Ratu Utari Rohmah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL BERBASIS BUDAYA
SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal di dalam kehidupan manusia. Dimanapun dan kapan pun di dunia ini terdapat pendidikan. Pendidikan
dipandang merupakan kegiatan manusia untuk memanusiakan sendiri, yaitu manusia berbudaya. Pandangan klasik yang selama ini berkembang di
masyarakat adalah bahwa pengetahuan ini secara utuh dipindahkan dari pikiran guru ke pikiran anak Jhonson, 2007 hlm. 65. Namun dalam pembelajaran
matematika, pandangan pandangan ini kurang mewakili pembelajaran matematika di SD. Pembelajaran matematika sebagaimana mestinya anak lebih
baik mengalami langsung pembelajaran. dan bahwa yang sebenarnya terjadi adalah guru harus memahami apa yang disukai dan dianggap mudah oleh untuk
dipahami anak. Tujuan pembelajaran matematika menurut NCTM National Council of
Teacher of Mathematics tahun 2000 yang dikenal dengan kemampuan matematis mathematical power yaitu: 1 Kemampuan pemecahan masalah problem
solving, 2 Kemampuan penalaran reasoning, 3 Kemampuan berkomunikasi communication, 4 Kemampuan membuat koneksi connection, 5
Kemampuan representasi representation. Sejalan dengan tujuan pembeljaran menurut NCTM tersebut pemerintah
menetapkan tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika sekolah yang tercantum dalam KTSP tahun 2006 Depdiknas, 2006, diantaranya agar siswa
memiliki kemampuan: 1.
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau alogaritma secara luwes, akurat, efisien, dam
tepat dalam pemecahan masalah.
Ratu Utari Rohmah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL BERBASIS BUDAYA
SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melalukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyususn bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematis.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, table, diagram, atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah. 5.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta
sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. Pembelajaran matematika memasuki kehidupan sehari-hari dan sering kita
jumpai, dari mulai bangun tidur sampai kita tidur kembali. Pada saat bangun tidur kita melihat jam, kita memprediksi berapa menit untuk mandi, makan, dan
bersiap-siap pergi ke sekolah. Dijalan kita berjalan kaki menuju sekolah dengan melewati bebarapa rumah, kita berhitung ada banyak rumah yang sudah kita
lewati, ada banyak pohon yang kita jumpai, dan kendaraan baik motor Maupun mobil yang melintas dapat kita hitung. Di sekolah ada banyak murid, kita juga
dapat menghitung lama jam pelajaran di sekolah. Dari contoh tersebut kita dapat memahami matematika dengan cara mengalaminya secara langsung.
Hasil observasi peneliti di SD Negeri Cipare Tegal pada tahun 2014, peneliti mewawancarai dan mengamati cara mengajar guru, kebanyakan guru dalam
pembelajaran di kelas masih menggunakan pendekatan konvensional, yaitu pembelajaran yang biasa dilakukan guru. Misalnya dengan menggunakan metode
ceramah, diskusi dan penugasan oleh siswa. Dan kebanyakan siswa kurang memahami pembelajaran, faktor yang mempengaruhi hal ini adalah siswa kurang
dalam perhitungan baik pengurangan, perkalian maupun pembagian. Faktor lainnya juga seperti pada soal pemecahan masalah dalam bentuk soal cerita,
kebanyakan siswa kurang memahami maksud dari soal tersebut. Bukan hanya kelas rendah, melainkan sampai kelas tinggipun kebanyakan siswa kurang paham
maksud dari soal tersebut. Hal ini yang melatar belakangi peneliti untuk
Ratu Utari Rohmah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL BERBASIS BUDAYA
SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menggunakan pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL. Pembelajaran dan pengajaran kontekstual CTL melibatkan
para siswa dalam aktivitas penting yang membantu mereka mengaitkan pembelajaran akademis dengan konteks kehidupan nyata yang mereka hadapi.
Dengan mengaitkan keduanya, para siswa dapat melihat makna di dalam tugas yang diberikan guru. Contextual Teaching and Learning CTL adalah sebuah
sistem belajar yang didasarkan pada filosofi bahwa siswa mampu menyerap pelajaran apabila mereka menangkap makna dalam materi akademis yang mereka
terima, dan mereka menangkap makna dalam tugas-tugas sekolah jika mereka dapat mengaitkan informasi baru dengan pengalaman yang sudah mereka miliki.
Pembelajaran mengaitkan informasi baru dengan pengalaman yang sudah siswa alami dapat disebut dengan pembelajaran bermakna Jhonson, 2007 hlm. 14.
Jika dilihat pada teori yang dikemukakan Jean Piaget Supriadi, 2012 hlm.41 tahap operasional konkret yaitu perkembangan kognitif yang terjadi pada usia 7
sampai 11 tahun. Operasi-operasi dalam periode ini terikat pada pengalaman perorangan yang bersifat konkret dan bukan operasi formal. Masa anak di
sekolah dasar, merupakan masa perkembangan anak dalam tahapan opersi konkret dan juga matematika tidak terlepas dari kehidupan kita sehari-hari, oleh
sebab itu pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL sangat cocok dengan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Hal ini sesuai dengan
kemempuan siswa yang ingin dilibatkan secara langsung dalam pembelajaran, dan pada pembelajarannya menggunakan pemodelan yang ditemukan
dikehidupan sehari-hari. Pendekatan kontekstual Contextual Teaching and Learning CTL
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengaan situasi dunia nyata siswa dan mendorong antara
pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, dengan melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif,
yakni: kontriktivisme construstivisme, bertanya questioning, menemukan inquiri, masyarakat belajar learning community, pemodelan modeling,
refleksi reflection, dan penilaian sebenarnya authentic assessment.
Ratu Utari Rohmah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL BERBASIS BUDAYA
SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Kontekstual hanya sebagai strategi pembelajaran. seperti halnya srategi pembelajaran yang lain, kontekstual dikembangkan dengan tujuan agar
pembelajaran lebih produktif dan bermakna Riyanto, 2014 hlm. 163. Pendekatan kontekstual dapat dijalankan tanpa harus mengubah kurikulum dan
tatanan yang ada Riyanto, 2014 hlm. 160. Latar belakang diatas membuat peneliti untuk melakukan dan melaksanakan
penelitian dengan menggunakan Contextual Teaching and Learning CTL dalam mengembangkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa SD. Namun
peneliti menambahkan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL yang digabungkan dengan struktur budaya yang terdapat di daerah Serang, yaitu
budaya Sunda. Sehingga peneliti menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda. Penelitian ini akan dibandingkan
dengan pembelajaran yang menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda dengan pembelajaran dengan
menggunakan pendekatan konvensional. Serta membandingkan kemampuan pemecahan masalah menggunakan pendekatan Contextual Teaching and
Learning CTL berbasis budaya Sunda dengan menggungan pendekatan konvensional.
Pembelajaran matematika di SD agar menghasilkan hasil yang optimal, peneliti mencoba menggunakan metode Didactical Design Research DDR
dalam penyusunan bahan ajar pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda. Proses menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda berarti siswa belajar dengan menggunakan media yang terdapat dalam budaya
Sunda, misalnya dalam permasalahan yang terdapat di soal guru menggunakan nama makanan budaya Sunda yang sering ditemukan oleh siswa dalam
kehidupan sehari-hari, selain itu guru juga dapat menggunakan alat peraga atau media yang berhubungan dengan budaya Sunda misalnya lidi sapu lidi dan
karet gelang sebagai media pembelajaran dalam perkalian yang akan peneliti lakukan.
Ratu Utari Rohmah, 2016 PENGARUH PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING CTL BERBASIS BUDAYA
SUNDA DALAM MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SD Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda akan mengalami banyak pertanyaan
apakah dapat pembelajaran menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda dapat mengembangkan kemampuan
pemecahan masalah dibandingkan dengan pendekatan biasa yang hanya duduk dan mendengarka guru memberikan materi dan soal-soal? Bagaimanakah respon
siswa terhadap pembelajaran matematika menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda, apakah akan tertarik dan
bersemangat atau membosankan? peneliti ingin meneliti dan melihat bagaimana pengaruh dan seberapa besar pengaruh dari pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan Contextual Teaching and Learning CTL berbasis budaya Sunda dan yang
menggunakan pendekatan
konvensional untuk
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah siswa SD. Hal ini mendorong peneliti untuk
meneliti tentang “Pengaruh Pembelajaran Contextual Teaching and Learning CTL Berbasis Budaya Sunda dalam Mengembangkan Pemecahan Masalah
Matematis Siswa SD”.
B. Rumusan Masalah Penelitian