BAB III Buruh Bagasi di Pelabuhan Belawan
3.1. Pengertian Buruh Bagasi
Buruh saat ini identik dengan pekerja level bawah yang biasanya terdiri dari operator produksi dan paling tinggi mandor. Dalam teori Karl Marx
disebutkan bahwa kelompok yang memiliki dan menikmati nilai lebih disebut Majikan dan kelompok yang terlibat dalam proses penciptaan nilai lebih disebut
Buruh. Gambaran mengenai buruh ini sering kali keliru, mereka selalu digambarkan sebagai individu-individu atau kelompok individu yang semata-mata
mengandalkan diri kepada tenaga kerja tanpa keahlian apapun. Mereka adalah juga suatu kelompok kerja “yang tidak diperhitungkan” dalam kegiatan ekonomi,
tidak memperoleh fasilitas-fasilitas resmi dari perusahaan yang bersangkutan seperti : Fasilitas kesehatan, Papan dan Pangan, dan tidak juga jaminan hari tua
yang memadai http:panimbang.blogspot.com2006. Buruh termasuk sektor informal, dan adapun ciri utama sektor informal adalah :
1. Tiadanya bantuan ekonomi dapat timbul, misalnya karena adanya
perserikatan buruh, pemberian kredit dengan relatif murah, perlindungan dan perawatan pekerja, hak cipta. Tidak adanya bantuan
dalam arti accessability dan bukan sekedar kemudahan fasilitas. Walau adanya kemudahan, tapi tidak ada access maka usaha tersebut
masih disebut usaha dalam sektor informal. 2.
Jam kerja bervariasi.
Universitas Sumatera Utara
3. Mudah dimasuki karena sektor ini tidak membutuhkan modal seperti
uang dan fisik yang besar. 4.
Tidak meminta keterampilan yang tinggi. 5.
Dapat menggunakan bahan setempat. 6.
Dan permintaan yang selalu ada akan barang dan jasa yang dihasilkan sektor informal. Ananta dalam Hart Keith 1985: 65
Buruh Bagasi dalam penelitian ini keseluruhannya adalah para migran, dan telah berkeluarga menikah dan tinggal menetap menjadi warga penduduk
belawan. Buruh bagasi yang dimaksud disini adalah para pekerja yang khususnya mengangkat barang-barang penumpang dari bagasi kapal. Barang-barang
penumpang yang mereka angkat khusus dari Kapal K.M Kelud dan Kapal Ferry. Tempat para buruh bagasi bekerja berada di terminal pelabuhan belawan dan
untuk bisa bekerja sebagai angota buruh bagasi di pelabuhan belawan yaitu harus memiliki baju anggota atau baju kerja serta kartu pas pengenal dengan membayar
5 juta. Baju anggota serta kartu pengenal diberi oleh bagian kantor Administrator Pelabuhan Adpel dan menyerahkan tanggung-jawab penuh kepada Koperasi
Baruna Barat untuk mengurus atau menangani segala kegiatan yang menyangkut keperluan buruh bagasi. Akan tetapi untuk mengawasi dan membagikan
keperluan-keperluan seperti baju kerja atau kartu pas pengenal maupun lainnya yaitu Mandor dan Koperasi Baruna Barat masih berada dibawah naungan
Administrator Pelabuhan Adpel dan selain yang menangani keperluan para buruh bagasi yaitu koordinator yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari
mandor, dan bertugas dikantor pelabuhan. Yang memiliki posisi sebagai koordinator yaitu suku batak marga Pasaribu dan dibawah koordinator yaitu
Universitas Sumatera Utara
mandor. Adapun jumlah anggota buruh bagasi sebanyak 160 orang dan mempunyai 4 mandor dan Ke-empat mandor tersebut suku Batak. Untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1.
Jumlah Mandor Buruh Bagasi NO
Mandor Jumlah Anggota
1 M. Pangaribuan
42 orang 2
A. Situmorang 43 orang
3 A. Siagian
36 orang 4
L. Manurung 39 orang
Jumlah 160 orang
Sumber: Data Kantor Baruna Barat, 2008 Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa setiap mandor membawahi
jumlah anggota yang berbeda-beda atau tidak sama, Seperti pada Mandor M. Pangaribuan dengan jumlah anggota 42 orang, A. Situmorang dengan jumlah
anggota 43 orang, A. Siagian dengan jumlah anggota 36 orang dan L. Manurung dengan jumlah anggota 39 orang. Mandor yang membawahi jumlah anggota
paling banyak ialah Mandor A. Situmorang. Mengenai baju kerja yang mereka miliki, buruh bagasi memiliki baju kerja yaitu baju warna merah, abu-abu, dan
warna kuning. Baju kerja Buruh bagasi tersebut diberi nomor sebagai penunjuk untuk menandakan atau memudahkan sipembeli jasa pemilik barang terhadap si
penjual jasa buruh bagasi yang telah mengangkat barang-barangnya. Dan si Pembeli jasa harus mengingat nomor bagasi yang dikenakan oleh para buruh
bagasi dan apabila kehilangan barang, mereka lebih mudah mengenali buruh
Universitas Sumatera Utara
bagasi yang telah mengangkat sipemilik penumpang tersebut. Mengenai baju kerja yang mereka kenakan juga tidak sama yaitu apabila para buruh bagasi
bekerja pada bagian Kapal K.M Kelud, maka mereka harus mengenakan baju kerja warna merah dan warna abu-abu, sedangkan pada bagian Kapal Ferry,
mereka harus mengenakan baju kerja atau baju anggota berwarna kuning.
3.2. Identitas Para Buruh Bagasi