commit to user
Dalam penelitian ini, tuturan-tuturan yang terdapat dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar ada yang mematuhi dan ada yang
melanggar maksim-maksim prinsip kerja sama dan prinsip kesantunan. Hal ini akan dideskripsikan sebagai berikut.
1. Penerapan Prinsip Kesantunan
Penerapan prinsip kesantunan berbahasa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar memiliki kesamaan atau kesesuaian dengan prinsip-prinsip
kesopanan atau kesantunan yang dikembangkan oleh Leech yang terdiri atas maksim kearifan, maksim kerendahan hati, maksim pujian, maksim kerendahan
hati, maksim keesepakatan, dan maksim simpati. Berikut ini pemaparan maksim- maksim tersebut yang disesuaikan dengan fakta berbahasa di SMA
Muhammadiyah 1 Karanganyar.
1 Maksim Kearifan Tack Maxim
Maksim kearifan tersebut menekankan pada pengurangan beban untuk orang lain dan memaksimalkan ekspresi kepercayaan yang memberikan
keuntungan untuk orang lain dalam kegiatan bertutur. Penutur yang berpegang teguh pada maksim kearifan atau kebijaksanaan ini, akan dapat menghindarkan
diri dari sikap dengki dan iri hati kepada mitra tuturnya. Di bawah ini beberapa contoh tuturan yang memperlihatkan kepatuhan si penutur terhadap maksim
kearifan. 1 “Bisa mengikuti wawancara orang lain, bisa kamu sendiri selaku
pewawancara.” G, 36.
Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya untuk
memberikan saran dalam mengerjakan tugas wawancara. Tuturan tersebut dituturkan dengan nada santun.
2 “Kalau bukunya ketinggalan, nanti bisa gabung dengan temannya.” G, 27.
Konteks tuturan:
commit to user
Tuturan dituturkan oleh Ibu guru kepada siswanya di kelas pada saat mengerjakan tugas latihan. Pada waktu itu siswanya ada yang
tidak membawa buku.
Kedua contoh tuturan di atas, yaitu tuturan 1 dan 2 menunjukkan bahwa si penutur selalu memberikan keuntungan pada mitra tuturnya ketika
bertutur. Pada tuturan 1 penutur memberikan pilihan mengenai tugas wawancara. Pada tuturan 2 penutur menyarankan siswa yang tidak membawa
buku untuk gabung dengan temannya. Dengan berprinsip pada maksim kearifan atau kebijaksanaan tersebut, penutur telah menghindarkan diri dari sikap dengki
dan iri hati kepada mitra tuturnya. Selain itu, penutur juga mengerti keadaan mitra tuturnya dengan memberikan bantuan atau respon baik.
2 Maksim Kerendahan Hati atau Kedermawanan
the generosity maxim
Maksim kedermawanan ini menyatakan bahwa kita harus mengurangi ekspresi yang menguntungkan diri sendiri dan harus memaksimalkan ekspresi
yang dapat menguntungkan orang lain. Apabila setiap orang melaksanakan maksim ini pada saat bertutur, hal-hal yang tidak diinginkan akan terhindar,
seperti kedengkian, iri hati, dan sakit hati antarsesama perbedaan mencolok dengan maksim kearifan atau kebijaksanaan adalah bahwa
maksim kedermawanan menawarkan suatu perbuatan atau tingkah laku, tetapi penerima
mitra tutur dimungkinkan untuk menolak apa yang menjadi tawarannya. Perhatikan beberapa contoh tuturan yang memperlihatkan maksim kedermawanan
berikut ini. 3 “Maka pakailah dengan bahasa yang benar.” G, 44
Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya pada saat salah
satu siswa membacakan hasil wawancara dengan bahasa yang kurang tepat.
4 “Dah itu untuk PR di rumah, kalau pertemuan besok hari sabtu bisa kita bahas bersama-sama.” G, 28
Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Ibu guru kepada siswanya ketika siswa
mengerjakan di ruang kelas, tetapi jam pelajaran sudah usai.
commit to user
Contoh data tuturan di atas, yaitu tuturan 3 dan 4 menunjukkan bahwa si penutur mau merugi kepada mitra tutur. Pada tuturan 3 penutur menyarankan
untuk menggunakan bahasa yang benar. Pada tuturan 4 memberikan tugas rumah yang seharusnya tuagas sekolah. Berprinsip pada maksim kedermawanan
atau kemurahan hati tersebut, penutur telah member bantuan atau respon baik dan juga menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, seperti sikap dengki, iri hati, dan
sakit hati antarsesama.
3 Maksim Pujian atau Penghargaan
the approbation maxim
Maksim tersebut menuntut kita untuk meminimalkan ekspresi ketidakyakinan terhadap orang lain dan memaksimalkan ekspresi persetujuan
kepada orang lain. Maksim pujian atau penghargaan ini memiliki kekuatan lebih. Suatu kegagalan mengikat diri sendiri kepada suatu pendapat yang
menguntungkan justru mengimplikasikan bahwa seseorang tidak melakukan hal itu. Dengan perkataan lain, bahwa maksim tersebut diperlukan untuk memberikan
dorongan yang tulus kepada orang lain agar tidak patah semangat. Di bawah ini beberapa contoh tuturan yang memperlihatkan maksim pujian atau penghargaan.
5 “Pinter…..” G, 48. Konteks tuturan:
Tutran dituturkan oleh Ibu guru kepada siswanya pada saat siswa bisa menjawab pertanyaan guru. Tuturan dituturkan dengan nada
memuji.
Tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur memberikan pujian atas ejekan salah satu teman. Pada tuturan 5 memuji siswanya karena bisa menjawab
pertanyaan guru. Dengan berprinsip pada maksim pujian atau penghargaan tersebut, penutur telah memberi respon baik kepada mitra tuturnya dan juga
memberikan dorongan yang tulus kepada mitra tuturnya agar terus bersemangat.
4 Maksim Kerendahan Hati atau Kesederhanaan
the modesty maxim
Maksim kerendahan hati atau kesederhanaan ini dimaksudkan agar peserta tutur tetap bersikap rendah hati, dengan cara mengurangi pujian terhadap
dirinya sendiri. Maksim ini menuntut diri kita untuk tidak membanggkan diri
commit to user
sendiri. Penutur akan akan dikatakan sombong dan congkak apabila di dalam bertutur selalu memuji dan mengunggulkan dirinya sendiri. Dalam pandangan
masyarakat kita, kerendahan hati dan kesederhanaan ini banyak digunakan sebagai parameter penilaian kesantunan seseorang. Berikut ini contoh tuturan
yang memperlihatkan kepatuhan terhadap prinsip kerendahan hati atau kesederhanaan.
6 “Kalau bukunya ketinggalan, nanti bisa gabung dengan temannya.” M, 27.
Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Ibu guru kepada siswanya pada saat untuk
membuka buku pelajaran. Tuturan dituturkan dengan nada merendah.
Contoh data tuturan di atas menunjukkan bahwa penutur bersikap rendah hati, dengan cara mempersilakan untuk gabung dengan teman. Pada tuturan 6
guru mempersilakan siswa yang tidak membawa buku dengan temannya. Berprinsip pada maksim kerendahan hati atau kesederhanaan ini, penutur telah
berusaha menjaga keharmonisan dan kesantunan dalam bertutur.
5 Maksim Kesepakatan atau Persetujuan
the agreement maxim
Maksim kesepakatan tersebut menuntut kita untuk mengurangi ketidaksetujuan antara diri sendiri dan orang lain, memaksimalkan persetujuan
antara diri sendiri dan orang lain. Ada kecenderungan atau tendensi untuk membesar-besarkan persetujuan atau kesepakatan denga orang lain dan ada juga
yang memperkecil ketidaksetujuan dengan cara menyatakan penyesalan, memihak pada kemufakatan, dan sebagainya. Di dalam masyarakat tutur kita, penututur
diharapkan tidak membantah atau memotong pembicaraan secara langsung, terutama apabila umur, jabatan, dan status penutur berbeda denga mitra tutur. Di
bawah ini contoh tuturan yang memperlihatkan kepatuhan terhadap maksim kesepakatan atau persetujuan.
7 G : “Di sini muridnya berapa to?” M : “Sembilan belas”
G : “Kalau dua-dua berarti sisa satu”
commit to user
M : “Yang satu ndobel wae” G : “Ok ya udah untuk tugasnya ini nanti tetap pribadi, satu
orang satu.” G M, 52 Konteks tuturan:
Tuturan dituturkan oleh guru dan siswa pada saat guru memberikan tugas kelompok. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada
menyetujui pernyataan si penutur.
Kedua tuturan di atas, yaitu data 7 menunjukkan bahwa penutur berusaha menyepakati mitra tuturnya, misalnya dengan ungkapan “iya”. Dengan
berprinsip pada maksim kesepakatan atau persetujuan tersebut, penutur penutur telah memberi respon baik kepada mitra tuturnya dan menjaga keharmonisan
hubungan dengan mitra tutur agar komunikasi tetap berjalan lancar.
6 Maksim Simpati
sympathy maxim
Maksim simpati ini menuntut diri kita untuk mengurangi rasa antipasti antara diri dengan orang lain dan tingkatan rasa simpati sebanyak-banyaknya
antara diri dan orang lain. Sikap antipasi atau bersikap sinis terhadap salah seorang peserta tutur akan dianggap sebagai tindakan yang tidak santun. Di bawah
ini contoh tuturan yang memperlihatkan kepatuhan terhadap maksim simpati pada saat bertutur.
8 G : “Problem punya pacar, dah punya semua?” M : “Belum.”
G : “Alhamdulilah…kalau belum itu bisa sampai kelas dua belas nanti Amin….” G M, 13
Kontek tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya pada saat
membahas tentang wawancara dan guru menyinggung tentang pacaran. Jawaban si mitra tutur dituturkan dengan nada simpatis.
Contoh tuturan data di atas menunjukkan bahwa penutur memberikan apresiasi positif terhadap apa yang dituturkan mitra tuturnya. Pada contoh di atas
penutur tidak menunjukkan sikap sinis , tetapi justru si penutur memberikan
commit to user
tanggapan yang enak didengar atau berkenan bagi mitra tuturnya. Dengan berprinsip pada maksim simpati ini, penutur telah menjaga keharmonisan dengan
mitra tutur pada saat bertutur. Selain itu, peristiwa tutur di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar pada
proses pembelajaran di kelas juga ditemukan dua prinsip untuk mengupayakan komunikasi yang santun, yaitu penghindaran pemakaian kata tabu dengan
penggunaan eufimisme dan penggunaan pilihan kata honorifik sebagai prinsip hormat dalam bertutur. Berikut penjelasan kedua prinsip kesantunan tersebut.
7 Prinsip Penghindaran Kata Tabu dengan Penggunaan Eufimisme
Pada kebanyakan masyarakat, kata-kata yang berbau seks, kata-kata yang merujuk pada oragan tubuh yang lazim ditutupi pakaian, kata-kata yang merujuk
pada sesuatu benda yang menjijikkan, dan kata-kata “kotor” atau “ kasar” termasuk kata-kata tabu dan tidak lazim digunakan dalam berkomunikasi sehari-
hari, kecuali untuk tujuan-tujuan tertentu. Penutur sering menggunakan eufimisme atau ungkapan penghalus untuk menghindari bentuk tabu tersebut. Penggunaan
eufimisme ini perlu diterapkan untuk menghindari kesan negatif. Contoh tuturan yang tergolong tabu, tetapi akan menjadi ungkapan yang
santun apabila diubah dengan penggunaan eufimisme, misalnya sebagai berikut. 9 “Garis besar, kalau pacar itu membangkitkan semangat belajar dan
beribadah itu mungkin bagianmu, tapi kalau pacar itu sebaliknya membikin kumat semangat sesuatu itulah setan, iblis dalam
tingkatan ilmiah.” G, 14.
Konteks tuturan: Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya pada saat
menjelaskan problem punnya pacar. Siswa siswa merespon dengan tertawa bersama, karena memang pada saat itu siswa juga
memperhatikan penjelasan guru.
Pemakaian ungkapan membikin kumat semangat sudah tepat untuk menghindari bentuk tabu patah semangat.
8 Prinsip Hormat dengan Penggunaan Kata Honorifik
Penggunaan pilihan kata honorifik merupakan bentuk ungkapan hormat untuk berbicara dan menyapa orang lain. Penggunaan kata-kata honorifik ini tidak
hanya berlaku bagi bahasa yang mengenal tingkatan undha-usuk, Jawa, tetapi
commit to user
berlaku juga pada bahasa-bahasa yang tidak mengenal tingkatan. Hanya saja, bagi bahasa yang mengenal tingkatan, penentuan kata-kata honorifik sudah ditetapkan
secara baku dan sistematis untuk pemakaian setiap tingkatan. Misalnya, bahasa karma inggil
laras tinggi dalam bahasa Jawa perlu digunakan kepada orang yang tingkat sosial dan usianya lebih tinggi dari pembicara; atau kepada orang yang
dihormati oleh pembicara. Walaupun bahasa Indonesia tidak mengenal tingkatan, sebutan kata diri, seperti Engkau, Anda, Saudara, BapakIbu mempunyai efek
kesantunan yang berbeda ketika kita gunakan untuk menyapa orang. Keempat kalimat berikut menunjukkan tingkat kesantunan ketika seorang pemuda
menanyakan menanyakan seorang pria yang lebih tua. 10a “Engkau mau ke mana?”
10b “ Saudara mau ke mana?” 10c “Anda mau ke mana?”
10d “Bapak mau ke mana?” Dalam konteks tersebut, kalimat 10a dan 10b tidak santun atau kurang
santun diucapkan oleh orang yang lebih muda, tetapi kalimat 10d yang sepatutnya diucapkan jika penuturnya ingin memperlihatkan kesantunan. Kalimat
10c lazim diucapkan kalau penuturnya kurang akrab dengan orang yang disapanya, walaupun lebih pantas penggunaan kalimat 10d. contoh tuturan lain
yang ditemukan dalam peristiwa tutur di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar, yaitu sebagai berikut.
11 ” Ayo silahkan jika anda pidato, langkah pertama apa?” M, 06 Konteks tuturan:
Tuturan dituturkan oleh Pak guru kepada siswanya pada saat guru menjelaskan materi tentang pidato.
Contoh data tuturan di atas, yaitu tuturan 11 penutur menggunakan bentuk ungkapan hormat pada saat bertutur dengan mitra tuturnya, yaitu dengan
menggunakan benttuk sapaan Bu, Pak, dan Ibu. Pemakaian bentuk-bentuk honorifik tersebut sudah tepat karena status mitra tutur memang lebih tinggi dari
penutur. Dengan berprinsip pada penggunaan pilihan kata honorifik tersebut,
commit to user
penutur telah memberi penghormatan kepada mitra tuturnya agar kelangsungan komunikasi berjalan dengan lancar.
2. Penerapan Prinsip Kerja Sama