Kelayakan Usaha TINJAUAN PUSTAKA

1. Payback Period PBP merupakan teknik penilaian terhadap jangka waktu periode pengembalian investasi suatu proyek atau usaha. PBP adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas Zubir, 2006. Metode ini sangat sederhana, sehingga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan utamanya adalah tidak memperhatikan aliran kas masuk setelah payback, sehingga metode ini umumnya hanya digunakan sebagai pendukung metode lainnya. 2. Net Present Value NPV atau nilai bersih sekarang merupakan perbandingan PV Present Value kas bersih dengan PV investasi selama umur investasi. Selisih antara PV tersebut disebut NPV Zubir, 2006. NPV merupakan perbedaan antara nilai sekarang present value dari manfaat dan biaya Pramudya, 2006. 3. Internal Rate of Return IRR merupakan alat untuk mengukur tingkat pengembalian hasil intern Kasmir Jakfar, 2007. IRR adalah salah satu metode untuk mengukur tingkat investasi. Tingkat investasi adalah suatu tingkat bunga dimana seluruh net cash flow setelah dikalikan discount factor atau setelah dikenakan present value sehingga nilainya sama dengan initial investment biaya investasi. 4. Profitability Index PI atau benefit and cost ratio BC ratio merupakan rasio aktivitas dari jumlah nlai sekarang penerimaan bersih dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi Kasmir Jakfar, 2007. 5. Break Event Point BEP atau titik impas adalah suatu keadaan dimana besarnya pendapatan sama dengan besarnya biayapengeluaran yang dilakukan oleh proyek, yang dapat dihitung dengan persamaan Pramudya, 2006. 2.10. Sikap dan Perilaku Konsumen Dalam kondisi persaingan yang sangat ketat, pelanggan dihadapkan pada banyak pilihan produk dengan berbagai pelayanan. Untuk itu pihak produsen perlu mengetahui seberapa besar kebutuhan, persepsi, preferensi dan keinginan pelanggan. Studi tentang perilaku konsumen akan menjadi dasar yang amat penting dalam manajemen pemasaran. Hasil dari kajiannya akan membantu para pemasar untuk : a. Merancang bauran pemasaran b. Menetapkan segmentasi c. Merumuskan positioning dan pembedaan produk d. Memformulasikan analisis lingkungan bisnisnya e. Menyusun strategi pemasaran. Menurut Setiadi 2003, memahami konsumen adalah unsur penting dalam pengembangan strategi pemasaran. Perilaku konsumen yang tidak dapat secara langsung dikendalikan oleh perusahaan perlu dicari informasinya semaksimal mungkin. Perilaku konsumen didefinisikan sebagai suatu tindakan yang langsung dalam mendapatkan, mengkonsumsi, serta menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses kepuasan yang mendahului dan menyusuli tindakan tersebut. Terdapat 2 dua faktor utama yang mempengaruhi perilaku konsumen, yaitu faktor sosial budaya yang terdiri dari kebudayaan, sosial, referensi serta keluarga. Faktor lain adalah faktor psikologis yang terdiri dari motivasi, persepsi, proses belajar, kepercayaan dan sikap. Sedangkan faktor-faktor kepuasan konsumen adalah mutu produk dan pelayanan, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan. Fakor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen menurut Setiadi 2003 adalah faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi umur, pekerjaan, ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri dan faktor psikologis. Perilaku konsumen merupakan suatu proses, dimana pembelian merupakan salah satu tahap dari beberapa tahap yang dilalui dalam proses tersebut. Ada banyak pengaruh yang mendasari proses pembelian tersebut, mulai dari motivasi internal hingga pengaruh eksternal. Motivasi dan perilaku tersebut dapat dimengerti melalui penelitian. Mempelajari perilaku konsumen dapat membantu para manajer mengambil keputusan, memberikan para peneliti pemasaran pengetahuan dasar ketika menganalisis konsumen, membantu pembuat keputusan dalam menciptakan hukum dan peraturan yang berhubungan dengan pembelian dan penjualan barang atau jasa dan membantu konsumen dalam pengambilan keputusan yang lebih baik Mowen Minor, 2006. Perusahaan harus dapat memahami perilaku konsumen agar dapat memenuhi harapan konsumen yang pada akhirnya pemasaran produk berjalan dengan baik . Dengan pemahaman tersebut, perusahaan dapat memperkirakan reaksi konsumen terhadap produk yang ditawarkan perusahaan, sehingga perusahaan dapat menerapkan strategi pemasaran yang tepat Sumarwan, 2003. Schiffman dan Kanuk 2004 mendefinisikan perilaku konsumen sebagai proses pencarian informasi mengenai suatu produk atau jasa pada saat pembelian, menggunakan dan mengkonsumsi serta mengevaluasi produk yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu usaha. Hal ini dikarenakan dengan memuaskan pelanggan, perusahaan dapat meningkatkan tingkat keuntungannya dan mendapatkan pangsa pasar yang lebih luas. Menurut Kotler 2000, kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang muncul setelah membandingkan antara persepsi atau kesannya terhadap kinerja hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Dalam banyak kasus, pelanggan yang puas belum tentu merupakan pelanggan loyal dan sebaliknya pelanggan yang kurang puas tidak otomatis menjadi pelanggan tidak loyal.

2.11. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Menurut Yuliani dan Sari 2009 yang meneliti dengan judul pengembangan produk jahe kering dalam berbagai jenis industri. Tujuan penelitian ini mengkaji berbagai usaha pengembangan produk jahe kering sebagai usaha pemanfaatan jahe untuk bahan baku industri. Jahe termasuk salah satu komoditas rempah dan obat yang juga merupakan tanaman prioritas dalam temu- temuan. Penggunaan jahe sangat sesuai untuk berbagai macam olahan, karena selain mempunyai rasa dan aroma yang enak dan khas, juga memiliki fungsi sebagai obat, yaitu memperbaiki pencernaan, menambah nafsu makan, memperkuat lambung dan mencegah infeksi. Sebelum diolah lebih lanjut saat disimpan, jahe segar memiliki beberapa kerugian seperti memerlukan banyak tempat bulky, mutu dan flavour bervariasi tergantung pada umur, selama penyimpanan memungkinkan kehilangan minyak atsiri atau komponen lainnya. Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai bentuk produk antara maupun produk jadi sangat menguntungkan dan belum jenuh, disebabkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dengan demikian memberikan peluang untuk dikembangkan secara serius oleh petani, industri makanan dan minuman juga industri farmasi. Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran untuk produk antara , yaitu jahe kering simplisia, bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe dan mikrokapsul oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh industri makanan dan minuman diantaranya bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe, anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi, jahe banyak digunakan untuk obat dalam oral seperti obat batuk dalam bentuk sirup komix, OBH jahe, bentuk tabletkapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo dan lain-lain. Adriantantri 2008 meneliti dengan judul Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Produksi Guna Meminimunkan Jarak dan Biaya Material Handling Menggunakan Aplikasi Quantitative System Version 3.0 pada PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan. Tata letak pabrik atau fasilitas produksi merupakan pengaturan untuk menetapkan letak fasilitas dengan mempertimbangkan aliran pemindahan bahan, luas area dan sebagainya. Hasil pengamatan langsung di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan menunjukkan kurang tepatnya penempatan fasilitas produksi dan aliran bahan sehingga menyebabkan total jarak material handling menjadi panjang dan akhirnya menyebabkan total biaya material handling menjadi mahal. Perbaikan tata letak fasilitas produksi dilakukan dengan program Quantitative System Version 3.0 yang digunakan untuk mendukung pengambilan keputusan di dalam manajemen operasi. Untuk subyek tata letak Facility Layout digunakan metode CRAFT Computerized Relative Allocation of Facilities Technique. Hal ini dilakukan untuk memperoleh layout baru dengan total jarak perpindahan bahan yang lebih pendek sehingga total biaya material handling dapat dikurangi. Hasil analisa dan perancangan ulang tata letak fasilitas produksi ialah layout baru dengan model jarak Rectilinear Distance, yaitu jarak tempuh perpindahan bahan yang semula 6.108m menjadi 5.176,8m atau mengalami penghematan 15,2 dari layout sebelumnya, sedangkan untuk biaya semula Rp.515.270,88 menjadi Rp.436.714,84 atau mengalami penghematan 15,2. Dengan demikian, layout model Rectilinear Distance diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi perusahaan untuk menata ulang letak fasilitas produksi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan.