Analisis Finansial Pengelolaan Limbah Cair

10 20 30 40 50 60 70 Jan 3 A pr 3 Ju l0 3 Okt 03 Ja n 04 A pr 4 Ju l0 4 Okt 04 Ja n 05 Ap r0 5 Ju l0 5 Okt05 Ja n 06 A pr 6 Ju l0 6 Okt06 Ja n 07 Ap r0 7 Ju l0 7 Okt07 Ja n 08 A pr 08 Jul 08 Tahun 2003 - 2008 Nilai T o tal Amoniak mgl IPAL STP EFLUEN STANDAR IMPLEMENTASI AMDAL BML Gambar 46 Pengaruh limbah cair IPAL, STP-ELCAT terhadap efluen pada parameter total amoniak Tabel 10 Hasil monitoring sungai Cisadane tahun 2005 - 2006 No Parameter Satuan Tahun 2005 Tahun 2006 BML Jan Jun Jan Up Down Up Down Up Down 1 BOD mgl - - 1,5 3,3 1,3 2 2 2 COD mgl - - 8,4 12,6 8,1 12 10 3 TDS mgl 66 65 52 76 57 64 1000 4 Minyak dan Lemak mgl - - 0,2 0,2 0,2 0,2 1 5 pH 7,38 7,12 7,02 7,12 8,65 8,85 6 - 9 6 Amoniak Bebas mgl - - 0,04 0,01 0,48 0,17 0,5 Sumber : PT TIFICO

5.2 Analisis Finansial Pengelolaan Limbah Cair

Prinsip hirarki pengelolaan limbah adalah suatu prinsip yang memberikan pedoman tentang tahapan-tahapan dalam pengelolaan limbah mulai dari yang lebih prioritas hingga yang tidak prioritas Aminudin, 2008. Penerapan prinsip hirarki limbah yang konsisten dapat mengurangi jumlah limbah sehingga bisa menekan biaya pengolahan limbah dan juga dapat meningkatkan kemanfaatan bahan baku yang pada gilirannya dapat mengurangi kecepatan pengurasan sumber daya alam. Bagi perusahaan dan masyarakat, penerapan prinsip hirarki pengelolaan limbah dapat berarti efisiensi biaya dan keuntungan secara ekonomi. Tabel 11 Hasil monitoring Sungai Cisadane tahun 2007 - 2008 No Parameter Satuan Tahun 2007 Tahun 2008 BML Jun Jan Jun Up Down Up Down Up Down 1 BOD mgl 2,6 3,6 4 5 4 3 2 2 COD mgl 15,8 21,8 13 18 7 6 10 3 TDS mgl 64 79 53 55 57 52 1000 4 Minyak dan Lemak mgl 0,2 0,2 0,2 0,2 - 0,2 1 5 pH 7,32 6 5,88 6,01 7,77 7,7 6 - 9 6 Amoniak Bebas mgl 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 0,5 Sumber : PT TIFICO Oleh karena itu PT TIFICO telah melaksanakan pengelolaan limbah cair sebagai upaya industri agar kualitas limbah cair memenuhi baku mutu yang dipersyaratkan sebelum dialirkan ke Sungai Cisadane. Upaya –upaya yang dapat dilakukan oleh suatu industri dapat berupa pencegahan atau pengolahan limbah cair, karena biaya yang dibutuhkan untuk pengolahan akan lebih besar dibandingkan dengan upaya pencegahan. Upaya pencegahan dapat dilaksanakan sebagai berikut : - penggunaan bahan baku atau penolong yang berlebihan - ceceran bahan kimia - kebocoran pada pipa-pipa limbah cair menuju ke IPALELCAT - cara penyimpanan B3 atau limbah B3 yang tidak memenuhi persyaratan sehingga bila terjadi hujan akan terbawa air hujan menuju air permukaan. Upaya –upaya tersebut merupakan salah satu proses produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat preventif dan terpadu yang perlu diterapkan terus menerus pada proses produksi dan praproduksi, sehingga mengurangi risiko terhadap manusia dan lingkungan Hidayatulllah et al. 2005 Pada penelitian ini tidak dilakukan pembahasan atau mengidentifikasi pencegahan dampak untuk menghasilkannya limbah cair, akan tetapi akan mengulas perihal minimisasi limbah cair. Program minimisasi limbah adalah program bertujuan untuk mengurangi limbah yang harus diolah di tempat pengolahan limbah maupun yang dibuang ke lingkungan,dengan mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh suatu proses produksi dengan cara melakukan reduksi pada sumbernya, dan atau memanfaatkannya kembali Rochaeni dan Pradiko, 2004 Oleh karena itu dengan berkurangnya limbah cair yang harus diolah maka akan mengurangi juga biaya operasional dari IPAL maupun ELCAT. Upaya-upaya yang dilakukan untuk meminimisasi limbah cair adalah sebagai berikut : - pengurangan jumlah bahan baku dan penolong atau mengurangi sumbernya reduce. - melaksanakan penggunaan kembali air limbah untuk proses produksi reuse - mendaur ulang limbah cair untuk kegiatan proses produksi recycling Upaya-upaya tersebut diatas merupakan salah satu cara untuk mengurangi volume limbah cair dari proses produksi. Upaya yang telah dilaksanakan oleh PT TIFICO dalam rangka untuk mengurangi volume limbah cair yaitu dengan cara menggunakan kembali limbah cair untuk proses produksi terutama limbah cair dari cooling water yang masih layak untuk digunakan untuk proses produksi. Limbah cair dari cooling water ini dialirkan ke Water Treatment Plan WTP untuk diolah sebelum digunakan untuk kegiatan proses produksi PT TIFICO bersamaan dengan air yang diambil dari Sungai Cisadane. Sedangkan limbah cair yang telah terkontaminasi atau tidak dapat dimanfaatkan kembali akan dialirkan ke : - Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL yang telah dimiliki oleh PT TIFICO sejak tahun 1992 dengan biaya investasi sebesar ± Rp 1 500 000 000 dengan umur alat selama 17 tahun. - ELCAT merupakan pengolahan limbah cair yang dibangun pada akhir tahun 2006 dengan biaya investasi sebesar Rp. 6 145 075 000,- umur alat 17 tahun . ELCAT ini menggantikan pengolahan limbah cair yang terdahulu yaitu Sludge Treatment Plan STP yang telah ada sejak tahun 1992. Proses STP tersebut sudah tidak efektif lagi karena kualitas limbah cair di outlet masih terdapat beberapa parameter yang melebihi BML yang dipersyaratkan. Berdasarkan Gambar 22 neraca air proses produksi PT TIFICO menunjukkant bahwa air limbah yang dimanfaatkan kembali adalah sejumlah 8 018 m 3 hari yang dialirkan ke WTP untuk diolah bersama-sama dengan air Sungai Cisadane sejumlah 9.002 m 3 hari. Sedangkan kalau ditinjau dari kualitas limbah cair untuk parameter Total Suspended Solid TSS dari cooling tower dibandingkan dengan parameter TSS kualitas Sungai Cisadane lebih kecil parameter TSS pada limbah cair cooling tower. Berdasarkan hal tersebut maka dengan pemakaian ulang atau reuse limbah cair cooling tower tersebut akan mengurangi pemakaian bahan kimia PAC pada proses di WTP dibandingkan kalau WTP tersebut akan mengolah secara keseluruhan dari Sungai Cisadane. Pada hasil studi AMDAL yang pernah dilaksanakan oleh kegiatan di sekitar PT TIFICO menunjukkan bahwa parameter TSS di Sungai Cisadane menunjukkan nilai diatas 100 mgl sedangkan hasil parameter TSS limbah cair PT TIFICO antara 4 -50 mgl sehingga terlihat bahwa hampir 2 kali lebih besar parameter TSS limbah cair Sungai Cisadane dibandingkan dengan parameter TSS PT TIFICO. Oleh karena itu dengan dimanfaatkannya kembali limbah cair cooling tower PT TIFICO untuk proses produksi akan terjadi penghematan penggunaan bahan chemical pada kegiatan penjernihan air di WTP. Kajian manfaat biaya lingkungan berperan penting dalam memberikan gambaran dan argumen yang kuat tentang beberapa besar manfaat yang diperoleh dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan, serta berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai manfaat nyata tersebut pay back period. Hasil analisis dari kegiatan minimisasi limbah yang telah diidentifikasi dengan menggunakan neraca air pada seluruh kegiatan produksi PT TIFICO, maka dapat diketahui besarnya efisiensi yang diperoleh pabrik PT TIFICO secara finansial yang ditunjukkan pada Tabel 12 dan cost atau biaya Tabel 13 yang dikeluarkan perusahaan untuk menerapkan kegiatan minimisasi limbah yaitu mengurangi limbah cair yang akan dikeluarkan ke badan penerima limbah atau Sungai Cisadane. Tabel 12 Benefit kegiatan minimisasi limbah secara finansial No Uraian Jumlah limbah m 3 hari Harga Rpm 3 Keuntungan Rphari 1 Limbah cair yg dimanfaatkan kembali 8 018 139 1 114 502 2 Pengurangan limbah cair 8 018 25 200 450 3 Penghematan PAC 8 018 800 6 414 400 4 Penghematan NaOH 8 018 175 1 403 150 5 Penghematan urea pada bak aerasi 95 4 500 427 500 Total 9 560 002 Keterangan : Biaya retribusi pengambilan air dari Sungai Cisadane Biaya retribusi pembuangan limbah cair ke Sungai Cisadane Dengan analisis benefit cost ratio, semua biaya yang terjadi selama umur ekonomis dari IPAL atau STP-ELCAT dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, yaitu terhindarnya kerusakan lingkungan. Jika diperbandingkan antara seluruh manfaat yang diperoleh dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan, nilai sekarang lebih dari atau sama dengan satu maka proyek pembangunan IPAL disebut layak, dan sebaliknya Hendartomo, 2002. Efisiensi dari minimisasi limbah yang telah diterapkan PT TIFICO dapat diketahui dari nilai benefit cost ratio. Hasil dari kegiatan minimisasi limbah untuk mengurangi jumlah limbah cair yang dibuang ke Sungai Cisadane dinilai efisen apabila perbandingan benefit dengan cost lebih besar dari satu BC 1. Bila benefit cost rationya lebih kecil dari satu maka kegiatan yang dilakukan dinilai tidak layak. Efisiensi secara finasial dari kegiatan minimisasi limbah secara keseluruhan dari kegiatan proses produksi adalah sebesar Rp. 9 560 002 per hari, sedangkan biaya yang dikeluarkan pabrik untuk kegiatan minimisasi limbah secara total adalah sebesar Rp 6 636 190,- per hari. Dari hasil minimisasi limbah yang telah dilakukan oleh PT TIFICO diperoleh hasil benefit cost ratio adalah sebesar 1,4. Tabel 13 Biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan minimisasi limbah No Uraian Jumlah alat Harga Rp Biaya Rphari 1 Investasi IPAL 1 unit 1 500 000 000 245 098 2 ELCAT 1 unit 6 145 075 000 1 004 097 3 Biaya operasi - IPAL 4 185 081 Biayaoperasi - ELCAT 1 201 914 Total 6 636 190 Keterangan : umur peralatan adalah 17 tahun Berdasarkan hasil benefit ratio 1 maka kegiatan minimisasi limbah cair PT. TIFICO dapat dikategorikan menguntungkan atau efisiensi. Minimisasi limbah yang telah dilakukan pada kegiatan proses produksi PT TIFICO adalah menggunakan kembali limbah cair dari cooling water untuk proses produksi sehingga dengan adanya pemanfaatan kembali limbah cair tersebut akan mengurangi biaya retribusi pengambilan air dari Sungai Cisadane. Selain itu terdapat pengurangan biaya retribusi pembuangan limbah cair ke Sungai Cisadane karena berkurangnya limbah cair yang dihasilkan untuk dibuang ke Sungai Cisadane. Berkurangnya limbah cair yang dibuang ke Sungai Cisadane maka dapat mengurangi beban pencemaran di Sungai Cisadane. Secara umum nilai efisiensi yang dihasilkan dari kegiatan minimisasi limbah PT TIFICO dengan benefit cost 1 membuktikan bahwa pengurangan limbah cair pada cooling water memiliki nilai ekonomi dan memberikan keuntungan secara finasial. Akan tetapi bila ditinjau dari neraca air, kegiatan minimisasi PT TIFICO pada saat ini masih dapat ditingkatkan lagi karena masih terdapat limbah cair dari kegiatan cooling water sejumlah 5 835 m 3 hari yang dialirkan ke Sungai Cisadane. Ditinjau kualitas limbah cair cooling water tersebut masih bisa dimanfaatkan kembali untuk kegiatan proses produksi. Apabila pemanfaatan air limbah cooling water tersebut dapat dimaksimalkan atau ditingkatkan menjadi 11 000 m 3 hari maka akan mengurangi limbah cair yang dialirkan ke Sungai Cisadane sebesar 2 982 m 3 hari. Selain memberikan keuntungan secara finansial, reuse juga akan mengurangi beban pencemaran terhadap kualitas Sungai Cisadane serta mengurangi pengambilan air dari Sungai Cisadane. Keuntungan finasial dengan pemanfaatan limbah cair sejumlah 11 000 m 3 hari dapat ditunjukkan pada Tabel 14. Tabel 14 Benefit peningkatan kegiatan minimisasi limbah secara finansial No Uraian Jumlah limbah m 3 hari Harga Rpm 3 Keuntungan Rphari 1 Limbah cair yg dimanfaatkan kembali 11 000 139 1 529 000 2 Pengurangan limbah cair 11 000 25 275 000 3 Penghematan PAC 11 000 800 8 800 000 4 Penghematan NaOH 11 000 175 1 925 000 5 Penghematan urea pada bak aerasi 95 4 500 427 500 Total 12 956 500 Keterangan : Biaya retribusi pengambilan air dari Sungai Cisadane Biaya retribusi pembuangan limbah cair ke Sungai Cisadane Efisiensi secara finasial dari peningkatan pemanfaatan ulang limbah cair menjadi 11 000 m 3 hari adalah sebesar Rp. 12 956 500 per hari, sedangkan biaya yang dikeluarkan pabrik untuk kegiatan minimisasi limbah secara total adalah sebesar Rp 6 636 190,- per hari. Benefit cost ratio yang diperoleh PT TIFICO dengan meningkatkan pemanfaatan limbah cair pada kegiatan minimisasi limbah tersebut adalah sebesar 1,9. Dengan demikian kegiatan minimisasi limbah apabila ditingkatkannya reuse menjadi 11 000 m3hari maka sangat layak atau menguntungkan dibandingkan dengan reuse yang telah dilakukan PT TIFICO saat ini. Keuntungan finasial dari pemanfaatan kembali limbah cair untuk kegiatan proses produksi adalah sebesar Rp. 1 314 952,- per hari. Bila dibandingkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan oleh PT TIFICO untuk pembangunan IPAL dan ELCAT adalah sebesar Rp 7 645 075 000,-.Jika dihitung nilai keuntungan finansial dari minimisasi limbah dengan biaya investasi alat yang dikeluarkan oleh PT TIFICO, akan berimbang dengan nilai efisiensi selama 5.814 hari produksi atau selama lebih kurang 16 tahun. Menurut Sjarief, 2002 dalam penggunaan air, setiap orangbadan usaha berupaya menggunakan air secara daur ulang dan menggunakan kembali air. Apabila penggunaan air ternyata menimbulkan kerusakan pada sumber air, yang bersangkutan wajib mengganti kerugian. Oleh karena itu semakin sedikit limbah cair yang akan dibuang ke Sungai Cisdaane semakin mengurangi beban pencemaran pada Sungai Cisadane. Sehingga upaya untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan dapat terlaksana dengan baik.

5.3 Kinerja Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Persepsi Karyawan, Instansi Terkait dan Masyarakat