“Mandor saya baik. Kalau lagi sedikit dapat uang dan lagi butuh, dia pasti mengizinkan saya untuk mengutang uang setoran.”
Wawancara dengan M.Sipahutar,2009 “Alhamdulillah, baik….tidak ada masalah apa – apa dengan
mereka. Asalkan kita selalu bayar setoran wajib ke mereka.” Wawancara dengan Tumirin,2009
Dan pada saat para buruh bagasi bekerja, mandor berkewajiban mengawasi mereka bekerja, dan menunggu mereka sampai selesai bekerja untuk
meminta kutipan dari para anggotanya masing-masing. Akan tetapi disaat para buruh bagasi mulai bekerja, mandor akan memberikan kebebasan buat mereka
dalam melakukan pekerjaannya dan tidak membatasi waktu mereka dalam istirahat maupun bekerja. Dan apabila ada beberapa orang buruh bagasi yang tidak
masuk bekerja pada saat kapal beroperasi, mandor tidak memaksa ataupun marah. Karena itu sudah merupakan hak mereka dan mereka bebas menentukan kapan
mereka masuk bekerja atau tidak, itu tergantung pada kemauan mereka kalau mereka ada pekerjaan lain, para buruh bagasi ini akan meninggalkan pekerjaannya
buat sementara dan ketika ada waktu ataupun pada saat penumpang kapal banyak, mereka kembali bekerja berharap untuk memperoleh uang yang cukup buat
menambah kebutuhan mereka sehari-hari.
2. Hubungan dengan KPLP Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai
Hubungan diantara buruh bagasi dengan KPLP terjalin akibat adanya hubungan kerja antara buruh bagasi dengan KPLP. Yakni, KPLP memiliki
tanggung-jawab atas keberadaan para buruh bagasi dilokasi pekerjaan. Data-data yang dimiliki buruh bagasi berada di tangan KPLP, sehingga apaila terjadi sesuatu
dengan barang penumpang dan hal tersebut adalah akibat kelalaian buruh bagasi, maka penumpang dapat melaporkannya ke KPLP dan KPLP akan menyuruh
Universitas Sumatera Utara
buruh bagasi untuk bertanggung-jawab akan kasus tersebut. Hubungan antara buruh bagasi dengan KPLP terjalin dengan baik dan akrab walaupun masih
dibatasi dengan rasa segan dan hormat. Hal ini dapat dilihat dari hasil wawancara berikut ini :
“Biasalah, baik. Tidaka ada masalah. Kita hormat sama mereka, mereka pun baik sama kita.”
Wawancara dengan L.E.Sitorus,2009
“Ya…dalam urusan kerja memang harus ada rasa hormat dan segan. Kalau tidak, nanti kita sendiri yang susah.”
Wawancara dengan B.Saragih,2009 “Rasa segan sama mereka harus ada. Kalau kita ditegor
karena kesalahan kita, ya…wajarlah itu.” Wawancara dengan Tumirin,2009
Dengan pernyataan diatas, tampak adanya saling menghargai diantara buruh bagasi dengan atasan mereka yang menunjukkan adanya hubungan kerja
yang baik diantara mereka. Kerjasama juga mereka lakukan dengan KPLP, yakni dengan cara KPLP menawarkan kepada pedagang yang hendak menggunakan
jasa kapal laut agar barang mereka diangkat oleh buruh yang ditunjuk oleh KPLP yakni para buruh yang tergabung dalam kelompok ‘ kantin atas’. Pemanfaatan
jaringan ini juga terlihat jelas dalam mengatasi masalah ekonomi dengan pinjam uang kepada tetangga , mengutang ke warung terdekat, bahkan ada yang pinjam
uang ke rentenir. Seperti ungkapan berikut ini : “Istri saya ngutang ke tetangga, kalau tidak saya pinjam sama
sesama buruh. Nanti kalau ada rejeki dan dia butuh uang kita juga pinjamkan ke dia. Saling tolong – menolonglah…”
Wawancara dengan L.E.Sitorus,2009 “Menggadaikan barang. Dan itu terjadi pada saat anak saya
Mau masuk kuliah.” Wawancara dengan Patar Gultom, 2009
“Jika memang sudah tidak punya uang lagi, biasanya Istri saya ngutang dulu ke warung. Nanti kalau kerja
lagi dan dapat uang, baru bayar.” Wawancara dengan Sipahutar,2009
Universitas Sumatera Utara
Selain dari strategi yang dilakukan dalam mengatasi tekanan ekonomi, ada pula strategi – strategi yang dilakukan untuk mengatasi tekanan non-ekonomi.
Yakni dengan pergi ke fakter tuak. Hal ini diperoleh dari hasil wawancara dengan Samosir, salah satu buruh bagasi yang tergabung dalam kelompok atas.
“Biasanya selain bergaul dengan sesama buruh di lokasi kerja, saya pergi ke fakter tuak. Disana kita bisa lepas berekspresi,
mabuk, nyanyi-nyanyi, dan mendengarkan canda-canda konyol orang-orang disitu. Jadi ringan beban pikiran.”
Ada juga mengatakan mereka juga sering bermain catur, dan mereka mengadakan taruhan. Demikian strategi – strategi yang dilakukan para buruh
bagasi beserta keluarga mereka dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka sehingga mereka dapat terus bertahan menjalani kehidupan mereka.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN