Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang demikian cepat di era globalisasi ini. Untuk mengantisipasi tantangan globalisasi tersebut dibutuhkan sumber daya manusia berkualitas yang dapat bertindak secara cepat dan cermat dalam mengambil keputusan secara logis. Dalam kondisi yang demikian tuntutan terhadap kualitas manusia terdidik juga meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat yang terus berubah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan dapat memberikan kontribusi dalam melahirkan generasi unggul yang siap untuk menjadikan bangsa ini bangsa yang mempunyai wibawa dan disegani, disamping siap berkompetisi lebih terbuka di tataran internasional. Guru memiliki peranan yang sangat strategis dalam mengembangkan sumber daya manusia melalui pendidikan Suyatno, 2010 karena diharapkan dapat ikut membentuk karakter dan kecerdasan generasi muda. Program peningkatan kualitas pendidikan dapat dimulai dari peningkatan kualitas pembelajaran. Beberapa penelitian yang telah dilakukan OECDUNESCO-UIS, 2003 mengungkapkan bahwa usaha-usaha untuk peningkatan kualitas pendidikan tidak akan berarti banyak apabila tidak diiringi dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran. Hal ini mengisyaratkan bahwa program-program peningkatan kualitas pendidikan harus lebih diarahkan pada hal-hal yang berkaitan langsung dengan proses pembelajaran, sebab aktivitas proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan OECDUNESCO- UIS, 2003 termasuk pendidikan sains. Pendidikan sains seyogianya dapat memberikan kontribusi dalam menghasilkan sumber daya manusia terdidik. Oleh karena itu guru sains memiliki peran sentral dalam mengembangkan pendidikan sains. Untuk meningkatkan Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu kualitas pendidikan sains diperlukan guru sains yang kompeten dalam menjamin mutu layanan proses pembelajaran sains. Guru sains yang kompeten dapat diwujudkan melalui pembekalan kompetensi guru pada tingkat pre-service calon guru di LPTK. Oleh karena itu, dalam mempersiapkan calon guru sains yang kompeten maka kegiatan perkuliahan yang membekali kemampuan para calon guru sains seyogianya lebih ditekankan pada pemberian pengalaman belajar agar calon guru sains dapat menguasai cara-cara memperoleh, mengolah, dan memaknai informasi dengan mengembangkan kemampuan dan potensi pribadi Rustaman, 2012. Proses pembelajaran sains yang dialami oleh calon guru selama dipersiapkan di LPTK cenderung akan berbekas dan akan diterapkan dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang guru kelak. Osborne 2007 menyatakan bahwa arah pendidikan sains untuk abad ke-21 diantaranya adalah penekanan pada pengembangan keterampilan berpikir kritis. Kemampuan berargumentasi menjadi salah satu kompetensi yang dibutuhkan dewasa ini karena dengan berargumentasi keterampilan berpikir kritis dapat berkembang Marttunen, et al., 2005. Osborne et al 2001 mengungkapkan bahwa kemampuan berargumentasi dibutuhkan untuk menyikapi permasalahan terkait isu-isu ilmiah yang terjadi pada setiap aspek kehidupan masyarakat masa kini, yang menuntut setiap individu dan masyarakat untuk memiliki kemampuan berpikir, mengambil keputusan, mempertimbangkan etika dan menilai sebuah klaim yang muncul baik melalui media masa maupun media lainnya berdasarkan bukti-bukti yang valid dan reliabel. Argumentasi berperan penting dalam perkembangan sains. Sains bukan sekedar menemukan dan menyajikan fakta, melainkan membangun argumen, mempertimbangkannya dan memperdebatkan berbagai penjelasan tentang fenomena sains Osbone, Eduran Simon, 2004; McNeill, 2009. Argumentasi juga berperan penting dalam pendidikan sains. Oleh karena itu dalam pembelajaran sains perlu dibangun kemampuan berargumentasi Erduran Jimenez-Aleixandre, 2007. Beberapa alasan pentingnya argumentasi diterapkan dalam pembelajaran sains Erduran, Simon Osborne, 2004, yaitu: 1 ilmuwan Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu menggunakan argumentasi dalam mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan ilmiahnya; 2 masyarakat menggunakan argumentasi dalam perdebatan ilmiah; dan 3 para siswa atau mahasiswa dalam pembelajaran membutuhkan argumentasi untuk memperkuat pemahamannya. Upaya mengembangkan kemampuan mahasiswa calon guru fisika untuk memahami dan mempraktekkan cara-cara berargumentasi dalam konteks ilmiah melalui pembelajaran sains menjadi penting. Hal ini sejalan dengan cara kerja ilmuwan yang menggunakan argumen untuk membangun teori, model dan penjelasan tentang fenomena alam Zohar Nemet, 2002; Erduran, Ardac, Guzel, 2006. Kemampuan berargumentasi bukan merupakan suatu kemampuan yang dapat berkembang dengan sendirinya seiring dengan perkembangan fisik manusia, tetapi harus dibekalkan melalui pemberian stimulus yang menuntut seseorang untuk mampu berargumentasi. Calon guru sains seyogianya dapat mengembangkan argumentasi dalam pembelajaran sains di kelas Luft Patterson, 2002; Sadler, 2006. Oleh karena itu calon guru sains perlu diberi pembekalan dalam mengembangkan argumentasi sebagai fokus pembelajaran sains. Kemampuan berargumentasi merupakan kompetensi yang dibutuhkan calon guru fisika di LPTK. Kemampuan berargumentasi sebenarnya bisa dibangun di mata kuliah apapun. Namun demikian kemampuan berargumentasi ada kaitannya dengan pemahaman konsep. Kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep saling berhubungan. Dengan mempelajari konsep-konsep ilmiah yang relevan, mahasiswa dapat terlibat secara lebih efektif dalam argumentasi Lewis Leach, 2006. Latar belakang pengetahuan sangat mempengaruhi kemampuan berargumentasi seseorang Chang Chiu, 2008; Maloney Simon, 2006; Sadler Zeidler, 2005. Oleh karena itu untuk membekali kemampuan berargumentasi perlu dipilih mata kuliah yang kompetensi pemahaman konsepnya sudah kuat. Dalam kurikulum pendidikan fisika di LPTK, calon guru fisika dibekali dengan salah satu mata kuliah keahlian program studi yaitu Fisika Sekolah. Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Mahasiswa calon guru fisika yang mengikuti mata kuliah Fisika Sekolah sebelumnya sudah mendapatkan mata kuliah Fisika Dasar yang dapat menopang pemahaman konsep. Untuk itu pembekalan kemampuan berargumentasi pada penelitian ini diterapkan pada mata kuliah Fisika Sekolah. Hasil studi pendahuluan mengindikasikan bahwa pada kenyataannya mata kuliah Fisika Dasar belum bisa diandalkan dalam menopang kompetensi pemahaman konsep pada mata kuliah Fisika Sekolah sehingga pemahaman konsep calon guru fisika ketika mengikuti perkuliahan fisika sekolah perlu diperkuat lagi. Salah satu cara memperkuat pemahaman konsep dengan menyediakan bahan bacaan pada lembar kerja mahasiswa LKM. Kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep merupakan dua kompetensi yang harus dimiliki calon guru fisika. Kedua kompetensi tersebut diharapkan dapat memperkuat kompetensi calon guru fisika dalam mengembangkan materi pembelajaran fisika sekolah sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. Perkuliahan fisika sekolah yang dilaksanakan pada Program Studi Pendidikan Fisika pada salah satu LPTK di Bandung belum menunjukkan dukungan yang optimal terhadap pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Hasil observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran fisika sekolah menunjukkan beberapa kelemahan dalam pembelajaran fisika sekolah selama ini, yaitu: a pembelajaran cenderung monoton dan kurang menantang, b metode pembelajaran yang digunakan adalah informatif, presentasi dan tanya jawab, c strategi pembelajaran yang diterapkan belum memberdayakan kemampuan berpikir mahasiswa khususnya kemampuan berargumentasi dan tidak dilatih untuk aktif membangun pengetahuan sendiri, d kemampuan mahasiswa dalam memberikan penjelasan dan mengungkapkan gagasan pada saat presentasi dan tanya jawab di kelas masih lemah, e gagasan yang dikemukakan mahasiswa sebagian besar belum mencerminkan penjelasan yang benar secara ilmiah, dan tidak didukung oleh bukti-bukti serta alasan yang dapat memperkuat penjelasan, dan f pada proses pembelajaran tidak tampak adanya upaya dosen untuk mengembangkan pembelajaran kolaboratif, membangun komunitas belajar Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu melalui diskusi kelompok, dan mengembangkan lembar kerja mahasiswa LKM yang berorientasi pada kemampuan berargumentasi Muslim, 2011. Hasil wawancara dengan dosen pengampu mata kuliah Fisika Sekolah diperoleh informasi bahwa dosen belum pernah mengembangkan pembelajaran fisika sekolah yang dapat membekali kemampuan berargumentasi. Dosen mengatakan belum secara khusus merancang dan menerapkan pembelajaran fisika sekolah berorientasi kemampuan berargumentasi. Peningkatan kemampuan berargumentasi sebatas mengandalkan pada metode tanya jawab dan presentasi, padahal untuk membekali kemampuan berargumentasi diperlukan strategi perkuliahan yang khusus. Dosen pengampu mata kuliah fisika sekolah pun belum pernah mengembangkan tes untuk mengukur kemampuan berargumentasi secara khusus, tetapi hanya membuat tes untuk mengukur pencapaian indikator hasil belajar. Pada akhir wawancara, dosen pengampu mata kuliah fisika sekolah mengungkapkan bahwa kemampuan berargumentasi merupakan salah satu kompetensi yang perlu dibekalkan kepada mahasiswa calon guru fisika Muslim, 2011. Hasil tes kemampuan berargumentasi yang diberikan kepada mahasiswa calon guru fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang telah lulus perkuliahan fisika sekolah Muslim, 2011 menunjukkan bahwa kemampuan berargumentasi mahasiswa masih rendah dengan perolehan skor rata-rata sebesar 44,1 dari skor maksimum 100. Demikian pula kemampuan berargumentasi mahasiswa pada semua unsur argumentasi masih rendah. Perolehan skor rata-rata tiap unsur kemampuan berargumentasi yaitu: 1 kemampuan membuat klaim yang akurat sebesar 48,2; 2 kemampuan menyertakan dan menganalisis data sebesar 55,6; 3 kemampuan membuat pembenaran warrant sebesar 34,3; dan 4 kemampuan membuat dukungan backing sebesar 38,4. Rendahnya kemampuan berargumentasi calon guru fisika tersebut senada dengan hasil penelitian Xie Mui So 2012 tentang pemahaman dan praktek argumentasi di kelas oleh calon guru sains sekolah menengah di Cina yang meliputi tiga aspek: 1 kemampuan memahami argumentasi, 2 kemampuan Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu untuk menyusun argumentasi, dan 3 kemampuan mengembangkan argumentasi dalam pembelajaran sains di kelas, yang menunjukkan bahwa calon guru sains memiliki pemahaman terbatas tentang argumentasi, dan kemampuan untuk menyusun argumentasi ilmiah juga lemah. Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Chen et al 2011 tentang kemampuan siswa Taiwan dalam mengelaborasi penjelasan yang menghubungkan data dan klaim menggunakan pola argumentasi menyimpulkan bahwa pembenaran warrant yang merupakan elemen kunci dari pola argumentasi maknanya tidak mudah dipahami oleh siswa, artinya kemampuan berargumentasi siswa masih rendah. Roshayanti 2012 telah mengembangkan model asesmen argumentatif untuk mengukur keterampilan argumentasi mahasiswa pada konsep fisiologi manusia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa wacana argumentasi lisan mahasiswa lebih baik dibandingkan wacana argumentasi tertulis. Dengan demikian kemampuan argumentasi tertulis mahasiswa masih rendah. Osborne 2007 menyatakan bahwa belum berkembangnya kemampuan berargumentasi siswa atau mahasiswa oleh karena: 1 pembelajaran sains diselenggarakan secara konvensional yang berpusat pada guru atau dosen; 2 Siswa atau mahasiswa tidak dilibatkan secara aktif untuk mengkonstruksi pengetahuan dan argumentasi ilmiah; 3 Lingkungan belajar tidak diciptakan untuk terjadinya pertukaran gagasan dari setiap siswa atau mahasiswa dalam aktivitas diskusi kelompok dan diskusi kelas dengan memunculkan masalah. Hasil tes pemahaman konsep yang dilakukan terhadap mahasiswa calon guru fisika pada salah satu LPTK di Bandung yang telah lulus perkuliahan fisika sekolah Muslim, 2011 menunjukkan bahwa pemahaman konsep mahasiswa masih rendah dengan perolehan skor rata-rata sebesar 57,7 dari skor maksimum 100. Demikian pula pemahaman konsep mahasiswa pada semua aspek pemahaman konsep masih rendah. Perolehan skor rata-rata tiap pemahaman konsep yaitu: 1 kemampuan menafsirkan interpretasi sebesar 57,8; 2 kemampuan membandingkan komparasi sebesar 58,7; dan 3 kemampuan menjelaskan eksplanasi sebesar 56,6. Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil wawancara terhadap mahasiswa yang telah mengikuti tes, terungkap bahwa rendahnya kemampuan berargumentasi disebabkan karena mahasiswa mengalami kesulitan dalam mengembangkan pola argumentasi seperti membuat klaim, menganalisis data, menjelaskan data untuk mendukung klaim atau pembenaran warrant, dan memberikan dukungan backing untuk memperkuat klaim. Demikian pula rendahnya pemahaman konsep disebabkan karena mahasiswa mengalami kesulitan dalam hal menginterpretasi grafik, membandingkan gejala fisis, dan menjelaskan fenomena. Rendahnya kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep mahasiswa diduga erat kaitannya dengan tidak adanya pembekalan kemampuan berargumentasi dalam pembelajaran fisika sekolah. Hal ini mengindikasikan perlunya pembekalan kemampuan berargumentasi bagi calon guru fisika khususnya pada mata kuliah Fisika Sekolah. Perkuliahan fisika sekolah berorientasi kemampuan berargumentasi perlu dikembangkan dengan menekankan pada penyempurnaan pola pikir melalui pola pembelajaran Griffin et al, 2012 sebagai berikut: 1 berpusat pada mahasiswa; 2 interaktif; 3 membangun jejaring belajar melalui kolaborasi; 4 pembelajaran aktif dan kritis; dan 5 mengembangkan potensi diri menjadi kemampuan berpikir dengan memberikan makna terhadap apa yang dipelajari. Di sisi lain konsep-konsep pada materi ajar fisika sekolah kaya akan permasalahan yang bersifat problematik yang cocok untuk diargumentasikan oleh mahasiswa dalam membangun pemahaman konsep dan argumentasi ilmiah. Pola baru penekanan pembelajaran sains National Science Teacher Association, 2003 diantaranya diarahkan untuk memahami konsep sains, sains sebagai argumen dan penjelasan, mengkomunikasikan penjelasan sains, menganalisis dan mensintesis data setelah mempertahankan kesimpulan, menerapkan hasil eksperimen pada argumen dan penjelasan ilmiah, dan mengkomunikasikan ide dan karyanya kepada teman sekelas. Berdasarkan tuntutan pembelajaran sains tersebut, maka kemampuan berargumentasi sangat mendasar untuk dikembangkan dalam pembelajaran sains khususnya di LPTK Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu penghasil calon guru bukan hanya pada pencapaian penguasaan konsep semata. Mahasiswa harus didorong agar dapat menginternalisasikan konsep-konsep yang dipelajari menjadi landasan berpikir dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang memiliki kemampuan berargumentasi yang baik akan menjadi mahasiswa yang kritis sehingga akan bermanfaat bagi dirinya dalam menyaring suatu informasi dan akan mengarahkan dirinya pada pola bertindak dalam masyarakat kelak. Menurut Bassham et al 2008 kemampuan berargumentasi penting diperkenalkan kepada peserta didik agar dapat: 1 memahami argumen dan keyakinan orang lain; 2 secara kritis mengevaluasi argumen dan keyakinan tersebut; dan 3 mengembangkan serta mempertahankan argumen dan keyakinan dengan baik. Bertolak dari permasalahan di atas, maka penyiapan calon guru fisika melalui pembekalan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep pada perkuliahan fisika sekolah menjadi sangat penting. Penekanan perkuliahan fisika sekolah perlu diarahkan pada pembelajaran yang melibatkan mahasiswa secara aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajarinya, terlibat dalam proses pembelajaran, yaitu melakukan interaksi dengan mahasiswa dalam mendiskusikan materi pembelajaran, mendorong mahasiswa aktif dalam pembelajaran melalui penggunaan metode pembelajaran yang variatif serta iklim yang dikembangkan lebih bersifat kolaboratif dan kooperatif. Terkait dengan pentingnya kemampuan berargumentasi dibekalkan pada calon guru, Trent 2009 mengungkapkan bahwa calon guru seyogianya mampu mengidentifikasi, mengkonstruksi, dan mengevaluasi argumen dari materi yang dipelajarinya. Calon guru juga seyogianya dapat mengembangkan kemampuan dan kebiasaan berpikir untuk membangun dan mendukung klaim ilmiah melalui argumen Sampson Gerbino, 2010. Cara yang produktif untuk membantu calon guru mencapai hasil pendidikan adalah memberikan mereka lebih banyak kesempatan untuk belajar tentang argumentasi ilmiah Duschl dalam Sampson Gerbino, 2010. Berargumentasi melibatkan baik kemampuan kognitif maupun afektif yang dapat digunakan untuk membantu calon guru memahami tidak hanya Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu aspek sosio-kultural dari sains tetapi juga konsep-konsep dan proses-proses dasar sains. Gagasan pembekalan kemampuan berargumentasi bagi calon guru fisika sejalan dengan paradigma pembelajaran abad ke-21 Hannon, 2009 yang diarahkan untuk mendorong mahasiswa menggali informasi, melatih berpikir, menekankan kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah, dan mengungkapkan gagasan. Hasil penelitian Duschl, 2008 menunjukkan bahwa satu cara produktif untuk membantu mahasiswa mencapai hasil pendidikan sains adalah dengan memberinya kesempatan untuk belajar tentang argumentasi ilmiah dalam pembelajaran sains di dalam kelas. Perubahan paradigma dalam pembelajaran, penting dilakukan dengan menciptakan lingkungan belajar dan menyiapkan rangsangan-rangsangan kepada mahasiswa calon guru fisika Wenning, 2006. Argumentasi mahasiswa ketika mendiskusikan masalah- masalah ilmiah dalam konteks sains dapat meningkatkan keterampilan dalam mengambil keputusan dan menyelesaikan masalah Kuhn, 1993. Newton 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi, mahasiswa perlu diberi kesempatan mendiskusikan ide-ide dan data-data untuk mengembangkan argumentasi berdasarkan masalah. Mahasiswa perlu didorong untuk mengungkapkan pola argumentasi ilmiah dengan baik. Dalam beberapa tahun terakhir banyak penelitian yang memfokuskan pada argumentasi dalam konteks pembelajaran sains. Manurung 2013 dalam penelitiannya menemukan bahwa program pembelajaran berdasarkan pedogogi pemecahan masalah bermuatan argumentasi Toulmin melalui tampilan Hiperteks dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan pemahaman konsep mahasiswa. Acar 2012 menemukan bahwa model pembelajaran fisika berbasis inkuri dapat meningkatkan kemampuan berargumentasi, kemampuan penalaran ilmiah dan pemahaman konsep mahasiswa. Penelitian Chen She 2012 tentang efektivitas pembelajaran fisika berbasis argumentasi ilmiah menggunakan program komputer online berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kemampuan berargumentasi dan perubahan konseptual siswa. Elena et al 2012 Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam penelitiannya mengembangkan pembelajaran tentang lingkungan topik perubahan iklim berbasis web menemukan kemampuan berargumentasi siswa meningkat secara signifikan dan siswa dapat membangun argumen yang lebih baik. Penelitian Sagir Kihc 2012 tentang penerapan pembelajaran sains berbasis argumentasi pada topik asam basa berpengaruh secara signifikan terhadap keberhasilan dan retensi mahasiswa. Kelompok mahasiswa yang mengikuti pembelajaran sains berbasis argumentasi lebih meningkat keberhasilan belajarnya dibandingkan dengan kelompok mahasiswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hasil studi ini relevan dengan hasil penelitian Chen et al 2011 yang menyatakan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran fisika berorientasi argumentasi memiliki pemahaman konsep lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Banyak ragam model pembelajaran yang dapat dikembangkan untuk membekali dan meningkatkan kemampuan berargumentasi melalui pembelajaran sains. Sampson Gerbino 2010 mengembangkan dua model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru atau dosen sains untuk membangkitkan argumentasi ilmiah di kelas. Model ini dirancang untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan dan menguji suatu pernyataan klaim berdasarkan alasan-alasan atau untuk mengajukan, mendukung, mengevaluasi, menajamkan bukti pernyataan klaim sebagai bagian dari aktivitas kelompok. Model yang pertama adalah model pembelajaran pembangkit argumen The Generate-an-Argument Instructional Model, yang dikembangkan berdasarkan kerja Osborne et al 2004 dan Garratt et al 1999 dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam argumentasi ilmiah tanpa memerlukannya untuk mengumpulkan data di dalam laboratorium atau lapangan terlebih dahulu. Model yang kedua adalah model pembelajaran alternatif evaluasi The Evaluate Alternatives Instructional Model, yang dikembangkan berdasarkan hasil kerja Osborne et al 2004 dan Solomon et al 1992 dirancang untuk melibatkan peserta didik dalam argumentasi ilmiah tetapi lebih menekankan pada evaluasi terhadap pernyataan klaim alternatif dan pentingnya mendesain investigasi Muslim, 2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu informatif yang dapat digunakan untuk menguji kegunaan atau manfaat suatu pernyataan klaim. Peserta didik juga memerlukan akses ke bahan-bahan atau peralatan laboratorium sehingga mereka dapat mengumpulkan data-data empiris yang mereka perlukan untuk mendukung penjelasan-penjelasan alternatif. Mencermati pentingnya kemampuan berargumentasi dan karakteristik perkuliahan fisika sekolah yang tidak ada praktikum sehingga mahasiswa tidak perlu mengumpulkan data di dalam laboratorium atau lapangan terlebih dahulu dalam aktivitas berargumentasi, maka model pembelajaran yang dapat diadopsi adalah model pembelajaran pembangkit argumen The Generate-an-Argument Instructional Model. Dalam penelitian ini dikembangkan Program Perkuliahan Fisika Sekolah Berorientasi Kemampuan Berargumentasi PPFS-BKB yang didesain berdasarkan model pembelajaran pembangkit argumen The Generate- an-Argument Instructional Model yang dipadukan dengan pola argumentasi Toulmin Toulmin’s Argument Pattern dan strategi cooperative learning menggunakan struktur presentasi round-robin untuk meningkatkan kemampuan berargumentasi dan pemahaman konsep calon guru fisika. PPFS-BKB mendorong mahasiswa untuk membangun dan mengungkapkan argumentasi yang diawali dengan penyajian permasalahan fisis yang bersifat problematis. Melalui cara ini mahasiswa diharapkan mampu memahami masalah yang relevan dengan materi ajar fisik sekolah, selanjutnya menyelesaikan masalah dengan mengembangkan klaim untuk menjawab permasalahan, menganalisis data untuk mendukung klaim, membuat pembenaran warrant dan dukungan backing untuk mendukung klaim.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

PENGEMBANGAN ASESMEN TERINTEGRASI PEMBELAJARAN INKUIRI PADA PERKULIAHAN OPTIKA CALON GURU FISIKA.

3 10 66

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM BEREKSPERIMEN BAGI MAHASISWA CALON GURU FISIKA.

1 7 64

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH III UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENULIS MATERI AJAR CALON GURU MENGGUNAKAN MULTI MODUS REPRESENTASI.

8 12 54

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN UNTUK MEMBEKALI CALON GURU DALAM MERENCANAKAN KEGIATAN EKSPERIMEN FISIKA DI SEKOLAH MENENGAH.

1 1 67

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA - repository UPI D IPA 0808728 Title

0 0 7

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN EKSPERIMEN FISIKA BERORIENTASI KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF DALAM BEREKSPERIMEN BAGI MAHASISWA CALON GURU FISIKA - repository UPI D IPA 1007139 Title

0 0 3

PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH III UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI MENULIS MATERI AJAR CALON GURU MENGGUNAKAN MULTI MODUS REPRESENTASI - repository UPI D IPA 1103399 Title

0 0 3

Pengembangan Model Laboratorium Virtual Berorientasi Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Bagi Calon Guru Fisika | Gunawan | PROSIDING : Seminar Nasional Fisika dan Pendidikan Fisika 7772 16523 1 PB

0 0 6

Pengembangan Model Laboratorium Virtual Berorientasi Pada Kemampuan Pemecahan Masalah Bagi Calon Guru Fisika | Gunawan | Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika 7782 16303 1 SM

0 0 6

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERORIENTASI PADA KREATIVITAS CALON GURU

0 0 23