolah oleh penulis. Data primer yang penulis kumpulkan dari perusahaan adalah berupa hasil wawancara, conthnya : kedudukan dan fungsi internal auditor perusahaan.


(54)

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah berupa data yang diperoleh dari perusahaan dalam bentuk yang sudah jadi, seperti struktur organisasi perusahaan, sejarah perusahaan, laporan laba rugi periode tahun baku dan laporan laba rugi periode tahun berjalan.

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan :

1. Teknik wawancara yaitu dilakukan dengan Tanya jawab secara langsung dengan pihak – pihak perusahaan yaitu pada bagian accounting control dan internal auditor. Data yang diperoleh adalah data primer.

2. Teknik observasi yaitu teknik dengan mengadakan pengamatan singkat dan langsung terhadap obyek yang diteliti. Hasil observasi tersebut adalah data sekunder seperti struktur organisasi, sejarah singkat perusahaan yang diperoleh dari PT. BTN. Tbk Cabang Medan.

D. Metode Analisis Data

Analisa dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif. Menurut Husein Umar (2003:55) ”penelitian metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang tengah berlangsung pada saat riset dilakukan dan memeriksa sebab – sebab dari suatu gejala”.


(55)

E. Lokasi dan Jadwal Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada PT. BTN Cabang Medan yang beralamat di Jl. Pemuda No. 10A Medan.

Tahapan Penelitian Tahun 2011

Januari Februari Maret April Mei Juni

Penyelesaian Proposal Skripsi

Pengajuan Proposal Skripsi

Bimbingan Proposal Skripsi

Seminar Proposal Skripsi

Bimbingan dan Penulisan Skripsi


(56)

A. Data Penelitian

1. Gambaran Umum PT. BTN Tbk Cabang Medan a. Sejarah Singkat Perusahaan

Dengan maksud mendidik masyarakat agar gemar menabung, Pemerintah Hindia Belanda melalui Koninklijk Besluit No. 27 tanggal 16 Oktober 1897, mendirikan “Postpaarbank”, yang kemudian terus hidup dan berkembang serta tercatat hingga tahun 1939 telah memiliki 4 (empat) cabang, yaitu Jakarta, Medan, Surabaya dan Makasar. Pada tahun 1941.

Tahun 1942, Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Pemerintahan Jepang. Jepang membekukan kegiatan ‘Postpaarbank’ dan mendirikan ‘Tyokin Kyoku’. Sebuah bank yang bertujuan untuk menarik dana masyarakat melalui tabungan. Usaha Pemerintah Jepang ini tidak sukses karena dilakukan dengan paksaan. Tyokin Kyoku hanya mendirikan satu cabang, yaitu di Yogyakarta.

Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, telah memberikan inspirasi kepada bapak Darmosoetanto, untuk memprakarsai pengambilalihan Tyokin Kyoku dari Pemerintah Jepang ke Pemerintah Republik Indonesia dan terjadilah penggantian nama menjadi ‘Kantor Tabungan Pos’. Bapak Darmosoetanto ditetapkan oleh Pemerintah Republik Indonesia menjadi direktur yang pertama. Tugas pertama Kantor


(57)

Tabungan Pos adalah melalukan penukaran uang Jepang dengan Oeang Republik Indonesia (ORI). Tetapi kegiatan Kantor Tabungan Pos tidak berumur panjang, karena agresi Belanda (Desember 1946) mengakibatkan didudukinya semua kantor, termasuk kantor cabang, dari Kantor Tabungan Pos hingga tahun 1949. Saat kantor Tabungan Pos dibuka kembali (1949), nama Kantor Tabungan Pos diganti menjadi ‘Bank Tabungan RI’. Sejak kelahirannya dan sampai berubah nama Bank Tabungan Pos RI, lembaga ini bernaung di bawah Kementerian Perhubungan.

Banyak kejadian bernilai sejarah sejak tahun 1950. Tetapi, yang substantive bagi sejarah BTN adalah dikeluarkannya UU Darurat No. 9 Tahun 1950 tanggal 9 Februari 1950, yang mengubah nama ‘Postpaarbank In Indonesia’ berdasarkan staatblast No. 295 tahun 1941 menjadi Bank Tabungan Pos dan memindahkan induk kementerian dari Kementerian Perhubungan ke Kementerian Keuangan di bawah Menteri Urusan Bank Sentral. Walaupun dengan UU Darurat tersebut masih bernama Bank Tabungan Pos, tetapi tanggal 9 Februari 1950 ditetapkan sebagai hari dan tanggal lahir Bank Tabungan Negara. Nama Bank Tabungan Pos menurut Undang-Undang Darurat tersebut, dari nama Bank Tabungan Pos menjadi Bank Tabungan Negara didasarkan pada PERPU No. 4 tahun 1963 tanggal 22 Juni 1963, yang kemudian dikuatkan dengan UU No. 2 tahun 1964 tanggal 25 Mei 1964.

Penegasan status Bank Tabungan Negara sebagai bank milik negara, ditetapkan dengan UU No. 20 tahun 1968 tanggal 19 Desember 1968, yang


(58)

sebelumnya (sejak tahun 1964) Bank Tabungan Negara menjadi Bank Negara Indonesia unit V, jika tugas utama saat pendirian Postpaarbank (1897) sampai dengan Bank Tabungan Negara (1968) adalah bergerak dalam lingkup penghimpunan dana masyarakat melalui tabungan, maka sejak tahun 1974 Bank Tabungan Negara ditambah tugasnya, yaitu memberikan pelayanan KPR dan untuk pertama kalinya penyaluran KPR terjadi pada tanggal 10 Desember 1976. Karena itulah, tanggal 10 Desember diperingati sebagai hari KPR dan BTN.

Bentuk hukum BTN mengalami perubahan lagi pada tahun 1992, yaitu dengan dikeluarkannya PP No. 24 tahun 1992 tanggal 29 April 1992, yang merupakan pelaksanaan dari UU No. 7 tahun 1992. Bentuk hukum BTN berubah menjadi perusahaan perseroan. Sejak saat itu, nama BTN menjadi P.T. Bank Tabungan Negara (Persero) dengan call name BTN. Berdasarkan kajian konsultan independen, Price Waterhouse Coopers, Pemerintah melalui Menteri BUMN dalam surat Nomor S-554/M-MBU/2002 tanggal 21 Agustus 2002, memutuskan Bank BTN sebagai bank umum dengan fokus bisnis pembiayaan perumahan tanpa subdisi.

b. Struktur Organisasi

Penetapan struktur organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu perusahaan, dimana struktur organisasi merupakan alat untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu juga untuk memperlancar dan mempermudah pimpinan untuk mengadakan kontrol demi


(59)

memperlancar usaha yang dikelolanya begitu juga dengan dunia perbankan, oleh sebab itu penyusunan struktur organisasi merupakan syarat mutlak, karena hal ini akan mencerminkan dan memberikan keterangan dan ketegasan tentang beban kerja, batas dan ruang tanggung jawab dari masing-masing petugas maupun staf melakukan tugasnya masing-masing-masing-masing dengan sebaik-baiknya. Bagan struktur organisasi PT. BTN, T.bk cabang Medan tercantum pada lampiran.

Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab pada setiap bagian berdasarkan struktur organisasi PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan adalah sebagai berikut :

1. Unit Kerja Manajemen Cabang

Unit kerja manajemen cabang PT. Bank Tabungan Negara Medan meliputi :

a. Kepala Cabang (Branch Manager)

Adapun tugas dan tanggung jawab Kepala Cabang (Branch Manager)

adalah :

1) Menyiapkan rencana bisnis untuk cabang

2) Menyusun kebijakan cabang sesuai dengan petunjuk kantor pusat 3) Memotivasi bawahan dan rekan kerja

4) Mengambil keputusan bisnis

5) Mengelola keuangan, kekayaan bank dan kepegawaian di kantor cabang menurut peraturan direksi


(60)

6) Menghimpun dana melalui produk tabungan, deposito berjangka, giro, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan kredit lainnya sesuai target yang telah ditetapkan berdasarkan ketetapan Direksi yang berlaku. b. Wakil Kepala Cabang (Deputy Branch Manager)

Adapun tugas dan tanggung jawab Wakil Kepala Cabang adalah membantu Kepala Cabang dalam pengelolaan kegiatan usaha bank khususnya mengenai tugas-tugas yang dilaksanakan oleh unit kerja atau seksi yang menurut struktur organisasi termasuk dalam lingkup pengelolaan dan pengawasan.

c. Pembantu Pimpinan Cabang (Assistant Branch Manager)

Tugas dan tanggung jawab Pembantu Pimpinan Cabang untuk mengkoordinasi pelaksanaan tugas dan pekerja dalam berbagai unit kerja di Kantor Cabang dan pelaksanaan tugas khusus yang diberikan oleh Pimpinan Cabang.

2. Unit Retail Service

Unit Retail Service PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Medan meliputi:

a. Teller Service

Tugas dan tanggung jawab Teller Service adalah :

1) Menerima setoran tunai rekening tabungan, deposito, giro dan angsuran kredit.

2) Menerima setoran tunai untuk pembayaran pajak, rekening listrik dan telepon serta kiriman uang.


(61)

3) Melakukan pembayaran tunai kepada nasabah tabungan, deposito dan giro

4) Melakukan pembayaran tunai kepada penerima kiriman uang 5) Mengelola kebutuhyan likuiditas kantor cabang

b. Customer Service

Tugas dan tanggung jawab Customer Service adalah :

1) Memberikan informasi tentang produk BTN kepada nasabah / masyarakat umum

2) Memberikan informasi tentang rekening (saldo, transaksi, dan lain-lain) kepada pemilik rekening.

3) Melayani pembukuan rekening baru (tabungan, deposito dan giro). 4) Melayani konfirmasi saldo dari cabang lain

5) Melayani percetakan saldo tabungan pada buku tabungan

6) Melayani pencairan deposito dan penutup rekening tabungan / giro 7) Melayani penggantian buku tabungan atau percetakan buku tabungan

baru

8) Melayani complain (keluhan) mengenai tabungan, giro, deposito, dan transfer uang.

9) Melayani aplikasi ATM, menyerahkan kartu ATM dan mengaktifkan kartu ATM.


(62)

c. Loan Service

Tugas dan tanggung jawab Loan Service adalah : 1) Memproses permohonan kredit

2) Melakukan wawancara kepada Calon Debitur

3) Melakukan peninjauan untuk melakukan kelayakan Calon Debitur 4) Menyusun daftar usulan permohonan kepada Komite Penuntas Kredit. 5) Menyampaikan hasil keputusan Rapat Komite Penuntas Kredit

(berupa SP3K) kepada Calon Debitur.

6) Menyusun perjanjian kredit dan melaksanakan Akad Kredit Bersama (Loan Administration)

7) Melayani dan menyelesaikan klaim debitur

8) Melayani dan memproses permohonan alih debitur

9) Melayani administrasi perlunasan kredit dan penyerahan dokumen pokok.

3. Unit Operation

Unit Operation PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Medan meliputi: a. Transaction Processing

Tugas dan tanggung jawab adalah :

1) Menyelenggarakan administrasi dan transaksi kantor pos 2) Melayani transaksi pemindah bukuan

3) Melayani transaksi kiriman uang


(63)

5) Menyelenggarakan administrasi dan penyetoran pajak

6) Menyelenggarakan pembukuan angsuran KPR melalui kantor pos dan bank lain

7) Melakukan pembukuan semua transaksi non tunai

8) Mengelola komputerisasi dan teknologi informasi (ATM, Internet, dan sebagainya)

9) Mengelola rekening BTN, BI, dan bank lain

10) Melakukan pengelolaan dan penting semua data transaksi. b. Loan Administration

Tugas dan tanggung jawab Loan Administration adalah : 1) Melakukan analisa kredit umum

2) Mengajukan usulan atau rekomendasi kelayakan permohonan kredit 3) Melakukan transaksi agunan

4) Menyimpan dan memelihara dokumen-dokumen agunan kredit 5) Menilai kelayakan obyek agunan

6) Melakukan pembinaan terhadap debitur kredit umum

7) Menyiapkan laporan-laporan (intern dan ekstern) yang berkaitan kredit

8) Menyelenggaran administrasi kredit umum c. General Branch Administration

Tugas dan tanggung jawab General Branch Administration (GBA) adalah :


(64)

1) Menyiapkan kebutuhan alat, sarana, dan prasarana operasional kantor cabang.

2) Memelihara aset tetap (seperti : gedung, rumah dinas, kenderaan dan sebagainya) .

3) Menyelenggarakan urusan-urusan kepegawaian 4) Menyelenggarakan urusan umum lainnya.

4. Collection dan Workout

Collection dan Workout adalah bagian yang mengatur tentang pembinaan, penyelamatan dan penagihan kredit. Collection dan Workout PT. Bank Tabungan Negara (Persero) Cabang Medan meliputi :

a. Workout Staff

Tugas dan tanggung jawab Workout Staff adalah :

1) Memastikan pembayaran kembali kredit yang bermasalah dengan melakukan tindakan penyelesaian.

2) Melakukan proses restrukturisasi kredit retail dan kredit umum 3) Melakukan proses penyelesaian kredit retail dan kredit umum

4) Menyelesaikan permasalahan hukum yang berkaitan dengan asset kredit yang bermasalah

5) Membuat laporan rutin ke kantor pusat yang terkait dengan tindakan penyelesaian kredit.


(65)

b. Collection Staff

Tugas dan tanggung jawab Collection Staff adalah : 1) Melakukan identifikasi terjadinya tunggakan

2) Melakukan pembinaan kredit retail 3) Memantau kelancaran pembayaran kredit

4) Melakukan pemantauan data KPR untuk kebutuhan pembinaan debitur

5) Memberikan alternatif pembinaan kredit agar kredit kembali lancar 6) Melakukan pelayanan, pembinaan dan pemantauan pembayaran

debitur kolektif

7) Melayani debitur yang memerlukan tindakan penyelesaian khusus kredit dengan pembinaan kredit

8) Melakukan pencetakan laporan-laporan KPR yang berhubungan dengan kebutuhan pembinaan

9) Melakukan tata laksana administrasi dokumen yang terkait dengan unit kerja Loan Collection dan Workout.

5. Unit Accounting Control

Tugas dan tanggung jawab Unit Accounting Control adalah : 1) Menyiapkan laporan-laporan keuangan Bank (Neraca, R/L).

2) Melakukan pengawasan (control) terhadap pos-pos yang terdapat pada laporan-laporan keuangan.


(66)

4) Melakukan pengawasan secara intern (internal control).

5) Menyiapkan laporan-laporan untuk kebutuhan internal maupun eksternal

6) Sebagai coordinator dalam rangka pemeriksaan audit pihak eksternal dan internal.

6. Staff Internal Auditor

Ikhtisar pekerjaan Internal Auditor meliputi :

1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran semua transaksi operasional bank

2) Melakukan koordinator dengan unit kerja lain dalam menindak lanjuti hasil pemeriksaan baik pihak intern dan extern.

3) Memastikan suspense (termasuk suspense forced balance) dan rekening selisih lainnya sudah diselesaikan.

Aktivitas Utama Internal Auditor meliputi :

1) Melakukan pemeriksaan atas kebenaran semua transaksi operasional bank, meliputi :

a. Memeriksa / mencocokkan validasi koreksi transaksi yang salah

b. Memeriksa / mencocokkan bukti dasar dan bukti transaksi operasional bank di koncapem telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

c. Memeriksa / mencocokkan bukti dasar dan bukti transaksi operasional bank di teller service telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.


(67)

d. Memeriksa / mencocokkan bukti dasar dan bukti transaksi operasional bank di transasction processing telah sesuai dengan peraturan yang berlaku.

e. Memproses pemeriksaan atas kebenaran proses pengisian kas pada mesin ATM.

f. Memproses rekonsillasi atas kas ATM dan GL.

g. Memeriksa / mencocokkan budgeting report dengan karut pengawas anggaran (KPA).

h. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan SPM tunai / non tunai dan bukti setoran dari GBA.

i. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan dana jaminan yang ditahan lainnya.

j. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan kredit keperorangan / lembaga

k. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan dana notaries dan appraisal.

l. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan dana bapertarum dan asabri.

m. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan bank garansi

n. Memastikan kebenaran proses transaksi pencairan letter of credit (L/C).


(1)

Pada bab ini penulis akan mencoba mengemukakan beberapa kesimpulan yang didasarkan pada uraian bab-bab sebelumnya yang mungkin dapat dipergunakan sebagai bahan pertimbangan untuk tujuan perbaikan dan kemajuan perusahaan khususnya bagian internal auditor.

A. Kesimpulan

Setelah membahas secara teoritis kemudian membandingkan dengan hasil penelitian yang ada pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Medan maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Fungsi internal auditor pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Medan dalam pelaksanaan Pemeriksaan Operasional Kantor (POK) sudah dilaksanakan sebagaimana mestinya dalam usaha peningkatan efisiensi operasi perusahaan. Hal ini dapat dilihat dari segi pelaksanaan tugasnya tidak terlibat dalam kegiatan operasional sehingga pemeriksaannya benar-benar objektif, independen dalam melaksanakan tugasnya karena kedudukannya sebagai staff assistant manager accounting control dibaah

branch manager dan kegiatan pemeriksaan yang dilakukan yang terdiri dari bidang Keuangan antara kantor, MTSI, ATM, Front Office, Back Office, Sarana dan Prasarana pendukung operasional, dokumentasi sudah


(2)

sesuai dengan standard operasional perusahaan dengan tujuan untuk meningkatkan efisiensi operasi perusahaan.

2. Internal auditor dalam melaksanakan tugasnya tidak terlibat dalam kegiatan operasional unit kerja yang menjadi objek pemeriksaannya. Dengan demikian internal auditor terlepas dari pengaruh subjektif dan hasil pemeriksaannya benar-benar objektif.

3. Kedudukan Internal auditor dalam struktur organisasi perusahaan yaitu sebagai staff assistant manager accounting controll sudah baik, tetapi ruang lingkup pemeriksaan hanya ditekankan pada bagian keuangan saja, sesuai dengan pembahasan pada Bab II, maka sebaiknya kedudukan

Internal auditor berada dibawah direktur utama / dalam hal ini dibawah

Branch Manager sehingga Internal auditor dapat melakukan pemeriksaan keseluruh bagian.

4. Tingkat independensi Internal auditor dapat dilihat dari kedudukan

Internal auditor sebagai staff assistant manager Accounting Control yang berada di bawah Branch Manager, berarti bahwa Internal auditor

memiliki ruang lingkup pemeriksaan yang hanya ditekankan pada pengendalian atas bagian keuangan, hal ini tidak mempengaruhi Internal auditor dalam melakukan pemeriksaannya, sehingga Internal auditor

dapat mempertahankan independensinya. Selanjutnya, jika dilihat dari segi objektivitasnya tingkat independensi Internal auditor sudah baik yaitu dimana pelaksanaannya dalam membuat penilaian terhadap objek yang diteliti berdasarkan kenyataan yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh


(3)

kepentingan pribadi atau pihak lain secara tidak pantas dalam membuat suatu pernyataan.

5. Laporan audit yang dihasilkan oleh Internal auditor pada PT. Bank Tabungan Negara Tbk Cabang Medan sudah memadai dan efektif sedangkan bentuk penyajian laporan semuanya secara tertulis.

6. Peran Internal Auditor pada PT. Bank Tabungan Negara T.bk Cabang Medan dalam tercapainya pengawasan yang efektif telah berlangsung dengan optimal. Hal ini dapat dilihat dalam pelaksanaan tugas Internal auditor yaitu antara lain harus melakukan review dan memberikan tanggapan atas proposal atau sistem dan prosedur yang baru terutama kecukupan aspek-aspek pengendalian intern dan manajemen resiko sehingga dalam pelaksanaannya dapat tercapai secara efektif dan efisien.

B. Saran

Saran penulis bagi pihak-pihak yang terkait dalam karya ilmiah ini adalah :

1. Dalam rangka pengembangan kegiatan operasional dari lembaga keuangan Bank menjadi Bank Umum, maka untuk mencapai tujuannya perlu adanya penambahan jumlah staf yang sebanding dengan luas sasaran pemeriksaan. 2. Mengingat kedudukan Internal Auditor sebagai staff assistant manager

accounting control, hendaknya kedudukan ini berada dibawah Branch Manager agar Internal Auditor dapat melakukan pemeriksaan keseluruh bagian.


(4)

3. Fungsi yang dilaksanakan Internal Auditor akan berjalan dengan baik apabila didukung pihak manajemen di dalam pemeriksaan, oleh karena itu Internal Auditor dituntut agar senantiasa menjaga hubungan kerja yang baik dengan pihak manajemen.

4. Tanggungjawab yang sebenarnya dari Internal Auditor harus ditafsirkan dengan benar agar masing-masing bagian yang di audit tidak salah paham atas tanggungjawab tersebut. Sehingga Internal Auditor tidak dianggap sebagai mata-mata atau pencari kesalahan. Internal Auditor berhak sebagai seorang Pembina dalam mencapai pengawasan yang efektif sejalan dengan tujuan perusahaan.

5. Sebaiknya Internal Auditor memperingati pihak kantor cabang pembantu yang terlambat memberikan laporan mingguannya meskiupun sampai sejauh ini belum mengganggu kelancaran operasional karena suatu saat hal tersebut akan dapat mengganggu kelancaran operasional dan apabila tidak ditanggapi perlu memberikan sanksi yang tegas.


(5)

Indonesia, Jakarta.

Arens, Alvin A., Ronald J Elder dan Mark S Beasley (2008). Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi, Edisi keduabelas, Terjemahan : Gina Gania, Erlangga, Jilid II, Jakarta.

Boynton, William C., Raymond N Johnson dan Water G Kell, (2003). Modern Auditing, Edisi Ketujuh, Terjemahan : Paul A. Rajoe, Gina Gania, Ichsan Setyo Budi, Erlangga, Jilid II, Jakarta .

Erlina (2007). Metodologi Penelitian Bisnis, Edisi Kedua, USU Press, Medan. Holmes, Athur W dan David C Burns, (2000). Auditing Standard And

Procedures, Edisi Kesembilan, Terjemahan : Gina Gania, Erlangga, Jilid II, Jakarta.

Ikatan Akuntan Indonesia, (2001). Standar Akuntansi Keuangan, Salemba, Empat, Jakarta.

Jerry, Weygandi J, Donald E Kieso, dan Paul D Lommel, (2007). Accounting Principle, Edisi Ketujuh, Terjemahan : Ali Akbar Yulianto, Wasilah, Rangga Handika, Salemba Empat, Jilid I, Jakarta.

Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, (2004). Buku Petunjuk Teknik Penulisan Proposal Penelitian dan Penulisan Skripsi,

Medan.

Kosasih, Rukhyat (2000). Peranan dan Fungsi Internal Auditor, Edisi Ketiga, PT.Eresco, Bandung.

Messier, William F, Steven M Glover, Douglas F Prawitt, (2005). Auditing and Assurance Services : A Systematic Approach, Edisi Keempat, Jilid Dua, Terjemahan : Nuri Hinduan, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Mulyadi (2002). Auditing, Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta.

Sawyer’s (2005). Internal Auditing, Edisi Kelima, Terjemahan : Desi Addhariani, Salemba Empat, Jakarta.

Tjitrosidojo, Soemerjo (2000). Bunga Rampai Menuju Pemeriksaan Pengelolaan (Manajemen Auditing). PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta.


(6)

Tunakotta, Theodorus M (2000). Teori Akuntansi, Buku I, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

The Institute Of Internal Auditors (2004). The Internal Auditor At Work, Publised Simultaneously, Canada.

Umar, Husein (2008). Metode Penelitian untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Edisi Kedua, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.