MINYAK SAWIT MERAH Pemanfaatan asap cair tempurung kelapa sebagai bahan pengawet ikan teri nasi (Stolephorus Commersonii, Lac.) segar untuk tujuan transportasi

6 Tabel 2 . Komponen minor dalam CPO Komponen minor Kandungan ppm Karotenoid 500-700 Tokoferol dan tokotrienol 600-1000 Sterol 326-627 Fosfolipid 5-130 Triterpen alkohol 40-80 Metil sterol 40-80 Squalen 200-500 Dolikol dan poliprenol 81 Hidrokarbon Non-terpenoid hidrokarbon Ubiquinon 50 30-50 10-80 Sumber: Gee 2007

B. MINYAK SAWIT MERAH

Minyak sawit fraksi cair olein merupakan hasil fraksinasi minyak kelapa sawit yang berwarna jingga kemerahan yang disebut minyak sawit merah MSM. Minyak kelapa sawit berbentuk semi solid pada suhu 30°C tetapi dengan melalui proses fraksinasi, minyak kelapa sawit dapat terpisah menjadi dua fraksi, yaitu fraksi padat yang disebut stearin dan fraksi cair yang disebut olein dengan rasio 3:7 Ong et al., 1990. Kandungan karetonoid dalam fraksi olein dapat meningkat 10-20 Choo et al., 1989. Kandungan karotenoid pada berbagai fraksi minyak sawit dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Kandungan karotenoid pada berbagai fraksi minyak sawit Fraksi minyak sawit Kandungan karotenoid ppm CPO Crude Palm Oil 630-700 Crude Palm Olein 680-760 Crude Palm Stearin 380-540 Residual Oil from Fibre 4000-6000 Second-pressed Oil 1800-2400 Sumber : Choo et al. 1989 7 Secara umum, pembuatan MSM hampir serupa dengan produksi minyak goreng, yaitu melalui serangkaian proses pemurnian CPO Argha, 2008. Proses pemurnian CPO ini biasanya terdiri dari tahap degumming, neutralizing, bleaching, dan deodorizing Anderson, 1996. Pada proses pemurnian CPO terkadang satu atau lebih dari tahapan proses tersebut tidak perlu dilakukan, tergantung dari tujuan jenis minyak yang diinginkan. Untuk mendapatkan MSM, proses bleaching tidak dilakukan dengan maksud untuk mempertahankan karoten secara maksimal Riyadi, 2009. Proses degumming dilakukan untuk memisahkan getah atau lendir yang terdapat pada CPO tanpa mereduksi asam lemak bebas yang ada Hodgson, 1996. Kemudian dilakukan proses netralisasi deasidifikasi, yaitu proses penetralan asam lemak bebas dalam CPO menggunakan suatu alkali Anderson, 1996. Degumming perlu dilakukan sebelum proses netralisasi, sebab sabun yang terbentuk dari hasil reaksi asam lemak bebas dengan alkali pada proses netralisasi akan menyerap gum getah atau lendir sehingga menghambat proses pemisahan sabun dari minyak Ketaren, 2005. Widarta 2008 melakukan proses degumming dengan memanaskan CPO hingga suhu 80°C, kemudian ditambahkan larutan asam fosfat 85 sebanyak 0.15 dari berat CPO sambil diaduk perlahan 56 rpm selama 15 menit. Setelah proses degumming, didapatkan kondisi optimum untuk proses deasidifikasi, yaitu pada suhu 61 ± 2°C selama 26 menit dengan penambahan larutan NaOH konsentrasi 16°Be. Dari tahap ini didapatkanlah NRPO neutralized red palm oil. Selanjutnya NRPO yang dihasilkan kembali diproses untuk menghilangkan komponen volatil yang menimbulkan bau pada minyak Anderson, 1996. Penelitian yang dilakukan oleh Riyadi 2009 mendapatkan hasil bahwa proses deodorisasi NRPO yang optimum dilakukan dengan menghomogenisasikan NRPO dalam tangki deodorizer selama 10 menit pada suhu 46 ± 2°C kemudian dipanaskan dalam kondisi vakum hingga suhu 140°C selama 1 jam dan laju alir N 2 dijaga konstan pada 20 Ljam. Lalu dilakukan pendinginan sampai suhu 60°C pada kondisi vakum, maka dihasilkanlah NDRPO neutralized and deodorized red palm oil. 8 NDRPO yang telah diperoleh masih mengandung fraksi olein dan fraksi stearin. Oleh karena itu diperlukan proses pemisahan fraksi cair dan padatan agar diperoleh MSM yang diinginkan. Pemisahan dilakukan dengan cara peningkatan suhu sampai 50°C dan penurunan suhu secara perlahan-lahan hingga tercapai suhu kamar sambil diagitasi. Pada suhu kamar terjadi kristalisasi fraksi stearin sehingga fraksi olein yang masih bersifat cair dapat diperoleh dengan penyaringan vakum Weiss, 1983. Proses pengolahan minyak sawit kaya karotenoid, yaitu MSM mulai dikembangkan sejak tahun 1990-an, sejalan dengan semakin disadarinya peran penting karotenoid bagi kesehatan manusia. Menurut Muchtadi 1992, berbeda dengan minyak sawit, minyak sawit merah tidak dianjurkan untuk digunakan sebagi minyak goreng, karoten yang terkandung di dalamnya mudah rusak pada suhu tinggi. Minyak ini lebih dianjurkan untuk digunakan sebagai minyak makan dalam menumis sayur, minyak salad, dan bahan fortifikan.

C. KAROTENOID