Prinsip Ironi Prinsip-Prinsip Berkomunikasi

commit to user - Selamat, ya b. Maximize sympathy between self and other. ‘Tingkatkan rasa simpati terhadap orang lain setinggi mungkin.’ Contoh: I’m terribly sorry to hear that your cat died. ‘Saya ikut bersedih atas kematian kucing Anda.’ Berkenaan dengan prinsip kerja sama dan prinsip kesopanan, Nababan 1987: 34 mengemukakan bahwa kedua prinsip yang menghasilkan implikatur itu dalam pergaulan sosial sama-sama bekerja. Situasi prinsip kesopanan lebih dominan, terapi dalam situasi lain prinsip kerja sama lebih dominan untuk menentukan apa yang sewajarnya diucapkan oleh penutur dan mengarahkan bagaimana seharusnya mitra tutur menafsirkan suatu tuturan yang diucapkan oleh penutur.

c. Prinsip Ironi

Retorik interpersonal prinsip ironi mengambil tempat di sisi prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan. Prinsip kesopanan juga menjadi parasit bagi kedua prinsip tersebut dalam arti bahwa kefungsionalan prinsip kerjasama dan prinsip kesopanan langsung tampak pada peranan mereka dalam mengembangkan komunikasi interpersonal yang efektif; tetapi prinsip ironi hanya dapat dijelaskan melalui prinsip-prinsip lain. Leech 1993: 224 menyatakan bahwa prinsip ironi menempati urutan kedua, yang memungkinkan seseorang untuk bertindak tidak sopan melalui sikap yang seakan-akan sopan; caranya dengan memberi kesan melanggar prinsip kerjasama tetapi sebetulnya menantinya. Jadi prinsip ironi dys- fungsional; yaitu prinsip kesopanan mendorong terwujudnya hubungan yang ramah dan menghindari konflik dalam hubungan-hubungan sosial, sedangkan prinsip ironi, dengan memungkinkan kita untuk bertindak tidak sopan, memupuk penggunaan bahasa yang ‘antisosial’. Orang dikatakan bersikap ironis bila menggunakan sopan santun yang tidak tulus sebagai pengganti sikap tidak sopan, dan dengan perilaku ini orang itu bertujuan merugikan dan menyudutkan orang lain. Ketidaktulusan dalam sopan santun ini kadang-kadang tampak dengan jelas, kadang-kadang tidak, dan dapat berupa pelanggaran maksim kuantitas dari commit to user prinsip kerja sama, atau lebih sering lagi dapat berupa pelanggaran maksim kualitas. Daya ironi sebuah pernyataan sering ditandai oleh pernyataan yang berlebihan atau pernyataan yang mengecilkan arti, sehingga menjadi lebih sulit bagi mitra tutur untuk menafsirkan pernyataan tersebut dengan cepat. Daya ironi sebuah pernyataan sering ditandai oleh pernyataan yang berlebihan atau pernyataan yang mengecilkan arti, sehingga menjadi lebih sulit bagi mitra tutur untuk menafsirkan pernyataan tersebut dengan cepat. Leech 1993: 227 menyatakan bahwa daya ironi sangat beragam; ada yang menggelikan, ada juga yang memnyinggung perasaan melalui perintah- perintah yang sarkastik, seperti dalam kalimat Do help yourself, won’t you? ‘Silakan ambil sendiri’ yang dikatakan kepada seseorang yang memang sedang sibuk melayani dirinya sendiri. Selain mempunyai fungsi negatif, prinsip ironi mempunyai fungsi positif. Melalui ironi sikap-sikap agresif dapat disalurkan dalam bentuk-bentuk verbal yang tidak berbahaya daripada dalam serangan- serangan langsung seperti kritik, penghinaan, ancaman, dan sebagainya. Penghinaan dengan mudah dapat dibalas dengan penghinaan sehingga mengakibatkan konflik, sedangkan pernyataan ironis tidak mudah dibalas dengan ironi. B . Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut. 1. R. Irwan Nurdin berupa skripsi yang berjudul Aplikasi Prinsip Kerjasama dan Prinsip Kesantunan dalam Percakapan Bahasa Inggris Mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UNS sebuah kajian pragmatik pada tahun 2004. R. Irwan Nurdin dalam penelitiannya tersebut menyimpulkan bahwa percakapan bahasa Inggris yang dilakukan mahasiswa program pendidikan bahasa Inggris fakultas FKIP UNS cenderung mematuhinya. Adapun presentase yang mematuhi prinsip kerjasama, yaitu 87.2, sedangkan yang tidak mematuhi sebesar 21.8. Demikian juga dengan prinsip kesantunan berbahasa, menunjukkan kecenderungan untuk commit to user mematuhinya. Presentase yang mematuhi prinsip kesantunan sebesar 60.5, sedangkan yang tidak mematuhi prinsip kesantunan berbahasa sebesar 39.5. 2. Penelitian tentang ”Tindak Tutur Direktif Pejabat dalam Peristiwa Rapat Dinas: Kajian Sosiopragmatik Berperspektif Jender di Lingkungan Pemerintahan Kota Surakarta” oleh Harun Joko Prayitno 2009. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus tentang tindak tutur direktif dalam peristiwa rapat dinas di lingkungan kota Surakarta, meliputi kegiatan yang dimulai membuka sampai menutup rapat. Hasil penelitian secara umum mereka mengawali rapat dinas dengan tuturan religius, salam kewaktuan, dan salam ekspresif kemudian dilanjutkan dengan pemakaian tindak tutur direktif. Secara keseluruhan kesetaraan perempuan dan laki-laki yang menjadi PNS di lingkungan pemkot Surakarta dapat dinyatakan sejajar. 3. Penelitian tentang ”Tindak Tutur dalam Kampanye Pemilihan Umum Presiden Republik Indonesia 2004” oleh Djoko Wijono 2007. Penelitian ini merupakan penalitian studi kasus tentang pemakaian tindak tutur dalam kampanye pemilu presiden 2004. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa jenis tindak tutur yang dominan dalam kampanye pemilu presiden RI 2004 ialah tindak tutur direktif terdapat 18 subtindak tutur. Dari kedelapan belas subtindak tutur tersebut yang paling dominan ialah subtindak tutur ’menyuruh’. Beberapa penelitian tersebut dianggap relevan karena sama-sama mengkaji tentang tindak tutur. Perbedaannya terletak pada fokus kajian, ada yang meneliti tindak tutur mahasiswa, tindak tutur pejabat, dan tindak tutur dalam kampanye pemilu presiden 2004. Penelitian ini memiliki kesamaan sumber data dengan penelitian nomor satu, yaitu mahasiswa sebagai objek penelitian, yang membedakan penelitian tersebut adalah fokus kajian. Jika dalam penelitian tersebut dikaji masalah bagaimana penerapan tindak tutur guru dalam strategi membuka sampai menutup pelajaran, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis mengkaji masalah yang lebih khusus yaitu tindak tutur direktif yang dipakai guru SMA dalam pembelajaran di kelas. commit to user C . Kerangka Berpikir Kesantunan berbahasa merupakan tata cara atau aturan perilaku berbahasa yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tutur tertentu dengan mempertahankan kaidah Kaidah sosial dan pemilihan strategi agar kominikasi berjalan lancar dan harmonis. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi Penutur dan mitra tutur, dengan mengetahui tata cara berbahasa diharapkan orang lebih bisa memahami pesan yang disampaikan dalam komunikasi dengan baik, tanpa adanya ketergantungan di antara peserta tutur. Analisis data yang diamati berdasar masyarakat tuturpeserta tutur tersebut menghasilkan tuturan bahasa, dalam hal ini masyarakat tutur yang diteliti adalah guru dan siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Guru dan siswa SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar tersebut di dalam komunikasiperistiwa tutur menghasilkan berbagai bentuk tuturan, dalam hal ini yang diambil adalah tuturan direktif baik tuturan yang santun maupun yang tidak santun. Analisis ini akan mencermati fenomena kesantunan berbahasa tuturan direktif yang dilakukan pada peristiwa tutur di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Analisis selanjutnya, yaitu mengenai prinsip dan strategi kesantunan berbahasa tuturan direktif yang digunakanditerapkan oleh guru dan siswa di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan akan ditemukan prinsip-prinsip dan pemilihan kesantunan berbahasa oleh guru dan siswa yang kemungkinan berbeda atau tidak ditemukan di kelompok masyarakat tutur lain. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan kemudian dipaparkan dan diterangkan atau dibahas secara jelas dengan kajian sosiopragmatik. Hal ini yang menjadi pemikiran peneliti untuk meneliti bagaimanakah penerapan prinsip kesantunan dan penerapan prinsip kerja sama dalam tindak tutur yang digunakan dalam pembelajaran di SMA yang dapat dilihat dari aspek direktif agar selain komunikatif, siswa juga dapat meningkatkan kesantunan dalam bertutur. commit to user Secara visual pemikiran tersebut dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir Masyarakat tutur guru dan siswa Peristiwa Tutur Guru Penerapan Prinsip Kerja Sama Penerapan Prinsip Kesantunan Deklarasi Representatif Direktif Komisif Ekspresif 1. Memerintah 2. Mengajak 3. Menyarankan 4. Menjelaskan 5. Memohon 6. Pernyataan 7. Memuji 8. Menasehati commit to user 43

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di sebuah SMA, tepatnya di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Waktu penelitian dilakukan antara bulan Juni- September 2010, dengan rincian kegiatan seperti pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Rincian Kegiatan dan Waktu Penelitian No Rincian waktu Jenis Kegiatan Juni’01 Juli ‘10 Agust‘10 Sept ‘10 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 1. 2. 3. 4. 5. Persiapan survey awal sampai penyusunan proposal Pengurusan surat izin penelitian Pengumpulan data Analisis data Penyusunan laporan X X X X X X X X X X X X X X X X X

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan kenyataan yang ada berdasarkan konsep, kategori, dan tidak berdasarkan angka. Peneliti mencatat data yang berwujud tindak tutur yang digunakan dalam proses pembelajaran di SMA. Penulis melakukan penelitian melalui pendekatan studi kasus dengan menggunakan strategi tunggal terpancang. Tunggal artinya hanya ada satu ruang lingkup penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu penelitian yang dilakukan di SMA Muhammadiyah 1 Karanganyar. Terpancang maksudnya yaitu penelitian

Dokumen yang terkait

Tindak Tutur Direktif dalam “Pengembara Makrifat” Karya Zubair Tinajauan Pragmatik

0 7 10

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU BAHASA INDONESIA KELAS VII BSMP MUHAMMADIYAH 10 SURAKARTA DALAM PROSES Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 13

PENDAHULUAN Tindak Tutur Direktif Guru Bahasa Indonesia Kelas VII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta Dalam Proses Pembelajaran.

0 3 5

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 9 15

REALISASI TINDAK TUTUR DIREKTIF MEMOHON DALAM SURAT IZIN SISWA DI KABUPATEN KARANGANYAR Realisasi Tindak Tutur Direktif Memohon Dalam Surat Izin Siswa Di Kabupaten Karanganyar.

0 4 11

TINDAK TUTUR PERLOKUSI GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK NEGERI 1 SAWIT BOYOLALI TINDAK TUTUR PERLOKUSI GURU DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS XI SMK NEGERI 1 SAWIT BOYOLALI.

0 8 22

TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA Tindak Tutur Direktif Di Kalangan Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

0 1 11

TINDAK TUTUR DIREKTIF DI KALANGAN GURU BAHASA INDONESIA Tindak Tutur Direktif Di Kalangan Guru Bahasa Indonesia Dalam Proses Pembelajaran Di SMP Negeri 1 Jatisrono Kabupaten Wonogiri.

0 4 13

TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI KELAS X SMA NEGERI 3 BOYOLALI.

1 12 17