commit to user
2. Hakikat Tindak Tutur
a. Bentuk Tindak Tutur
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu.
Tindak tutur ini disebut sebagai the acts of saying something. Konsep ini berkaitan dengan proposisi kalimat, yaitu di dalamnya terdapat subjek atau topik
dan predikat atau comment. Tindak tutur ini berwujud tindak bertutur dengan fonem, kata, frasa, dan kalimat bahkan sampai dengan wacana sesuai dengan
makna yang dikandung dalam konstruksi fonem, kata, frasa, kalimat, dan wacana itu. Dalam tindak tutur ini tidak dipermasalahkan maksud dan fungsi tuturan yang
dikemukakan oleh penutur. Semata-mata hanya dimaksudkan untuk memberi tahu mitra tutur bahwa pada saat penutur bertutur Ada iklan melintang di jalan Gajah
Mada berarti ‘penutur mengetahui ada iklan melintang di jalan Gajah Mada. Oleh
sebab itu tuturan ini di dalam studi pragmatik dianggap kurang menarik sebab tidak terdapatnya maksud interpersonal.
Tindak tutur ilokusi dimaksudkan untuk menyatakan sesuatu dan melakukan sesuatu. Oleh karena itu, tindak tutur ini dinamakan sebagai the acts of
doing something . Untuk menafsirkan tindak tutur ilokusi ini diperlukan
pemahaman terhadap situasi tutur. Jadi, tuturan Ada iklan melintang di jalan Gajah Mada
bukan semata-mata dimaksudkan untuk memberi tahu terdapatnya iklan yang melintang di jalan Gajah Mada, namun lebih dari itu bahwa maksud
yang hendak dituju adalah penutur menginginkan mitra tutur melakukan tindakan menurunkan iklan yang melintang di jalan Gajah Mada.
Tuturan perlokusi mempunyai pengaruh perlocitionary force terhadap mitra tutur. Untuk itu, tindak ini dinamakan dengan the act of effecting some one.
Tindak tutur ini dituturkan oleh penutur untuk menumbuhkan pengaruh effect kepada mitra tutur. Jadi, tuturan Ada iklan melintang di jalan Gajah Mada,
misalnya dapat digunakan untuk menumbuhkan pengaruh rasa takut kepada mitra tutur.
commit to user
b. Jenis Tindak Tutur
Klasifikasi tindak tutur yang dibicarakan di sini adalah klasifikasi berdasarkan daya ilokusi pada khususnya, karena klasifikasi ini sebagai patokan
dalam mengklasifikasikan berbagai tuturan yang berimplikatur dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu, peneliti tidak membicarakan klasifikasi tindak tutur
yang lain, seperti tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal Wijana, 1996: 32. Maka peneliti
simpulkan bahwa tindak tutur literal adalah tindak tutur harfiah atau sesuai dengan kenmyataan, dan tindak tutur tidak literal adalah tindak tutur tidak sesuai dengan
kenyataan. Secara garis besar kategori-kategori dalam Leech 1993: 164-165
dikelompokkan menjadi lima yaitu asertif, direktif, komisif, ekspresif, dan deklarasi.
a. Asertif assertives: pada ilokusi ini penutur terikat pada kebenaran preposisi yang diungkapkan, misalnya, menyatakan, mengusulkan, membual,
mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan. Dari segi sopan santun ilokusi cenderung netral, yakni, mereka termasuk kategori bekerja sama
collaborative. Tetapi ada beberapa perkecualian: misalnya membual biasanya dianggap tidak sopan, dari segi semantik ilokusi asertif bersifat
proporsional. b. Direktif directives: ilokusi ini bertujuan menghasilkan efek berupa tindakan
yang dilakukan oleh penutur, ilokusi misalnya, memesan, memerintah, memohon, menutut, memberi nasihat. Jenis ilokusi ini sering dapat
dimasukkan ke dalam kategori kompetitif competitive karena mencakup juga kategori ilokusi yang membutuhkan sopan santun negatif. Namun di
pihak lain terdapat juga beberapa ilokusi direktif, seperti mengundang yang secara intrinsik sopan. Agar istilah direktif tidak dikacaukan dengan ilokusi
langsung dan tidak langsung, digunakan istilah imposif impositive khususnya untuk mengacu pada ilokusi kompetitif dalam kategori direktif.
c. Komisif Commissives: pada ilokusi ini penutur sedikit banyak terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya, menjanjikan, menawarkan, berkaul.
commit to user
Jenis ilokusi ini cenderung berfungsi menyenangkan dan kurang bersifat kompetitif, karena tidak mengacu pada kepentingan penutur tetapi pada
kepentingan petutur. d. ekspresif Ekspressives: fungsi ilokusi ini ialah mengungkapkan atau
mengutarakan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya, mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat,
memberi maaf, mengencam, memuji, mengucapkan belasungkawa, dan sebagainya. Sebagaimana juga dengan ilokusi komisif, ilokusi ekspresif
cenderung menyenangkan, karena itu secara intrinsik ilokusi ini sopan, kecuali tentunya ilokusi-ilokusi ekspresif seperti ‘mengencam’, dan
‘menuduh’. e. Deklarasi Deklarations: berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan
mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas, misalnya, mengundurkan diri, membaptis, memecat, memberi nama,
menjatuhkan hukuman, mengucilkanmembuang, mengangkat, pegawai, dan sebagainya. Searle mengatakan bahwa tindakan-tindakan ini merupakan
kategori tindak ujar yang sangat khusus, karena tindakan-tindakan ini biasanya dilakukan oleh seseorang yang dalam sebuah kerangka acuan
kelembagaan diberi wewenang untuk melakukannya. Contoh klasik ialah hakim yang menjatuhkan hukuman pada pelanggar undang-undang, pendeta
yang membaptis bayi, pejabat yang memberi nama pada sebuah kapal baru, dan sebagainya. Sebagai suatu tindakan kelembagaan dan bukan sebagai
tindakan pribadi tindakan-tindakan tersebut hampir tidak melibatkan faktor sopan santun.
Lima macam tindak tutur tersebut juga dikemukakan oleh Mey 1994: 163 dan levinson 1983: 240. Keduanya juga mengutip pendapat Searle 1974:
34. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti dapat mengetahui bahwa pendapat mereka semua sama, yaitu tuturan dapat dibedakan ke dalam lima
macam dilihat dari daya ilokusinya. Tindak tutur tersebut adalah assertives, directives, commissives, expressives,
dan declarations. Asertif adalah tuturan yang digunakan untuk menunjukkan kebenaran tentang yang dinyatakan, misalnya
commit to user
menyatakan, menjelaskan, mengadukan, menyarankan, mengeluh, dan membual. Direktif adalah tuturan yang dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur untuk
melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sebagai contoh adalah permohonan, suruhan, permintaan, perintah, nasihat, anjuran, dan ajakan. Komisif menuntut
penutur untuk melakukan sesuatu di masa yang akan datang, misalnya menawarkan, berjanji. Ekspresif adalah tuturan yang berfungsi mengungkapkan
sikap penutur tentang sesuatu baik yang bersifat positif maupun negatif, yang bersifat positif misalnya, pujian, pernyataan maaf; dan yang bersifat negatif
misalnya, tuduhan, menyelahkan orang lain. Deklarasi biasanya diungkapkan oleh orang yang berwenang dalam lembaga sosial, agama, hukum, dan tidak berkaitan
dengan hubungan personal dengan orang lain. Misalnya tuturan yang digunakan oleh majelis hakim dalam pemberian keputusan kepada terdakwa, atau pejabat
yang meresmikan hasil pembangunan. Berdasarkan
kelima macam
tuturan tersebut
peneliti akan
mengklasifikasikan tindak tutur ke dalam empat macam, yaitu asertif, direktif, ekspresif, dan komisif. Deklarasi tidak peneliti bahas karena topik yang peneliti
bahas adalah tentang implikatur tindak tutur. Dengan demikian, tidak mungkin deklarasi diungkapkan secara tidak jelas dalam suatu tuturan.
c. Strategi Bertutur