Penerapan Prinsip Kerja Sama

commit to user penutur telah memberi penghormatan kepada mitra tuturnya agar kelangsungan komunikasi berjalan dengan lancar.

2. Penerapan Prinsip Kerja Sama

Dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar terdapat tuturan-tuturan yang mematuhi dan ada yang melanggar maksim-maksim dalam prinsip kerja sama. Deskripsi lebih lanjut tentang penerapan prinsip kerja sama dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar dapat dillihat pada tuturan-tuturan berikut ini. 12 “Di sini muridnya berapa to?” G, 52 13 “Sembilan belas” M, 52 14 “Kalau dua-dua berarti sisa satu.” G, 52 Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Ibu guru kepada siswa pada saat guru memberikan tugas kelompok. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada menyetujui si penutur. Tuturan 12, 13, dan 14 yang merupakan tuturan asertif mengumumkan, mematuhi maksim kualitas, relevansi dan pelaksanaan, namun melanggar maksim kuantitas. Dilihat dari maksim kualitas, tuturan tersebut memungkinkan terjadinya kerja sama antara penutur dan mitra tutur, kerena penutur mengatakan sesuatu yang sebenarnya. Demikian juga, jika dilihat dari maksim relevansi, tuturan 12, 13, dan 14 memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Tuturan ini dituturkan oleh penutur sebelum melanjutkan materi berikutnya. Sebelum membagi kelompok, guru harus menanyakan jumlah murid di kelas tersebut. Tuturan ini secara langsung, jelas, tidak kabur, dan tidak taksa sehingga mematuhi maksim pelaksanaan. Namun demikian, tuturan 12, 13, dan 14 ini melanggar maksim kuantitas. Hal ini dapat dilihat pada tuturan tersebut bahwa tuturan itu mengungkapkan jumlah murid di kelas tersebut. commit to user 15 “Kalau tujuan jelas, ya itu tujuannya adalah mencari solusi. Buatlah rangkuman Ini PR, PS juga boleh. Buatlah rangkuman dari isi wawancara yang kamu lakukan, terserah kamu wawancarai siapa, narasumbernya siapa terserah. Besok pon itu akan saya tanyakan guru sambil tertawa. Nah di situ ada itu romawi dua tinggal melingkari, nomor tiga juga ada sampaikan hasil rangkuman secara lisan kemudian beri penilaian atau tanggapan, besok hasil rangkuman dari teman-temanmu. Ada masalah? Interview bisa kamu laksanakan, narasumbernya bisa kamu pilih siapa yo cepat Bapakmu boleh, kakek nenekmu boleh, ketua RT boleh, kadus boleh, mantan pacar yo entuk, pejabat- pejabat juga boleh kamu datang ke kantor. Tapi sebentar, langkah- langkah laporan hasil interview sudah tahu belum?” G, 56. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya ketika PBM di kelas. Siswa pun mendengarkan tuturan Pak guru dengan antusias. Pada tuturan 15, yang merupakan tuturan asertif menyatakan, penutur mematuhi seluruh maksim dalam prinsip kerja sama. Dilihat dari maksim kuantitas, tuturan tersebut memberikan keterangan secukupnya yang dibutuhkan oleh mitra tutur. Dilihat dari maksim kualitas, tuturan tersebut memberikan fakta yang nyata, tidak dibuat-buat. Dilihat dari maksim relevansi, tuturan tersebut memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang dipertuturkan. Demikian juga, jika dilihat dari maksim pelaksanaan, tuturan 15 tersebut tidak memberikan keterangan yang berlebihan. 16 “Tulis Langkah-langkah laporan hasil wawancara. satu hari, tanggal terus waktu, waktu itu pukul jangan sampai jam, watch salah. Tiga narasumber, terus isi wawancara atau pokok-pokok isi wawancara, terus di bawah sana tertulis penulis atau pembuat laporan boleh. Berkemas-kemas yang pakai jaket nanti dulu, ya sambil tata-tata diperhatikan PR tadi dikerjakan kemudian LKS yang belum, dilanjutkan. Anak SMA itu jangan seperti anak SD. Pelajaran kali ini saya cukupkan sekian, kebetulan seperti hari kamis ini jam siang terus. Mari kita akhiri dengan berdoa. Yuk ketua disiapkan” G, 19. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya ketika memerintah untuk menulis laporan hasil wawancara. Siswa pun commit to user merespon tuturan guru dengan cara langsung melaksanakan perintah guru. Pada tuturan 16, yang merupakan tuturan asertif menyampaikan, penutur menyampaikan fakta yang sebenarnya kepada mitra tutur sehingga penutur mematuhi maksim kualitas. Pada tuturan tersebut penutur juga memberikan kontribusi yang relevan kepada mitra tutur. Tuturan tersebut dituturkan oleh penutur pada waktu pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, penutur mematuhi maksim relevansi. Selain itu, penutur juga mematuhi maksim pelaksanaan, artinya penutur menyampaikan keterangan kepada mitra tutur secara jelas dan tidak taksa. Namun demikian, penutur melanggar maksim kuantitas. Hal ini ditunjukkan dengan dituturkannya klausa kebetulan seperti hari kamis ini jam siang terus. 17 “Kelincahan dan kepandaian anda dalam berkomunikasi untuk menentukan bahasa termasuk bagaimana anda mencerna suatu taktik wawancara itu diperlukan keterampilan berbahasa Indonesia terdiri dari keterampilan mendengarkan, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara bahkan nanti kalau laporan hasil wawancara itu nanti dinamakan keterampilan menulis.” G, 32. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya ketika memberi masukan mengenai keterampilan berbahasa. Siswa memperhatikan dengan serius. Seperti halnya yang terjadi pada tuturan 17, pada tuturan 17 ini penutur juga melangar maksim kuantitas. Pada tuturan tersebut terdapat frasa kelincahan dan kepandaian sebenarnya, tuturan yang mengandung pengertian dalam berkomunikasi untuk menentukan bahasa termasuk bagaimana anda mencerna suatu taktik wawancara itu diperlukan keterampilan berbahasa Indonesia terdiri dari keterampilan mendengarkan, keterampilan menyimak, keterampilan berbicara bahkan nanti kalau laporan hasil wawancara itu nanti dinamakan keterampilan menulis . Tidak perlu dituturkan karena seluruh mitra tutur adalah siswa yang sudah pasti mengetahui apa yang dimaksud dengan kelincahan dan kepandaian. commit to user Namun demikian, tuturan 17 ini mematuhi maksim kualitas, relevansi dan pelaksanaan. Pada tuturan tersebut penutur menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai fakta yang sebenarnya, relevan dengan topik yang sedang dibicarakan, dan jelas. 18 “Pekerjaan itu urusan Tuhan, rejeki itu urusan Allah, tugas kita mencari ilmu, nanti Allahlah yang mengaturnya.” G, 55 Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya pada saat PBM di kelas. Siswa pun mendengarkan dengan antusias. Pada tuturan 18 tersebut penutur melanggar maksim kuantitas karena penutur menyampaikan yang berlebihan ketika dia ingin menyampaikan pesan kepada mitra tutur berkaitan dengan kekuasaan Allah. Penutur juga melanggar maksim kualitas karena penutur menyampaikan keterangan yang tidak nyata. Tuturan 18 tersebut juga tidak memberikan keterangan yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan. Pelaksanaan tuturan tersebut disampaikan secara tidak langsung, tidak jelas dan berlebih-lebihan sehingga melanggar maksim pelaksanaan. 19 “Itu biasanya tidak menyimpang dari permasalahan tapi kalau wawancara terbuka seperti kamu pacaran itu wawancara terbuka. Mau teko ki arep takok nggowo buku pora lha kok nggrambyang teko mbahe akeh-akeh itu namanya melebar atau lari dari pokok permasalahan, tetapi kalau yang tertutup sudah ditentukan nanti yang akan saya tanyakan pak lurah akan menanyakan tentang jumlah penduduk dan itu jumlahnya tinggal menulis, ditulis bisa dicentang bisa tinggal milih. Terus pekerjaan penduduk tinggal memberi lingkaran atau pun tanda silang juga boleh.” G, 18. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya ketika menjelaskan tentang wawancara. Siswa pun memeperhatikan tuturan guru. Pada tuturan 19 penutur melanggar maksim kuaititas. Bagian tuturan Mau teko ki arep takok nggowo buku pora lha kok nggrambyang teko mbahe akeh-akeh itu namanya melebar atau lari dari pokok permasalahan, tetapi kalau yang tertutup sudah ditentukan nanti yang akan saya tanyakan pak lurah akan commit to user menanyakan tentang jumlah penduduk dan itu jumlahnya tinggal menulis, ditulis bisa dicentang bisa tinggal milih. Terus pekerjaan penduduk tinggal memberi lingkaran atau pun tanda silang juga boleh. Mestinya tidak perlu ada karena bagian tuturan ini memberikan keterangan yang berlebihan. Tanpa bagian tuturan ini pun tuturan 19 tersebut sudah jelas. Namun demikian, dengan tuturan tersebut penutur mematuhi maksim kualitas, relevansi dan pelaksanaan. Pada tuturan tersebut penutur menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta sebenarnya. Oleh karena itu tuturan tersebut mematuhi maksim kualitas. Isi tuturan itupun relevan dengan sesuatu yang sedang dipertuturkan sehingga tuturan tersebut mematuhi maksim relevansi. Selain itu, tuturan 19 tersebut menyatakan sesuatu secara langsung, tidak kabur dan tidak taksa sehingga mematuhi maksim pelaksanaan. 20 “Pokok-pokok isi wawancara MUI mengeluarkan fatwa bahwa infotaiment haram. MUI menganggap persoalan yang diatasi itu tidak sesuai dengan bidang jurnalistik. MUI menghimbau sebaiknya para pekerja bidang jurnalistik infotaiment tidak terlalu mengekspose kehidupan selebriti terlalu jauh karena dianggap akan mempengaruhi masyarakat. Rangkuman kesimpulan, MUI menganggap infotaiment haram karena tidak sesuai dengan kenyataan.” M, 41. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada Pak guru ketika disuruh membacakan hasil wawancara. Siswa pun membaca tugasnya dengan antusias. Pada tuturan 20 mitra tutur melanggar maksim kuantitas karena dalam memberikan respon atas pernyataan penutur, mitra tutur mengulang pernyataan yang dituturkan oleh penutur. Hal ini tidak perlu karena pernyataan pada hakikatnya membutuhkan respon dan bukan pengulangan pernyataan. Namun demikian, baik penutur maupun mitra tutur mematuhi maksim kualitas karena masing-masing tuturannya menyampaikan sesuatu yang nyata dan sesuai dengan fakta yang sebenarnya. Tetapi, tuturan 20 tersebut mitra tutur melanggar maksim relevansi karena tidak memberikan kontribusi yang relevan dengan apa yang dituturkan commit to user oleh penutur. Namun demikian, baik penutur maupun mitra tutur mematuhi maksim pelaksanaan karena dapat dilihat dengan jelas bahwa mereka menyampaikan sesuatu yang sedang dipertuturkan secara langsung, jelas, tidak kabur dan tidak taksa. 21 “Pokok-pokok isi wawancara harga cabai meningkat tiga kali lipat per kilonya. Cara warga mengantisipasi kebutuhan dengan sedikit mengurangi mengkonsumsi cabai.” M, 40. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh siswa kepada Pak guru ketika disuruh membacakan hasil wawancara. Siswa pun membaca tugasnya dengan antusias. Tuturan 21 di atas melanggar maksim kuantitas karena apabila dilihat dari pertanyaan yang diajukan oleh penutur, mitra tutur seharusnya hanya menjawab ya atau tidak. Namun demikian, seperti dapat dilihat pada tuturan di atas mitra tutur memberikan jawaban yang jauh lebih panjang dan jauh melebihi yang dibutuhkan oleh penutur. Jika dilihat dari maksim kualitas, tuturan 21 tersebut memberikan keterangan yang nyata dan sudah sesuai fakta. Atau dengan kata lain tuturan 21 di atas memenuhi maksim kualitas. Jika dari dua maksim yang lain, yaitu maksim relevansi dan maksim pelaksanaan, tuturan 21 di atas telah memberikan kontribusi tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan dan disampaikan dengan jelas. Dengan kata lain tuturan 21 di atas mematuhi maksim relevansi dan maksim pelaksanaan. 22 “Pengalaman kalian berkunjung ke objek wisata itu ditulis ke dalam bentuk karya ilmiah, tulisan itu bisa dimasukkan ke dalam artikel personal eksperiment contoh yang lain? Karya ilmiah laporan hasil percobaan, laporan pengamatan. Iya… itu berarti mengenai pengalaman pribadi yang dialami penulisnya. Ketika kalian besok ke Bali kalian diminta untuk membuat karya ilmiah. Nah dari karya ilmiah itu nanti sebagai pertanggungjawaban kalian sudah melaksanakan study tour ke Bali, itu bisa dimasukkan ke dalam laporan atau personal eksperiment.” G, 22. commit to user Konteks tuturan: Tuturan dituturkan guru kepada siswanya dengan nada santai ketika menjelaskan tentang artikel experiment. Siswa pun memperhatikan dengan santai. Pada tuturan 22 tersebut penutur menyampaikan pertanyaan secara berlebihan dan tidak langsung pada tujuannya. Demikian pula, mitra tutur menjawab pertanyaan yang diajukan penutur secara berlebihan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 22 tersebut melanggar maksim kuantitas. Tuturan 22 tersebut tidak memberikan kontribusi yang relevan tentang sesuatu yang sedang dipertuturkan. Yang diminta penutur adalah pandangan mitra tutur terhadap telah diterimanya laporan hasil kunjungan. Namun demikian, mitra tutur memberikan keterangan tentang catatan-catatan yang dihasilkan penutur. Jadi tuturan 22 melanggar maksim relevansi. Ide tuturan 22 tersebut tidak bisa dengan mudah ditangkap oleh penutur memberikan keterangan secara tidak langsung, kabur, dan berlebih-lebihan. Sehingga dapat dikatakan bahwa tuturan 22 tersebut melanggar maksim pelaksanaan dalam prinsip kerja sama. 23 “Nah di situ ada itu romawi dua tinggal melingkari, nomor tiga juga ada sampaikan hasil rangkuman secara lisan kemudian beri penilaian atau tanggapan, besok hasil rangkuman dari teman- temanmu.” G, 54. Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya ketika menjelaskan cara mengerjakan tugas di buku LKS. Tuturan dituturkan dengan nada menyuruh. Pada tuturan 23 melanggar maksim kuantitas karena menyebutkan romawi dua tinggal melingkari. Yang dimaksud dengan melingkari, mitra tutur sudah mengetahui bagaimana dalam mengerjakan tugas tersebut. demikian juga, penutur menyampaikan penjelasan mengenai cara mengerjakan tugas di buku LKS secara berkepanjangan sehingga dapat dikatakan bahwa penutur melanggar maksim kuantitas. jika dilihat dari maksim kualitas, penutur juga melanggar maksim tersebut, karena yang seharusnya menyampaikan atau menyebutkan melingkari, commit to user penutur juga menyampaikan penilaian atau tanggapan. hal ini tentu melanggar maksim kualitas. lebih lanjut, apabila dicermati masing-masing tuturan pada masing- masing tindak tutur hamper semuanya mematuhi dan melanggar maksim dalam prinsip kerja sama. pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim tersebut dapat ditemukan pada tindak tutur asertif, performatif, verdiktif, ekspresif, direktif, dan komisif.

C. PEMBAHASAN

Dokumen yang terkait

Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik

0 7 10

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

PENDAHULUAN Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 5

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 9 15

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 4 11

TINDAK TUTUR PERLOKUSI GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK NEGERI 1 SAWIT BOYOLALI TINDAK TUTUR PERLOKUSI GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK NEGERI 1 SAWIT BOYOLALI.

0 8 22

TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA Tindak Tutur Direktif Di Kalangan Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

0 1 11

TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA Tindak Tutur Direktif Di Kalangan Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

0 4 13

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA NEGERI 3 BOYOLALI.

1 12 17