25
Tabel 6 . Bobot
nilai masing-masing
parameter analisis
produk mikroenkapsulat MSM
Parameter analisis Bobot nilai
Kadar total karoten 8
Kadar minyak tak terkapsulkan 7
Kelarutan 6
Warna larutan 5
Warna bubuk 4
Laju penurunan total karoten 3
Total perubahan warna 2
Kadar air 1
Setelah dilakukan pemberian bobot untuk parameter analisis, selanjutnya dilakukan pemberian skor 1 sampai dengan 5 untuk tiap formula
mikroenkapsulat MSM yang terpilih. Skor yang lebih tinggi diberikan pada formula dengan hasil analisis yang lebih baik untuk tiap parameter analisisnya
dan disesuaikan pula dengan hasil uji statistik yang telah dilakukan. Formula yang berada pada subset yang sama pada hasil uji Duncan, berarti akan
memiliki skor yang sama. Formula yang memiliki total skor tertinggi dari hasil perkalian antara bobot nilai parameter analisis dengan skor tiap formula
adalah formula optimum yang dihasilkan.
C. ANALISIS
1. Rendemen Mikroenkapsulat
Rendemen mikroenkapsulat
MSM dihitung
dengan cara
membandingkan berat miroenkapsulat yang dihasilkan dengan berat padatan bahan penyalut dan minyak dalam emulsi MSM, seperti pada rumus berikut:
Rendemen mkroenkapsulat = x 100
2. Kadar Air, Metode
Hot Plate AOCS, 1993
Analisis ini digunakan untuk mengukur kadar air MSM. Sampel sejumlah 5-20 gram ditimbang dan dimasukkan dalam gelas piala yang telah
26 dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian sampel dan gelas piala
dipanaskan di atas hot plate, sambil diaduk beberapa kali untuk menghindari sampel yang memercik, lalu gelas piala ditutup menggunakan gelas arloji.
Kondensasi dari uap air yang menempel pada gelas arloji mengindikasikan titik akhir dari analisis ini. Suhu sampel yang dipanaskan tidak boleh lebih
dari 130°C. Setelah mencapai titik akhir, sampel dipanaskan hingga titik awal terbentuknya asap tetapi jangan terlalu panas. Sampel didinginkan sampai
suhu ruang dalam desikator lalu timbang. Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Kadar air basis basah g100 g bahan basah = x 100
Kadar air basis kering g100 g bahan basah = x 100
Keterangan : W = bobot contoh sebelum dikeringkan g W1 = bobot contoh + gelas piala kering kosong g
W2 = bobot gelas piala kosong g
3. Kadar Air, Metode Oven AOAC, 1995
Sampel sejumlah 3-5 gram ditimbang dan dimasukkan dalam cawan yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya. Kemudian sampel dan cawan
dikeringkan dalam oven bersuhu 105°C selama 6 jam. Cawan didinginkan dan ditimbang, kemudian dikeringkan kembali sampai diperoleh bobot tetap.
Kadar air sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Kadar air basis basah g100 g bahan basah =
x 100 Kadar air basis kering g100 g bahan basah =
x 100 Keterangan : W = bobot contoh sebelum dikeringkan g
W1 = bobot contoh + cawan kering kosong g W2 = bobot cawan kosong g
4. Total Karoten, Metode Spektrofotometri PORIM, 2005
Sebanyak 0,1 gram sampel dilarutkan dengan heksana dalam labu ukur 25 ml sampai tanda tera, lalu dikocok hingga benar-benar homogen.
27 Selanjutnya absorbansi diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 446 nm. Kadar karoten mgkg dihitung dengan rumus: Karoten mgkg =
Keterangan : W = bobot sampel yang dianalisis g As = absorbansi sampel
5. Dextrose Equivalent DE
Nilai DE dalam persen diperoleh dari perbandingan kadar gula pereduksi dengan kadar total gula atau karbohidrat dalam sampel dikali 100.
Nilai DE = x 100
a. Persiapan Sampel
Sebanyak 1 g sampel dilarutkan dalam 100 ml etanol sedikit demi sedikit kemudian larutan sampel distirer dan disentrifus 4000 rpm selama
10 menit. Pati disaring dan dimasukkan ke dalam desikator selama semalam sampai kering. Pati dimortar dan diambil 40 mg, kemudian
ditambahkan 20 ml air dan diautoclave 1 jam suhu 105°C, lalu didinginkan pada suhu kamar. Setelah itu, pati disentrifuse dan diencerkan 40 kali.
b. Kadar Gula Pereduksi, Metode Park-Johnson Takeda
et al., 1993
Sampel sebanyak 1 ml ditambahkan 0.5 ml larutan buffer sodium karbonat-sodium hidrogen karbonat 4.8 g Na
2
CO
3
, 9.2 g NaHCO
3
dan 0.65 g KCN yang dilarutkan dalam aquades 1 L dan ditambahkan 0.5 ml
potasium fericianida 0.1 bv. Campuran larutan tersebut dipanaskan selama 15 menit dalam air mendidih dan didinginkan dalam air mengalir
selama 10 menit. Larutan tersebut ditambahkan 2.5 ml larutan feric ammonium sulfat 3 g NH
4
FeSO
3 4
2H
2
O di dalam 1 L larutan 50 mM H
2
SO
4
. Selanjutnya divorteks dan didiamkan selama 20 menit pada suhu ruang dan dibaca pada panjang gelombang 715 nm dengan menggunakan
spektrofotometer.
28 Pembuatan kurva standar dilakukan dengan cara sama seperti untuk
sampel tetapi sampel diganti dengan glukosa dengan konsentrasi 2, 4, 6, 8 dan 10 ppm.
c. Kadar Karbohidrat Total, Metode Fenol-Sulfat Dubois
et al., 1959
Sampel sebanyak 0.5 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Selanjutnya ditambahkan 0.5 ml fenol 5 dan divorteks. Sebanyak 2.5 ml
larutan H
2
SO
4
pekat ditambahkan dengan cara menuangkan secara tegak lurus permukaan larutan asam sulfat harus dikeluarkan dengan cepat dari
pipet, hati-hati karena reaksi panas. Kemudian larutan divorteks dan disimpan pada suhu kamar selama 20 menit. Sebelum diukur larutan
divorteks kembali, kemudian ukur pada panjang gelombang 490 nm dengan menggunakan spektrofotometer.
Pembuatan kurva standar dilakukan dengan cara sama seperti untuk sampel tetapi sampel diganti dengan glukosa dengan konsentrasi 20,
40, 60, 80, dan 100 ppm.
6. Kadar Minyak Tak Terkapsulkan, Metode Ekstraksi Shahidi dan
Wanasundara, 1997
Labu lemak dikeringkan dalam oven 105-110
o
C sampai benar-benar kering lalu didinginkan dalam desikator. Setelah dingin labu lemak ditimbang.
Sampel ditimbang dalam erlenmeyer sebanyak ± 1-3 gram berat kering. Sampel kemudian dicuci dengan menggunakan heksana sebanyak ± 20 ml
selama ± 1 menit. Sampel kemudian disaring menggunakan kertas saring ke dalam labu lemak yang telah diketahui beratnya Wl
1
. Pencucian diulang sampai 3 kali. Heksana yang ada dalam labu lemak didestilasi dan kemudian
dikeringkan dalam oven selama 1 jam. Labu lemak kemudian didinginkan dalam desikator. Setelah mencapai suhu ruang, labu lemak Wl
2
ditimbang. Adapun kadar lemak yang tidak terkapsulkan dihitung dengan rumus berikut :
Kadar lemak yang tidak terkapsulkan =
Wl2-Wl1 W
x 100
29 Keterangan : W = bobot minyak basis kering yang ditambahkan ke dalam
emulsi g
7. Kelarutan, Metode Gravimetri Fardiaz
et al., 1992
Pengukuran kelarutan dihitung berdasarkan pada persentase berat residu yang tidak dapat melalui kertas saring Whatman no.42 terhadap berat
contoh bahan yang digunakan. Sebanyak 1 gram bahan ditimbang lalu dilarutkan dalam 100 ml
aquades dan disaring dengan penyaring vakum. Kertas saring sebelum digunakan dikeringkan terlebih dahulu dengan oven 105°C sekitar 30 menit
lalu ditimbang. Setelah proses penyaringan, kertas saring beserta residu bahan dikeringkan kembali dalam oven 105°C kurang lebih tiga jam, lalu
didinginkan dalam desikator selama 15 menit lalu ditimbang. Kelarutan
= ,1 −
.
00123 00
4 x 100
Keterangan : a = berat contoh yang digunakan b = berat kertas saring kering
c = berat kertas saring + residu kering ka = kadar air contoh bb
8. Analisis Warna, Metode
Chromameter Hutching, 1999
Pengukuran warna dilakukan dengan menggunakan alat Chromameter CR-300 Konica Minolta Camera, Co. Japan 82281029. Prinsip pengukuran
warna menggunakan alat ini adalah pengukuran perbedaan warna melalui pantulan cahaya oleh permukaan sampel. Sampel diletakkan pada tempat
khusus, setelah menekan tombol start diperoleh nilai L, a dan b. ketiga parameter tersebut merupakan ciri notasi warna Hunter. Lingkaran warna
Hunter disajikan pada Gambar 9.
30
Gambar 9. Lingkaran warna Hunter Anonim, 2010
Notasi L berkisar antara 0 hitam hingga ± 100 putih. Notasi a
menyatakan warna kromatik campuran merah-hijau dangan nilai +a positif dari 0 sampai +100 untuk warna merah dan nilai –a negatif dari 0 sampai -80
untuk warna hijau. Notasi b menyatakan warna kromatik campuran biru- kuning dengan nilai +b positif dari 0 sampai +70 untuk warna kuning dan
nilai –b negatif dari 0 sampai –80 untuk warna biru. Pengukuran juga dilakukan terhadap nilai ºHue dan ∆E. Nilai ºHue menggambarkan kisaran
warna kromatis yang dapat dilihat pada Tabel 7. Nilai ∆E menggambarkan perubahan warna yang terjadi secara keseluruhan. Sebelum digunakan
chromameter harus dikalibrasi. Kalibrasi menggunakan plat putih dengan nilai Y = 92.89, x = 0.3178, dan y = 0.3338.
∆ E = [∆L
2
+∆a
2
+∆b
2
]
12
31
Tabel 7 . Nilai ºHue dan daerah kisaran warna kromatis
Nilai ºHue Daerah kisaran warna
18º – 54º Maka produk berwarna red R
54º – 90º Maka produk berwarna yellow red YR
90º – 126º Maka produk berwarna yellow Y
126º – 162º Maka produk berwarna yellow green YG
162º – 198º Maka produk berwarna green G
198º – 234º Maka produk berwarna blue green BG
234º – 270º Maka produk berwarna blue B
270º – 306º Maka produk berwarna blue purple BP
306º – 342º Maka produk berwarna purple P
342º - 18º Maka produk berwarna red purple RP
Sumber: Hutching 1999
D. RANCANGAN PERCOBAAN