maupun teman terdekat dengan persyaratan harus melakukan pekerjaan yang sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku, bertanggung-jawab dan tidak
melakukan hal-hal yang melanggar hukum.
3.4. Sistim Pendapatan
Pendapatan merupakan imbalan atau balas jasa yang diterima oleh seseorang atas tenaga atau jasa yang diberikannya. Besarnya upah yang diterima
oleh buruh bagasi berbeda – beda menurut jumlah dan berat barang yang diangkatnya. Pasang surut, dapat atau tidak dapat, rejeki atau bukan rejeki, gali
lubang tutup lubang, begitu antara lain istilah yang digunakan para buruh bagasi di Pelabuhan Belawan tentang pendapatan mereka sebagai buruh yang
mengangkut barang penumpang. Untuk setiap kedatangan kapal, kadang mereka hanya mendapat Rp 10.000,00 dan kadang memang ada yang bisa mengumpulkan
Rp 100.000,00 bahkan lebih, tetapi hal tersebut sudah jarang terjadi sejak beberapa tahun terakhir ini. Memang pendapatan buruh ini tergantung tawar –
menawar dengan penumpang yang memanfaatkan tenaga para buruh untuk mengangkut bagasi mereka. Tak heran, rebutan penumpang bahkan tidak
mendapat satupun penumpang merupakan resiko yang harus mereka hadapi. Dalam hal ini, sistim pendapatan mereka tergantung kepada perolehan upah yang
diberikan oleh sipemilik barang sipembeli jasa. Dimana jasa tenaga kerja buruh bagasi dibeli oleh sipemilik barang penumpang untuk mengangkat barang-
barangnya dan sebagai imbalan jasa yang telah dikerjakan oleh para buruh bagasi, maka para buruh bagasi akan diberi upah berupa uang dari sipemilik barang
sipembeli jasa.
Universitas Sumatera Utara
Upah secara fungsional merupakan bagian atau sama dengan pendapatan bagi tenaga seseorang yang telah diberikan kepada orang lain yang memberi upah.
Upah sering juga disebut dengan harga tenaga kerja. Dalam hal ini, pendapatan yang mereka peroleh dari pekerjaan sebagai buruh bagasi ini tidak tentu. Upah
berupa uang yang mereka dapat disaat mereka bekerja, tergantung kesepakatan negoisasi antara pemilik barang sipembeli jasa dengan anggota buruh bagasi
sipenjual jasa. Sesuai dengan kesepakatan diantara kedua-belah pihak, terkadang sipenjual jasa buruh bagasi tersebut menerima berapa saja upah yang diberikan
oleh sipemilik barang sipembeli jasa walaupun terkadang imbalan jasa mereka tidak sesuai dengan tenaga jasa yang telah mereka kerjakan. Hal ini dikatakan dari
beberapa orang buruh bagasi “ daripada tidak mendapatkan uang sama sekali, mereka mau meminta berapa saja dari sipemilik barang” walaupun itu dalam
jumlah yang sedikit.” Dan para buruh bagasi menganggap bahwa pendapatan yang mereka peroleh yaitu nasib-nasiban buat mereka.
Mereka bekerja pada saat hari minggu dan pada hari selasa pada bagian Kapal Kelud dan Kapal Ferry. Pada bagian kapal Ferry, para buruh bagasi bekerja
berdasarkan pembagian ship tugas dengan 1 × 2 bulan dan tiap-tiap buruh bagasi bergiliran atau bergantian untuk bekerja. Pendapatan yang mereka peroleh dari
pekerjaan mereka sebagai buruh bagasi tergantung kepada banyak-tidaknya penumpang kapal, baik itu kapal yang berangkat maupun kapal yang turun di
pelabuhan belawan. Biasanya penumpang kapal yang banyak yaitu pada hari-hari libur dan hari-hari besar Hari Raya dan Tahun Baru tepat pada bulan 10 dan
mulai bulan 12 sampai bulan 1. Pada hari-hari besar seperti itulah penumpang kapal mencapai ribuan penumpang dan selain hari libur dan hari besar, yang
Universitas Sumatera Utara
mereka dapatkan disaat mereka bekerja terkadang tidak tentu dan pendapatan tiap- tiap buruh bagasi tersebut juga berbeda-beda, Terkadang dari beberapa orang
buruh bagasi ada yang mendapatkan uang dalam jumlah yang sedikit dan ada juga yang mendapatkan uang yang cukup lumayan banyak. Akan tetapi pada saat
penumpang kapal sedikit, terkadang mereka hanya memperoleh dalam satu hari itu juga sebanyak Rp 10.000 bahkan Rp 15.000. Dan apabila penumpang kapal
kembali meningkat, biasanya mereka memperoleh pendapatan diatas Rp 50.000 . Walaupun pendapatan yang mereka peroleh sedikit dan tidak pasti, akan tetapi
para buruh bagasi tersebut tetap bertahan dengan bekerja sebagai buruh bagasi. Dalam hal ini sistim pendapatan yang mereka peroleh adalah sistim harian
dan tidak tentu. Mereka bekerja 2 kali untuk kapal Kelud yaitu pada hari selasa dan hari minggu. Dan untuk kapal Ferry, mereka bergantian bekerja dalam 1 × 2
bulan dan pendapatan yang mereka peroleh akan dibagi rata dan dibagikan kembali kepada para buruh bagasi yang memiliki giliran ship bekerja pada saat
itu. Hasil pendapatan yang mereka dapatkan setelah dibagi rata, paling sedikit mendapat Rp 20.000 atau Rp 25.000 dan terkadang tidak tentu karena tergantung
kepada banyak-tidaknya penumpang kapal. Upah tersebut di beri oleh sipemilik barang sipembeli jasa sebagai imbalan jasa yang telah dikerjakan oleh para
buruh bagasi dengan mengangkat barang-barang mereka dan yang membagikan upah tersebut yaitu mandor. Dalam hal ini, mandor juga bertugas mengawasi para
anggotanya sampai selesai bekerja. Setelah mereka selesai bekerja, biasanya para buruh bagasi tersebut wajib memberikan kutipan Rp 2000,00 kepada mandor
artinya Rp 1000,00 kutipan untuk hari Minggu dan Rp1000,00 kutipan untuk hari Selasa.
Universitas Sumatera Utara
Upah tersebut telah berlaku sejak sebelum masa krisis moneter, dan kenaikan harga BBM, dan tidak berubah sampai sekarang. Kondisi ini
mengakibatkan kondisi ekonomi para buruh bagasi semakin bertambah sulit, seperti ungkapan informan berikut :
“…kalau mengharapkan dari sini saja, mana cukup Makan pun pas – pasan, apalagi untuk keperluan
sekolah anak-anak. Kurang kali lah” Wawancara dengan B.Saragih,2009
“Dulu sebenarnya cukup, karena kapal yang berdemaga disini datangnya sekali dua hari. Jadi tiap hari kita bisa
bekerja dan uang yang didapat pun banyak. Tapi sekarang, penumpang berkurang dan kapal pun datang sekali seminggu,
ya nggak cukup lagi lah uang yang didapat untuk biaya semua kebutuhan yang makin mahal.”
Wawancara dengan M.Sipahutar,2009
Dari pengakuan informan tersebut dapat diketahui bahwa upah mengangkat barang yang mereka lakukan hanya sanggup untuk memenuhi
kebutuhan pangan mereka saja. Pada umumnya informan mengatakan bahwa jumlah pendapatan yang mereka terima hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan
makan 3× sehari. Apalagi saat ini kebutuhan pokok terutama sembako harganya semakin meningkat dari hari kehari. Untuk kebutuhan yang lain di luar kebutuhan
primer makan sehari –hari, pendapatan tersebut tidak tersisa. Dalam arti tidak ada kesempatan untuk menyisikan sebagian dari pendapatan tersebut. Keluhan
tersebut terutama datang dari informan yang tergabung dalam kelompok “pohon rindang” artinya kelompok buruh yang paling miskin, dan kebanyakan bertubuh
kecil. Biasanya ketika menunggu kapal datang, mereka berkumpul dibawah pohon yang berada disamping Mesjid Pelabuhan sambil bermain catur, ataupun sekedar
bercerita sambil minum kopi, ataupun mengerjakan kegiatan-kegiatan lainnya. Hal ini disebabkan oleh karena kenaikan BBM yang menyebabkan harga tiket
Universitas Sumatera Utara
kapal laut semakin mahal, yang berdampak pada perubahan jumlah penumpang, yakni mengalami penurunan sehingga penghasilan yang mereka peroleh juga
semakin sedikit. Tetapi walaupun demikian, umumnya informan bertahan untuk tetap melakukan pekerjaan tersebut mengingat sulitnya mencari pekerjaan lain
sementara penghasilan yang mereka peroleh saat ini masih lumayan untuk menutupi kebutuhan ekonomi keluarganya daripada menganggur.
Disisi lain, ada pula beberapa buruh bagasi yang menyatakan bahwa upah yang mereka terima cukup memenuhi kebutuhan seluruh keluarga. Hal ini pada
umumnya dirasakan oleh para buruh yang tergabung dalam kelompok “kantin atas”. Hal ini disebabkan oleh karena mereka memiliki ‘bos’ yakni pedagang yang
ingin menyalurkan barangnya keluar dari kota dan para buruh tersebut merupakan buruh langganan mereka, yang akan mengangkat barang mereka
kekapal ataupun keluar dari kapal. Dan pada umumnya mereka memiliki telepon selular dan kelompok ini juga menyadari bahwa mereka adalah kelompok paling
elit diantara kelompok buruh bagasi lainnya. Meskipun mereka tetap bergaul dengan buruh bagasi lainnya, namun mereka membatasi keanggotaan kelompok.
Berikut penuturan Parlin Marpaung sebagai salah satu seorang buruh bagasi kelompok kantin atas mengenai pendapatan yang diperolehnya :
“Berapalah banyaknya penumpang sekarang. Keberangkatan kapal pun hanya sekali seminggu, jadi jelas saja nggak cukup.
Untungnya saya sering mendapat borongan,nagangkat barang dagangan..tiap kali mau menyalurkan barang dagangannya, bos
ini pasti telepon saya untuk ‘ngangkat’. Udah langganan lah. Jadi, kami beberapa orang kerjasama untuk ngangkat, keuntungan
dibagi-bagi….”
Hal ini dibenarkan oleh Samosir yang juga merupakan salah satu buruh bagasi
yang senantiasa mendapat pekerjaan mengangkat barang secara borongan.
Universitas Sumatera Utara
“Kami beberapa orang ada toke masing-masing. Jadi kalau pas barang toke saya yang diangkat, saya ajak mereka ‘ngangkat’.
Begitu juga kalau giliran toke mereka yang diangkat. Uangnya dibagi –bagi. Pastinya lebih banyak sama yang punya toke.”
Dalam hal ini, tampak jaringan sangat bermanfaat dalam pekerjaan buruh bagasi. Kepercayaan Trust merupakan salah satu faktor utama dalam
terbentuknya kerjasama dengan jaringan ini. Mengenai pendistribusian pendapatan, ada satu kebiasaan yang dilakukan oleh para buruh bagasi yang
tergabung dalam kelompok kantin atas yakni saling mentraktir. Hal ini mereka lakukan secara bergiliran ketika bertemu dilokasi kerja pada saat menunggu
kedatangan kapal ataupun setelah kapal berangkat. Hal yang menarik pula, jika pada gilirannya buruh yang seharusnya mentraktir tidak memiliki uang, maka dia
akan mengutang pada salah seorang teman sesama buruh. Jadi, sebelum penghasilan mereka di berikan kepada istri, mereka akan memotong uang tersebut
terlebih dahulu untuk keperluan pribadi mereka, yakni biaya rokok dan ‘biaya persahabatan’ demikian mereka menyebutnya.
Berdasarkan pekerjaan yang mereka miliki, pendapatan yang mereka peroleh ketika mereka bekerja, terkadang tidak tentu yaitu terkadang mendapat
paling sedikit Rp15.000,00 sampai Rp 50.000,00 atau bahkan diatas Rp 50.000 pada saat bekerja. Dihitung dalam perminggu, rata-rata mereka memperoleh
pendapatan Rp 100.000,00 dan Rp 150.000,00 Minggu. Berdasarkan rata-rata pendapatan yang mereka peroleh perminggu, maka rata-rata pendapatan para
buruh bagasi Perbulan berkisar Rp 300.000,00 sampai Rp 600.000,00. Dengan rata-rata pendapatan yang diperoleh dan terkadang tidak tentu, maka mereka yang
bekerja sebagai buruh bagasi di pelabuhan belawan, berusaha mencari pekerjaan
tambahan untuk bisa memenuhi kebutuhan keluarganya dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
3.5. Penekanan Pengetatan Pengeluaran