mengirim barang maupun yang mendapat kiriman barang. Hal ini dialami oleh Parlin Marpaung, seperti penuturannya sebagai berikut :
“Biasanya bos kami nyuruh angkat barangnya sampai ke kapal. Begitu juga kalau ada kiriman untuk bos langsung lah saya
di telepon. Saya langsung calling kawan – kawan untuk ngangkat. Bayarannya biasanya borongan Rp200.000,00 sampai
Rp 300.000,00 tergantung banyaknya barang juga. Imbalan- sebesar itu di bagi tiga – empat buruh.”
2. Konflik
Konflik merupakan satu percobaan untuk menyingkirkan lawan dalam proses persaingan, yang memungkinkan pelaku menggunakan kekerasan. Dalam
kehidupan masyarakat, konflik senantiasa mewarnai interaksi mereka, tidak terkecuali buruh bagasi. Biasanya konfliknya berupa konflik pribadi perorangan
dan konflik itupun diselesaikan secara kekeluargaan. Berikut dipaparkan kehidupan interaksi buruh bagasi berkaitan dengan
konflik : “ Kalau ada yang berantam kita pasti selalu melerai
Mereka dan ingatkan kalau kita itu sama-sama or -ang susah jadi ngapain lagi ditambah susah dengan
berkelahi, lalu mereka disuruh damai karena kita ada- lah keluarga.”
Wawancara dengan Siagian, 2009 “ Berantem-berantem dikit sering terjadi. Tetapi tidak
sampai berkepanjangan. Kalau sampai adu fisik dan tidak bisa dilerai, barulah mandor turun tangan.”
Wawancara dengan R. Marpaung,2009 “ Namanya juga orang Batak, cepat naik darahnya..
pastinya kalau tumbuk-tumbukan sudah sering kita lihat. Tapi, besok-besoknya sudah kawan lagi.”
Wawancara dengan H. Simarmata,2009
Universitas Sumatera Utara
3. Kompetisi
Kompetisi atau persaingan merupakan usaha seorang individu guna mencapai tujuan yang sedikit dan terbatas. Tujuan ini dapat berbentuk kebendaan
seperti uang atau harta, atau bukan kebendaan, umpamanya popularitas dan prestise. Dalam kehidupan pekerjaan buruh bagasi, kompetisi dapat dilihat dari
tanggapan buruh bagasi mengenai kompetisi yang mereka alami dilingkungan pekerjaan mereka. Seperti ungkapan informan berikut:
“ Kita disini kompak, tapi lihatlah nanti diatas kapal, semua saling sikut-menyikut, ga peduli siapapun
itu. Tapi, setelah selesai bekerja ketawa lagi apalagi ingat kejadian itu. Sudah maklumnya semua disini itu.”
Wawancara dengan Samosir, 2009 “ Kalau kapal sudah datang, kawan kompak pun tak
dikenal lagi Siapa lu, siapa gue lah Yang penting dapat orderan.”
Wawancara dengan M. Manalu, 2009 “ Kalau masih muda dapat ligat cekatan ngangkat
barang. Kalau sudah tua seperti saya susah Sebe- rapa yang bisa diangkatlah..”
Wawancara dengan Sipahutar, 2009
Kompetisi adalah hal yang sangat mencolok dalam kehidupan para buruh bagasi. Memang, mereka dituntut untuk bersaing mendapatkan penumpang yang
memerlukan jasa mereka. Jika ketika menunggu penumpang datang, mereka tampak begitu akrab namun diatas kapal mereka adalah saingan. Begitu kapal
merapat ke pelabuhan dan tangga disandarkan ke kapal, mereka langsung berhamburan berlari menaiki tangga. Begitu pintu kapal dibuka, mereka langsung
melompat masuk kapal meskipun tangga belum merapat kekapal secara sempurna. Hal ini cukup berbahaya, karena jika tidak hati-hati, maka mereka bisa jatuh dari
Universitas Sumatera Utara
tangga tersebut. Namun demi mendapatkan penumpang, hal tersebut tidak mereka hiraukan.
4.3.3.b. Hubungan Buruh Bagasi dengan Atasan Mandor dan KPLP 1. Hubungan dengan Mandor
Buruh bagasi yang menjadi informan dalam penelitian ini mengaku bahwa hubungan yang mereka miliki dengan mandor sama halnya dengan hubungan
yang mereka miliki dengan sesama buruh yang lain. Hal ini disebabkan karena para mandor tersebut juga adalah buruh bagasi yang ditugaskan untuk mengawasi
buruh bagasi yang menjadi anggotanya dan mengutip setoran dari tiap-tiap buruh tesebut setiap kali bekerja mengangkat barang yakni sebesar Rp2.000,00 dan
mandor tersebut akan memperoleh upah dari setoran tersebut sebanyak Rp800,00orang. Untuk menjaga hubungan para buruh bagasi dengan atasannya,
mereka bersikap ramah dengan berkomunikasi dengan baik atau ngumpul bersama, sebelum atau sesudah mereka bekerja di lingkungan kerja mereka yaitu
terminal pelabuhan belawan. Hubungan diluar pekerjaan juga terjalin dengan baik, hal ini terbukti dengan adanya salah satu pekerja yang mengadakan pesta
atau tertimpa kemalangan, para atasan dan sesama buruh lainnya pasti datang dan memberi sumbangan material.
Para informan mengaku bahwa kerjasama terjalin dengan baik diantara mereka, seperti yang terungkap dari hasil wawancara berikut ini :
“Sama seperti hubungan dengan buruh bagasi lainnya, saya dengan mandor juga baik, lancar dan akrab. Karena disini
tidak ada membeda – bedakan apakah dia mandor atau tidak.” Wawancara dengan Parlin Marpaung,2009
Universitas Sumatera Utara
“Mandor saya baik. Kalau lagi sedikit dapat uang dan lagi butuh, dia pasti mengizinkan saya untuk mengutang uang setoran.”
Wawancara dengan M.Sipahutar,2009 “Alhamdulillah, baik….tidak ada masalah apa – apa dengan
mereka. Asalkan kita selalu bayar setoran wajib ke mereka.” Wawancara dengan Tumirin,2009
Dan pada saat para buruh bagasi bekerja, mandor berkewajiban mengawasi mereka bekerja, dan menunggu mereka sampai selesai bekerja untuk
meminta kutipan dari para anggotanya masing-masing. Akan tetapi disaat para buruh bagasi mulai bekerja, mandor akan memberikan kebebasan buat mereka
dalam melakukan pekerjaannya dan tidak membatasi waktu mereka dalam istirahat maupun bekerja. Dan apabila ada beberapa orang buruh bagasi yang tidak
masuk bekerja pada saat kapal beroperasi, mandor tidak memaksa ataupun marah. Karena itu sudah merupakan hak mereka dan mereka bebas menentukan kapan
mereka masuk bekerja atau tidak, itu tergantung pada kemauan mereka kalau mereka ada pekerjaan lain, para buruh bagasi ini akan meninggalkan pekerjaannya
buat sementara dan ketika ada waktu ataupun pada saat penumpang kapal banyak, mereka kembali bekerja berharap untuk memperoleh uang yang cukup buat
menambah kebutuhan mereka sehari-hari.
2. Hubungan dengan KPLP Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai