atsiri atau komponen lainnya. Pengembangan produk jahe kering dalam berbagai bentuk produk antara maupun produk jadi sangat menguntungkan dan belum
jenuh, disebabkan karena permintaan pasar yang cukup tinggi baik di dalam maupun di luar negeri dengan demikian memberikan peluang untuk
dikembangkan secara serius oleh petani, industri makanan dan minuman juga industri farmasi.
Produk olahan jahe telah banyak beredar di pasaran untuk produk antara , yaitu jahe kering simplisia, bubuk, minyak jahe, oleoresin jahe dan mikrokapsul
oleoresin jahe, sedangkan untuk produk jadi yang diusahakan oleh industri makanan dan minuman diantaranya bumbu masak instan, pikel atau asinan jahe,
anggur, sirup, permen jahe, wedang dan serbat jahe. Dalam industri farmasi, jahe banyak digunakan untuk obat dalam oral seperti obat batuk dalam bentuk sirup
komix, OBH jahe, bentuk tabletkapsul zinaxin rapid untuk obat rematik dan untuk obat luar minyak jahe digunakan dalam bentuk balsam, parem kocok, koyo
dan lain-lain.
Adriantantri 2008 meneliti dengan judul Perancangan Ulang Tata Letak
Fasilitas Produksi Guna Meminimunkan Jarak dan Biaya Material Handling Menggunakan Aplikasi Quantitative System Version 3.0 pada PT. Industri
Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan. Tata letak pabrik atau fasilitas produksi merupakan pengaturan untuk menetapkan letak fasilitas dengan
mempertimbangkan aliran pemindahan bahan, luas area dan sebagainya. Hasil pengamatan langsung di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati
Pasuruan menunjukkan kurang tepatnya penempatan fasilitas produksi dan aliran bahan sehingga menyebabkan total jarak material handling menjadi panjang dan
akhirnya menyebabkan total biaya material handling menjadi mahal.
Perbaikan tata letak fasilitas produksi dilakukan dengan program Quantitative System Version 3.0 yang digunakan untuk mendukung pengambilan
keputusan di dalam manajemen operasi. Untuk subyek tata letak Facility Layout digunakan metode CRAFT Computerized Relative Allocation of Facilities
Technique. Hal ini dilakukan untuk memperoleh layout baru dengan total jarak perpindahan bahan yang lebih pendek sehingga total biaya material handling
dapat dikurangi.
Hasil analisa dan perancangan ulang tata letak fasilitas produksi ialah layout baru dengan model jarak Rectilinear Distance, yaitu jarak tempuh
perpindahan bahan yang semula 6.108m menjadi 5.176,8m atau mengalami penghematan 15,2 dari layout sebelumnya, sedangkan untuk biaya semula
Rp.515.270,88 menjadi Rp.436.714,84 atau mengalami penghematan 15,2. Dengan demikian, layout model Rectilinear Distance diharapkan dapat digunakan
sebagai pertimbangan bagi perusahaan untuk menata ulang letak fasilitas produksi di PT. Industri Sandang Nusantara Unit Patal Grati Pasuruan.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Kerangka Pemikiran Kajian
Jahe olahan merupakan hasil pencampuran jahe cair dari pemasakan dan bahan tambahan-tambahan lainnya. Rempah Jahe secara tradisional sudah
dimanfaatkan secara luas seperti mencegah masuk angin, rematik, mencegah mabuk kendaraan dan lain sebagainya. Penambahan bahan tambahan merupakan
bahan yang umum digunakan untuk jamu yang berkhasiat, hasil produk olahan dapat langsung dinikmati pada pagi, siang maupun malam diberbagai suasana.
Perencanaan pengembangan industri produk olahan jahe ini akan menghadapi berbagai persoalan seperti ketersediaan pasokan bahan baku,
kuantitas bahan baku, kontinuitas, investor, pasar, stabilitas harga dan lain-lain. Selain itu, dampak negatif dari pengolahan yang berupa pencemaran lingkungan
dalam jangka panjang akan mengancam kelangsungan dari industri yang bersangkutan sehinggan perlu penangan serius. Informasi yang berguna untuk
pengembangan ini masih banyak dibutuhkan termasuk dalam pemanfaatan teknologi tepat guna dan cara-cara pengolahan limbahnya.
Kebutuhan investasi dalam pendirian industri produk pangan, yaitu besar kecilnya investasi disesuaikan dengan kapasitas produksinya. Untuk keberhasilan
pendirian industri ini dimulai dengan mengetahui dan memahami faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan pendiriannya. Dalam hal ini, perlukan
langkah-langkah seperti menganalisis dan meramal kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi masa mendatang setelah adanya kegiatan industri.
Industri kecil olahan jahe blended Hijau Daun merupakan salah satu usaha milik Bapak Agus Isro’ yang baru berdiri 2 dua tahun lalu berlokasi di Komplek
Griya Alam Sentul Blok A1 No. 3, Sentul Kabupaten Bogor, usaha ini menarik untuk dikaji mengingat baru berdiri dan memerlukan masukan strategi
pengembangan usaha sehingga dapat meraih pangsa pasar yang lebih luas. Untuk mengetahui resiko kegagalan dalam pengambilan keputusan pendirian industri
produk olahan jahe, dalam analisis kelayakan industri tersebut. Aspek-aspek yang berpengaruh terhadap pendirian industri produk olahan jahe adalah aspek pasar
dan pemasaran, analisis teknis dan teknologis, serta analisis manajemen operasional. Teknik yang dilakukan dalam analisis teknoekonomi industri produk
olahan jahe dengan melakukan studi pustaka sekaligus mempelajari deskripsi produk dan industri jahe olahan. Kemudian dilanjutkan dengan pengumpulan data
dan informasi. Setelah data dan informasi yang dibutuhkan sudah mencukupi, kemudian dilakukan tabulasi data dan analisis pada setiap aspek. Data dan
informasi yang sudah dianalisis disusun dalam bentuk laporan lengkap. Alir kerangka pemikiran kajian disajikan pada Gambar 1.
3.2. Lokasi dan Waktu
Kajian dilaksanakan pada usaha kecil CV Hijau Daun Grup di Griya Alam Sentul Blok A1 No.3, Sentul - Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi
dipilih secara sengaja purposive dengan pertimbangan bahwa CV Hijau Daun Grup ini merupakan salah satu industri kecil yang bergerak di bidang olahan jahe
dan memiliki kemampuan untuk menjadi industri menengah. Tugas akhir ini dilakukan selama empat bulan, mulai bulan September
– Desember 2012.
Gambar 1. Alir kerangka pemikiran kajian
3.3. Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung observasi, diskusi dan wawancara
dengan pemilik, pegawai dan konsumen yang telah mengkonsumsi jahe blended. Data primer yang dikumpulkan meliputi identitas responden, persepsi dan faktor-
faktor dalam pengambilan keputusan pembelian jahe blended.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen yang terkait dengan kajian neraca dan laporan rugi laba, serta catatan tentang aspek produksi,
pemasaran dan strategi pemasaran, peralatan dan sarana prasarana pengolahan jahe blended, makalah-makalah seminar dan data-data statistik dari instansi-
instansi terkait seperti Badan Pusat Statistik BPS, Departemen Pertanian dan Perkebunan. Data primer kuantitatif yang diperlukan dalam menganalisis
kelayakan investasi dapat dilihat pada Tabel 4. Produksi Jahe
Perencanaan pengembangan industri
produk olahan jahe
Penentuan kapasitas produksi
Pemilihan teknologi proses, mesin dan
peralatan
Perancangan tata letak
Metode AR Chart
Studi Kelayakan