7 Dyeing dan cleaning chemical Kegiatan
dyeing adalah kegiatan pengetesan produk sebelum dijual atau diolah lebih lanjut. Pada proses ini menghasilkan limbah cair sebesar 2 m3hari yang
diolah di ELCAT. Sedangkan proses cleaning chemical pada kegiatan pack ex proses pada pencucian pack filament yarn menghasilkan limbah cair sebesar 1
m
3
hari yang dialirkan ke ELCAT untuk diolah. Neraca air total proses produksi PT TIFICO ditunjukkan pada Gambar 22.
Tabel 8 Neraca air total proses produksi PT TIFICO
No Keterangan
Input m
3
hari Output m
3
hari Limbah Cair
Menguap Reuse
A Input
Sungai 9 002
- -
- Reuse
8 018 -
- -
B Output -
- -
- Limbah Cair
- 6 923
- -
Sludge -
3 -
- Menguap
- -
2 076
Reuse - -
- 8 018
C Total Input
17 020 -
- -
Total output
- 17 022
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa dari proses produksi PT TIFICO secara keseluruhan terdapat sebesar 8 018 m
3
hari yang akan dimanfaatkan kembali reuse sebagai air proses sedangkan 6 923 m
3
hari yang dialirkan ke Sungai Cisadane sebagai limbah cair sedangkan sebesar 2 076 m
3
hari menguap dan 3 m
3
hari sebagai sludge dikelola dan dibawa ke incenerator untuk dibakar.
5.1.2 Studi Kecenderungan Perubahan Kualitas Limbah Cair
Pada studi kecenderungan ini dilaksanakan untuk mengetahui kualitas limbah cair PT TIFICO setelah dilakukannya pengelolaan limbah cairnya sebelum dialirkan
ke Badan penerima limbah yaitu Sungai Cisadane. Pada subbab 5.1.1 telah tertuang bahwa limbah cair dari PT TIFICO berasal atas :
proses polimerisasi yang diolah dengan IPAL
Neraca 22
proses stable fiber cooling water , monosto dan dyeing dan filtrat IPAL diolah pada STP sampai dengan akhir tahun 2006, sedangkan awal tahun 2007 STP
tersebut diganti dengan ELCAT supaya kualitas limbah cairnya dapat memenuhi BML yang dipersyaratkan.
cooling water seluruh kegiatan proses produksi dialirkan langsung ke draianse menuju Sungai Cisadane terpisah dengan saluran drainase untuk limbah cair dari
IPAL dan STP-ELCAT. Limbah cair yang berasal dari IPAL dan STP-ELCAT akan menjadi satu pada saluran
drainase menuju ke Sungai Cisadane. PT TIFICO telah melakukan monitoring dalam rangka implementasi
pengelolaan terhadap lingkungan.baik kualitas udara maupun kualitas air. Dalam penelitian ini dibatasi untuk mengetahui kualitas air yaitu kualitas limbah cair PT
TIFICO sebelum dialirkan ke Sungai Cisadane. Pelaksanaan monitoring kualitas air PT TIFICO ini selain dalam rangka
implementasi UKLUPL maupun RKLRPL juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui kinerja operasional pengolahan limbah cair PT TIFICO yaitu kinerja dari
IPAL dan STP - ELCAT. Efektif atau tidaknya pengolahan limbah cair PT TIFICO ditinjau dari kinerja pengolahan limbah cair. Kinerja yang baik ditunjukkan dari hasil
kualitas limbah cair PT TIFICO yang telah memenuhi BML yang dipersyaratkan. Baku mutu lingkungan yang ditetapkan untuk mengetahui efektifitas
pengelolaan kualitas air adalah baku mutu limbah cair dan baku mutu sungai . Baku mutu limbah cair berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 tahun
1995 tentang Baku Mutu Limbah cair bagi kegiatan industri. Baku mutu ini merupakan baku mutu limbah cair yang diijinkan untuk dapat dibuang ke lingkungan.
Akan tetapi kualitas limbah cair yang telah diolah PT TIFICO juga akan dibandingkan dengan baku mutu limbah cair dari EPA, 2003, European
Commissison, 2003 dan Japan. Hal ini untuk mengetahui tingkat kinerja pengelolaan limbah cair PT TIFICO.
Sedangkan baku mutu sungai menggunakan Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas air dan Pengendalian Pencemaran Air
adalah batasan yang diperbolehkan terhadap kualitas sungai .
5.1.2.1 Kualitas Limbah Cair dari IPAL
Pada penelitian ini yang akan ditampilkan untuk kualitas limbah cair terdiri dari 6 parameter yaitu BOD, COD, TSS, pH, minyak lemak dan Amoniak. Hal ini
karena dalam kajian AMDAL yang telah direkomendasi menunjukkan bahwa ke 6 parameter tersebut yang melebihi BML, sedangkan parameter fenol, sulfida dan
total Crom menunjukkan hasil monitoring tahun 2003 sampai pertengahan 2008 yang masih dibawah BML yang dipersyaratkan.
Monitoring kualitas limbah cair outlet dari IPAL PT TIFICO pada penelitian ini dimulai pada awal tahun 2003 karena kelengkapan data monitoring dimulai dari
tahun tersebut.
a BOD
Berdasarkan hasil monitoring periode tahun 2003 sampai dengan pertengahan tahun 2008, menunjukkan bahwa nilai BOD berkisar antara 5,5 – 57 mgl dimana
seluruh hasil analisis masih memenuhi BML yang dipersyaratkan yaitu 60 mgl, baik sebelum penyusunan AMDAL sampai dengan setelah penyusunan AMDAL pada
tahun 2006. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 30 mgl ,US-EPA adalah 8,7 mgl dan
BML dari Jepang adalah 160 mgl. Hasil analisis kecenderungan trend analysis untuk kualitas BOD yang
dihasilkan oleh IPAL PT TIFICO pola kecenderungan makin meningkat. Ditinjau dari f sign adalah 0,00 masih di bawah 0,05 sedangkan kalau ditinjau dari F hitung
adalah 46,39 F tabel 4 maka nilainya signifikan. Dengan demikian pengolahan limbah cair melalui IPAL masih belum efektif, walaupun berdasarkan hasil
monitoring hasil analisis nilai BOD tersebut masih dibawah BML yang dipersyaratkan. Akan tetapi berdasarkan pola kecenderungan tersebut ada
kemungkinan terjadinya peningkatan kadar BOD sehingga bisa melebih BML yang dipersyartakan apabila kinerja dari IPAL tersebut tidak ditingkatkan . Dengan
ditingkatkannya kinerja IPAL maka akan memberikan dampak positif dengan mempertahankan kualitas limbah cair memenuhi BML yang dipersyaratkan.
Kecenderungan kualitas limbah cair parameter BOD di IPAL ditunjukkan pada Gambar 23.
Kecenderungan makin meningkatnya parameter BOD pada pengolahan limbah cair di IPAL ini diprakirakan karena proses aerasi tidak berjalan secara
sempurna karena penggantian nutrisi tri super phospat TSP kadar 36 dengan tri super phospat TSP kadar 18 pada akhir 2007, sehingga bakteri yang berfungsi
untuk menurunkan parameter BOD tidak berfungsi secara normal karena bermunculannya bakteri lain yang bersifat kanibal. Menurut Sutapa 1999 bahwa
pertumbuhan populasi bakteri mempengaruhi efisiensi penurunan parameter BOD- COD. Oleh karena itu nilai parameter BOD pada outlet tidak sempurna penurunannya
karena adanya pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan sehingga pola kecenderungannya masih meningkat pada parameter BOD di outletnya.
Kualitas parameter BOD di IPAL menunjukkan penurunan kualitas dengan adanya peningkatan kadar BOD setelah adanya penggantian nutrisi TSP, dimana
hasilnya menunjukkan nilai diatas 30 mgl. Apabila dibandingkan dengan BML BOD Uni Eropa 30 mgl sebelum terjadinya penggantian nutrisi bakteri , kualitas air
limbah olahan dari IPAL PT TIFICO masih memenuhi BML BOD Uni Eropa. Akan tetapi bila dibandingkan dengan BML BOD US-EPA 8,7 mgl maka nilai BOD –
IPAL PT TIFICO masih sangat jauh untuk memenuhi BML US-EPA. Sedangkan dibandingkan dengan BML Jepang menunjukkan nilai yang masih memenuhi BML.
Dengan demikian penggantian nutrisi TSP 36 menjadi TSP 18 mengakibatkan penurunan terhadap kinerja IPAL PT TIFICO.
b COD
Bedasarkan hasil monitoring terlihat bahwa nilai COD berkisar antara 9,2 – 141 mgl dimana hasil analisisinya menunjukkan dibawah BML yang dipersyaratkan
yaitu 150 mgl dan tidak terlihat adanya perbedaan antara sebelum memiliki AMDAL dengan setelah memilki studi AMDAL. BML yang digunakan adalah Kepmen LH
No. 51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 160 mgl, US-EPA adalah 115,5 mgl dan BML Jepang adalah 160 mgl.
10 20
30 40
50 60
70
Jan 3
Apr 03
Jul 03
O kt
3 Jan
04 Apr
04 Jul
04 Ok
t0 4
Jan 05
Apr 5
Jul 05
O kt
5 Jan
6 Apr
06 Jul
06 O
kt 6
Jan 07
Apr 07
Jul 07
Ok t0
7 Jan
08 Apr
8 Jul
08
N ila
i B O
D m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL BML
Gambar 23 Kecenderungan nilai BOD dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil proses IPAL.
Hasil monitoring limbah cair dari IPAL untuk parameter COD dari tahun 2003 sampai dengan pertengahan 2008 menunjukkan bahwa nilainya masih
memenuhi BML yang dipersyaratkan , akan tetapi bila ditinjau dari hasil analisis kecenderungan trend Analysis untuk parameter COD pola kecenderungannya
makin meningkat dan ditinjau dari f sign adalah 0,000 dan masih dibawah 0,05 atau F Hitung 30,30 F Tabel adalah 4 sehingga peningkatan parameter COD nilainya
signifikan. Adanya peningkatan parameter COD yang signifikan maka hal ini
menunjukkan bahwa pengolahan IPAL di PT TIFICO masih belum efektif, meskipun semua hasil monitoring masih memenuhi BML yang dipersyaratkan. Berdasarkan
kecenderungan peningkatan parameter COD maka diprakirakan nilai COD akan bisa melebihi BML beberapa tahun yang akan datang apabila kinerja IPAL PT TIFICO
tidak sempurna atau tidak di maintenance dengan baik. Peningkatan nilai COD pada limbah cair IPAL karena kegiatan polimerisasi
menggunakan bahan chemical yang cukup besar dimana limbah cair dari proses polimerisasi dialirkan ke IPAL. Pada proses aerasi pada IPAL tidak bekerja dengan
sempurna. Hal ini sama dengan parameter BOD yaitu karena adanya penggantian nutrisi pada bak aerasi sehingga penurunan nilai COD pada outlet belum maksimal.
Menurut Novita 2001 bahwa koagulan berpengaruh nyata terhadap penurunan TSS dan COD. Oleh karena itu untuk membantu penurunan parameter
COD dapat dilakukan dengan adanya penambahan koagulan pada bak sedimentasi. Nilai COD PT TIFICO dibandingkan dengan BML Uni Eropa, BML Jepang
160 mgl dan BML US EPA 115,5 mgl , maka nilai COD di IPAL PT TIFICO menunjukkan masih memenuhi BML COD Uni Eropa dan BML US-EPA. Terkecuali
pada hasil monitoring COD 141 mgl pada bulan Juli 2008 yang menunjukkan nilai diatas BML COD US-EPA, hal ini dipengaruhi adanya penggantian nutrisi TSP 38
menjadi TSP 18. Dengan demikian kinerja IPAL mengalami penurunan setelah adanya pengantian nutrisi. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter COD di
IPAL ditunjukkan pada Gambar 24.
c TSS
Hasil monitoring yang telah dlaksanakan oleh PT TIFICO dari tahun 2003 sampai dengan pertengahan tahun 2008 terlihat bahwa nilai TSS berkisar antara 3 -
21 mgl dimana hasil analisis tersebut masih dibawah BML yang dipersyaratkan yaitu 50 mgl. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No.51 tahun 1995 lampiran
9B. Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 50 mgl, US-EPA adalah 22,7 mgl dan BML Jepang adalah 200 mgl.
20 40
60 80
100 120
140 160
Ja n03
Ap r03
Ju l03
Okt 3
Ja n
04 A
pr 04
Ju l0
4 Okt
4 Ja
n 05
Ap r05
Ju l0
5 Okt
05 Ja
n06 Ap
r06 Ju
l0 6
Okt 6
Ja n
07 A
pr 07
Ju l0
7 Okt
07 Ja
n 08
Ap r08
Ju l08
N ila
i C O
D m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL BML
Gambar 24 Kecenderungan nilai COD dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil proses IPAL.
Meskipun nilai TSS masih berada dibawah baku mutu, namun hasil trend analysis menunjukkan bahwa nilai TSS kecenderungannya meningkat untuk setiap
waktunya dan ditinjau dari f sign adalah 0,04 dan masih dibawah 0,05 atau F Hitung 4,01 F tabel adalah 4 sehingga peningkatan parameter TSS nilainya signifikan.
Adanya peningkatan nilai TSS yang signifikan maka hal ini menunjukkan bahwa pengendalian terhadap parameter TSS di PT TIFICO masih belum efekif, meskipun
hasilnya menunjukkan nilai dibawah BML yang dipersyaratkan baik BML dari Indonesia maupun Uni Eropa, Jepang dan US-EPA. Akan tetapi bila kinerja dari
IPAL tersebut tidak sempurna atau maintenance terhadap IPAL tidak kontinu, maka diprakirakan nilai TSS tersebut akan melebihi BML yang dipersyaratkan untuk
beberapa tahun yang akan datang.
Peningkatan terhadap nilai TSS disebabkan karena proses sedimentasi pada IPAL tidak dilakukan secara sempurna. Proses pengendapan hanya dilakukan dengan
sistem grafitasi tanpa menggunakan bahan koagulan. Partikel-partikel yang berdiameter sangat kecil memerlukan waktu lama untuk mengendap karena partikel-
partikel ini harus lebih dahulu menggumpal menjadi partikel yang lebih besar agar mudah mengendap Linggawati et al, 2002.
Menurut Novita 2001 bahwa koagulan berpengaruh nyata terhadap penurunan TSS dan COD. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter TSS di
IPAL ditunjukkan pada Gambar 25.
d Minyak dan Lemak
Berdasarkan hasil monitoring yang telah dilaksanakan oleh PT. TIFICO mulai tahun 2003 sampai dengan pertengahan 2008 untuk parameter minyak dan lemak
terlihat bahwa nilainya berkisar antara 0,05 -1,3 mgl dimana hasil analisisnya masih memenuhi BML yang dipersyaratkan yaitu sebesar 3 mgl. BML yang digunakan
adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 10 mgl dan Jepang adalah 5 mgl.
Kandungan minyak dan lemak berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan nilai hasil pengukuran minyak dan lemak makin menurun setiap
waktu pengukuran, hal ini mengindikasikan bahwa kinerja IPAL terhadap parameter minyak dan lemak sudah efektif, apalagi bila ditinjau dari f sign adalah 0,00 dibawah
nilai 0,05 atau F Hitung 12,78 F tabel 4 sehingga penurunannya sangat signifikan. Hasil analisis minyak dan lemak masih tinggi pada tahun 2003 dan tahun
2004 tetapi nilainya masih jauh dari BML yang dipersyaratkan. Akan tetapi setelah tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 menunjukkan bahwa hasil analisis parameter
minyak dan lemak telah mengalami penurunan . Hal ini karena limbah cair yang diolah di IPAL tidak mengandung minyak dan lemak sehingga kualitas limbah cair
outlet dari IPAL masih memenuhi BML yang dipersyaratkan oleh Indonesia, Jepang maupaun Uni Eropa. Kecenderunganya menurun dari waktu ke waktu.
Kecenderungan kualitas limbah cair parameter minyak dan lemak di IPAL ditunjukkan pada Gambar 26.
10 20
30 40
50 60
Ja n0
3 Ap
r0 3
Jul 3
O kt
03 Jan
4 Ap
r0 4
Jul 4
O kt
04 Jan
5 Apr
5 Jul
5 O
kt 05
Jan 6
Apr 6
Ju l0
6 O
kt 06
Jan 7
Apr 7
Ju l0
7 Ok
t0 7
Jan 8
Apr 8
Ju l0
8
Nilai T S
S m
g l
IMPLEMENTAS AMDAL BML
Gambar 25 Kecenderungan nilai TSS dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil
proses IPAL.
e pH
Berdasarkan hasil monitoring yang telah dilaksanakan oleh PT. TIFICO dari tahun 2003 sampai dengan Juli tahun 2008 terlihat bahwa secara keseluruhan waktu
sampling menunjukkan nilai pH masih memenhui BML yang dipersyaratkan yaitu antara 6, 4 – 8 dan BMLnya adalah 6 – 9. BML yang digunakan adalah Kepmen LH
No. 51 tahun 1995 lampiran 9B, Uni Eropa dan US-EPA. Sedangkan BML dari Jepang adalah 5,8 – 8,6.
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
Jan 03
Ap r0
3 Jul
03 Okt
03 Jan
04 Ap
r0 4
Jul 04
Okt 04
Jan 05
Ap r0
5 Ju
l0 5
Okt 05
Jan 06
Ap r0
6 Jul
06 Okt
06 Jan
07 Ap
r0 7
Jul 07
Okt 07
Ja n
08 Ap
r0 8
Ju l08
Nilai min yak d
a n
L e
mak m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL BML
Gambar 26 Kecenderungan nilai minyak dan lemak dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil proses IPAL.
Parameter pH pada IPAL berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan nilai hasil pengukuran pH makin meningkat pada setiap waktu
pengukuran, sedangkan ditinjau dari F Hitung 1,48 F tabel 4 atau f sign 0,23 0,05 sehingga peningkatannya tidak signifikan, sehingga ditinjau dari kinerja IPAL masih
dianggap cukup efektif ,hal ini didukung dengan hasil monitoring secara umum menunjukkan nilai masih memenuhi BML Indonesia, Uni Eropa dan Jepang yang
dipersyaratkan. Akan tetapi bila ditinjau dari pH inlet IPAL yang cenderung asam pH4
dimana dengan adanya penambahan urea dan penambahan NaOH pada bak aerasi supaya pH menjadi 7 – 7,3 maka pH pada outlet masih memenuhi BML yang
dipersyaratkan.Kecenderungan kualitas limbah cair parameter pH di IPAL ditunjukkan pada Gambar 27.
2 4
6 8
10 12
Ja n03
Ap r0
3 Ju
l0 3
O kt
03 Jan
04 Ap
r0 4
Ju l0
4 Okt
04 Jan
05 A
pr 05
Ju l0
5 Okt
05 Ja
n0 6
A pr
06 Jul
06 Ok
t0 6
Ja n07
A pr
07 Ju
l0 7
O kt
07 Ja
n08 Ap
r0 8
Ju l0
8
N ila
i p H
IMPLEMENTASI AMDAL BML
BML
Gambar 27 Kecenderungan nilai pH dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil proses IPAL.
f Total Amoniak
Nilai parameter Amoniak pada IPAL hasil monitoring PT. TIFICO dari tahun 2003 sampai dengan pertengahan tahun 2008 adalah antara 0,6 - 63,12 mgl dimana
masih terdapat nilai total amoniak yang melebihi BML yang dipersyaratkan yaitu 8 mgl. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B.
Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 10 mgl dan Jepang adalah 100 mgl.. Hasil monitoring pada tahun 2003 sampai dengan tahun 2004 pada setiap
bulannya menunjukkan nilai total amoniak yang masih melebih BML yang dipersyaratkan yaitu antara 11,62 sampai dengan 63,12 mgl BML = 8 mgl, akan
tetapi mulai tahun 2005 terlihat adanya penurunan nilai total amoniak dimana terdapat 7 bulan hasil analisis yang melebih BML yang dipersyaratkan yaitu antara
9,03 sampai dengan 46,17 mgl BML = 8 mgl sedangkan sisanya nilai total amoniaknya adalah antara 2,38 – 7,59 mgl BML = 8 mgl masih memenuhi BML
yang dipersyaratkan. Pada tahun 2006 terlihat bahwa hasil monitoringnya menunjukkan bahwa
pada bulan Februari, Mei sampai dengan Juli menunjukkan nilai diatas BML yang dipersyaratkan yaitu antara 9,07 – 18,93 mgl BML = 8 mgl sedangkan pada bulan
lainnya menunjukkan nilai dibawah BML yang dipersyaratkan yaitu antara 0,91 – 7,44 mgl BML = 8 mgl.Sedangkan pada tahun 2007 sampai dengan pertengahan
2008 menunjukkan nilai amoniak yang masih memenuhi BML yang dipersyaratkan untuk setiap bulannya yaitu antara 0,74 – 7,98 mgl BML = 8 mgl.
Parameter total amoniak pada IPAL berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan nilai hasil pengukuran amoniak makin menurun pada setiap waktu
pengukuran, sedangkan ditinjau dari F Hitung 47,83 F tabel 4 atau f sign 0,00 0,05 sehingga penurunannya sangat signifikan, sehingga ditinjau dari kinerja IPAL
telah efektif ,hal ini didukung dengan hasil monitoring secara umum menunjukkan penurunan kadar total amonak dalam outlet IPAL dimana dapat menghasilkan nilai
total amoniak memenuhi BML yang dipersyaratkan baik dari Indonesia, Jepang maupun Uni Eropa. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter total amoniak di
IPAL ditunjukkan pada Gambar 28. Tingginya nilai total amoniak terjadi karena penambahan urea pada bak aerasi
sebagai nutrisi bakteri, didukung dengan kandungan amoniak pada limbah cair yang akan dialirkan ke IPAL sudah tinggi serta hasil oksidasi dan sintesis pada lumpur
aktif menghasilkan amoniak sesuai dengan persamaan stoikiometri dibawah ini. Proses Oksidasi dan Sintesis :
CHONS + O
2
+ Nutrien CO
2
+ NH
3
+ C
5
H
7
NO
2
+ Produksi lainya
Proses Respirasi Engenus C
5
H
7
NO
2
+ 5 O
2
5 CO
2
+ 2 H
2
O + NH
3
+ Energi
bakteri
Sel Sel
Oleh karena terjadinya peningkatan kandungan total amoniak pada outlet IPAL maka mulai pada tahun 2006 dilakukan pengurangan penggunaan urea
sebesar ± 20 3 704 kgbulan dari penggunaan sebelumnya sebanyak 4 742 kgbulan sehingga terlihat pada tahun 2006 terjadinya penurunan nilai total amoniak
akan tetapi belum maksimal. Oleh karena itu pada tahun 2007 dilakukan pengurangan kembali pada penggunaan urea sebagai nutrisi sebanyak ± 50 1 920 kgbulan
dari pemakaian awal tahun 2003 sehingga terlihat pada outlet IPAL tidak terjadi peningkatan kandungan total amoniak. Oleh karena itu sejak tahun 2007 terlihat
bahwa total amoniak pada outlet IPAL memenuhi BML yang dipersyaratkan.
5.1.2.2 Kualitas Limbah Cair dari STP- ELCAT
Telah diuraikan pada subbab terdahulu bahwa untuk limbah cair dari kegiatan staple fiber SF, monosto, dyeing dan filtrat dari IPAL dilakukan pengolahan di
ELCAT dimana ELCAT dibangun pada bulan Februari tahun 2006 dan beroperasi pada September tahun 2006. Sedangkan sebelumnya limbah cair tersebut diolah di
Sludge Treatment Plant STP . Dalam pengolahan limbah cair di STP dari kegiatan yang terurai pada bab IV terdapat penambahan sludge dari kegiatan lain dan hasil
samping dari STP adalah sludge. Sludge yang dihasilkan di landfill di sekitar lokasi STP sehingga terjadi dampak lain yaitu dampak penurunan estetika lingkungan dan
penurunan kualitas air tanah serta kualitas badan penerima limbah karena sludge tersebut terbawa air hujan menuju ke drainase pabrik menuju ke Sungai Cisadane.
Selain dampak yang terurai tersebut diatas, ternyata berdasarkan monitoring PT TIFICO terlihat bahwa parameter COD masih melebihi BML yang berlaku. Oleh
karena itu PT TIFICO mengambil keputusan untuk membuat pengolahan limbah cair untuk menggantikan STP yaitu ELCAT yang mulai beroperasi pada september tahun
2006. Monitoring kualitas limbah cair di outlet STP- ELCAT PT TIFICO pada penelitian ini dimulai pada awal tahun 2005 karena kelengkapan data monitoring
dimulai dari tahun tersebut.
10 20
30 40
50 60
70
Ja n0
3 Ap
r0 3
Jul 3
Ok t0
3 Ja
n 04
Ap r0
4 Ju
l04 O
kt 4
Ja n0
5 Ap
r0 5
Ju l05
Ok t0
5 Ja
n 06
Ap r0
6 Jul
6 O
kt 6
Ja n0
7 Ap
r0 7
Ju l0
7 Ok
t0 7
Ja n0
8 Ap
r0 8
Ju l08
N il
a i Tot
al A
m oni
ak m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL
BML
Gambar 28 Kecenderungan nilai total amoniak dari Januari 2003 sampai Juli 2008 hasil proses IPAL.
.
a BOD
Berdasarkan hasil monitoring PT TIFICO mulai tahun 2005 sampai dengan pertengahan tahun 2008 terlihat bahwa nilai BOD terletak antara 2 – 48 mgl masih
memenuhi BML yang dipersyaratkan yaitu 60 mgl. Akan tetapi ditinjau dari BML Uni Eropa bahwa nilai BOD pada STP-ELCAT setelah September 2006
menunjukkan nilai dibawah BML Uni Eropa 30 mgl. Akan tetapi masih jauh diatas BML US-EPA karena BML US-EPA sangat ketat dan sangat jauh dari BML di
Indonesia. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan BML Uni Eropa adalah 30 mgl, Jepang adalah 160 mgl dan US-
EPA adalah 8,7 mgl.
Hasil Parameter BOD pada STP - ELCAT berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan nilai hasil pengukuran BOD terjadi penurunan pada
setiap waktu pengukuran, sedangkan ditinjau dari F Hitung 4,75 F tabel 4 atau f sign 0,03 0,05 sehingga penurunan nilai BOD sangat signifikan.
Ditinjau dari kinerja STP-ELCAT cukup efektif, karena berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan penurunan nilai BOD. Oleh karena itu perlu
adanya peningkatan kinerja STP-ELCAT tersebut atau maintenance secara rutin supaya nilai BOD dapat dipertahankan supaya tetap memenuhi BML yang
dipersyaratkan pada tahun mendatang. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter BOD di STP ditunjukkan pada Gambar 29.
Berdasarkan hasil monitoring terlihat bahwa setelah pelaksanaan implementasi RKL dimana pengolahan limbah cair yang terdahulu menggunakan
STP diganti dengan ELCAT yang mulai beroperasi pada September tahun 2006 maka nilai BOD terjadi penurunan yang cukup signifikan karena pengolahan limbah cair
dengan menggunakan ELCAT dilakukan dengan proses biologi sehingga penurunan nilai BOD cukup signifikan walaupun secara umum berdasarkan hasil analisis mulai
tahun 2005 sampai dengan pertengahan tahun 2008 menunjukkan nilai masih memenuhi BML yang dipersyaratkan dari waktu ke waktu.Dengan demikian kinerja
pengolahan limbah cair PT TIFICO mengalami peningkatan setelah adanya penggantian pengolahan STP ke ELCAT.
b COD
Limbah Cair PT. TIFICO tahun 2005 sampai dengan Agustus tahun 2006 diolah dengan menggunakan STP dan diolah dengan ELCAT mulai September tahun 2006
sampai dengan pertengahan tahun 2008 dimana hasil analisis parameter COD menunjukkan antara 8,2 – 197 mgl dimana masih terdapat beberapa yang melebihi
BML yang dipersyaratkan yaitu 150 mgl. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No.51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan BML Uni Eropa adalah 160 mgl, Jepang
adalah 160 mgl dan US-EPA adalah 115,5 mgl.
Berdasarkan hasil monitoring tahun 2005 pada beberapa bulan menunjukkan nilai diatas BML yang dipersyaratkan dan pada tahun 2006 menunjukkan kualitas
yang lebih baik yaitu nilai COD telah mememenuhi BML yang dipersyaratkan dari waktu ke waktu. Apalagi setelah bulan Sepetember 2006 sampai dengan pertengahan
tahun 2008 menunjukkan nilai COD telah memenuhi BML yang dipersyaratkan pada setipa bulannya.
10 20
30 40
50 60
70
Jan 3
Apr 03
Ju l0
3 O
kt 03
Jan 4
Apr 04
Jul 04
Okt 04
Jan 5
Apr 05
Jul 05
Okt 05
Jan 06
Apr 06
Jul 06
Okt 06
Jan 07
Apr 07
Jul 07
Okt 07
Ja n
08 Apr
08 Jul
08
Nilai BOD m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL BML
Gambar 29 Kecenderungan nilai BOD dari Januari 2005 sampai Juli 2008 hasil proses STP-ELCAT.
Hal ini karena telah beroperasinya peralatan pengolah limbah cair yang baru yaitu ELCAT sehingga hasil analisis COD teleh memenuhi BML yang dipersyaratkan yaitu
antara 4,2 – 98 mgl BML Ind = 150 mgl, US EPA = 115,5 mgl dan Jepang = 160 mgl.
Hasil parameter COD pada STP-ELCAT berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan penurunan nilai COD pada setiap waktu pengukuran,
sedangkan ditinjau dari F Hitung 16,58 F tabel 4 atau f sign 0,00 0,05 sehingga penurunan nilai COD sangat signifikan.
Telah disampaikan diatas bahwa dengan adanya pengoperasian STP-ELCAT sebagai pengolah limbah cair yang baru maka terjadi peningkatan kualitas limbah cair
terutama pada parameter COD. Dengan demikian adanya peningkatan kinerja dari pengolahan limbah cair PT TIFICO. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter
COD di STP-ELCAT ditunjukkan pada Gambar 30.
50 100
150 200
250
Ja n
03 Apr
3 Ju
l0 3
Okt 3
Jan 4
A pr0
4 Ju
l0 4
O kt
4 Ja
n 05
A pr0
5 Ju
l0 5
Okt 5
Jan 6
Apr 6
Ju l0
6 Okt
06 Jan
07 A
pr0 7
Ju l0
7 Okt
7 Ja
n 08
Apr 08
Ju l0
8
Ni la
i CO D
mg l
IMPLEMENTASI AMDAL
BML
Gambar 30 Kecenderungan nilai COD dari Januari 2005 sampai Juli 2008 hasil proses STP-ELCAT.
c TSS
Monitoring secara rutin dilaksanakan pada STP PT TIFICO dimulai pada tahun 2005 , sehingga pada pengukuran untuk trend analysis dilaksanakan pada tahun
2005 sampai dengan pertengahan tahun 2008. Hasil analisis yang diperoleh terlihat antara 3 – 97 mgl dimana hasil analisis pada tahun 2005 sampai dengan Agustus
tahun 2006 masih ada beberapa waktu melebih BML yang dipersyaratkan BML Ind
= 50 mgl, BML US-EPA = 22,7 mgl. Akan tetapi masih memenuhi BML Jepang yaitu 200 mgl.
Sedangkan setelah September 2006 dimana STP telah digantikan dengan ELCAT terlihat adanya perbaikan kualitas terutama pada paremeter TSS, sehingga
dengan adanya penggantian pengolahan limbah cair tersebut maka terjadi perbaikan kinerja pengolahan limbah cair yaitu ELCAT.
Hasil Parameter TSS pada STP - ELCAT berdasarkan trend analysis menunjukkan kecenderungan nilai hasil pengukuran TSS terjadi penurunan pada
setiap waktu pengukuran, sedangkan ditinjau dari F Hitung 13,31 F tabel 4 atau f sign 0,000,05 sehingga penurunan nilai TSS sangat signifikan.
Menurut Susilawati et al 2007 bahwa salah satu teknologi yang biasa digunakan dalam pengolahan limbah cair adalah penyaringan dengan menggunakan
berbagai jenis bahan organik seperti pasir, kerikil, ijuk, sabut kelapa, arang tempurung kelapa, dan zeolit. Teknologi ini dianggap cukup baik karena bahan-bahan
yang digunakan rata-rata mempunyai tingkat keefektifan yang relatif tinggi dalam menurunkan konsentrasi bahan pencemar yang terkandung dalam limbah cair,
melalui proses penyaringan,penyerapan adsorbsi, pertukaran ion dan katalis. Oleh karena itu penurunan nilai TSS pada outlet ELCAT karena limbah cair
yang diolah di ELCAT akan melalui proses penyaringan atau filter dengan melalui pasir, batu dan karbon aktif, sebelum dialirkan ke saluran drainase menuju Sungai
Cisadane. Telah disampaikan diatas bahwa dengan adanya pengoperasian ELCAT
sebagai pengolah limbah cair yang baru maka terjadi peningkatan kualitas limbah cair terutama pada parameter TSS. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter COD di
STP- ELCAT ditunjukkan pada Gambar 31.
d Minyak dan Lemak
Berdasarkan hasil monitoring limbah cair outlet dari STP PT. TIFICO yang dimulai dari tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2008 menunjukkan nilai antara
0,019 – 1,1 mgl dimana hasilnya menunjukkan nilai dibawah BML yang
dipersyaratkan. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B 3mgl . BML Uni Eropa adalah 10 mgl dan Jepang adalah 5 mgl.
20 40
60 80
100 120
Ja n
03 A
pr 03
Ju l0
3 Ok
t0 3
Ja n
04 Ap
r0 4
Ju l04
Okt04 Ja n
05 A
pr 5
Jul 05
Okt05 Ja n
06 A
pr 06
Ju l0
6 Okt06 Jan
7 Ap
r0 7
Ju l0
7 Okt
07 Ja
n 08
A pr
08 Ju
l0 8
Nilai T S
S m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL
BML
Gambar 31 Kecenderungan nilai TSS dari Januari 2005 sampai Juli 2008 hasil
proses STP-ELCAT.
Hasil analisis menunjukkan nilai yang masih memenuhi BML Indonesia, Uni Eropa dan Jepang yang dipersyaratkan. Akan tetapi ditinjau dari hasil monitoring
pada bulan Maret tahun 2005 menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan hasil monitoring tahun 2006 – tahun 2008.
Pada monitoring tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 nilai minyak dan lemak terjadi penurunan dari hasil monitoring sebelumnya. Ditinjau dari trend
analysis terlihat bahwa nilai minyak dan lemak kecenderungan menurun dari waktu ke waktu. Sedangkan berdasarkan f hitung 14,97225 F tabel 4 dan f sign 0,0004
0,05 sehingga penurunan minyak dan lemak sangat signifikan. Dengan demikian terlihat bahwa kinerja STP –ELCAT terutama setelah implementasi AMDAL cukup
efektif atau meningkat kinerjanya. Hal ini dikarenakan adanya pengelolaan terhadap minyak dan lemak, dengan melakukan pemisahan minyak dengan air pada bak
elektrolisa. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter minyak dan lemak di STP ditunjukkan pada Gambar 32.
e pH
Hasil monitoring parameter pH mulai tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2008 menunjukkan nilai antara 6 – 9,61 dimana masih terdapat beberapa hasil
analisis yang melebihi BML yang dipersyaratkan yaitu 6 – 9. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B, Uni Eropa dan US-EPA.
Sedangkan BML dari Jepang adalah 5,8 – 8,6. Berdasarkan trend analysis menunjukkan adanya peningkatan nilai pH dari
waktu ke waktu terutama terlihat pada bulan Agustus dan September tahun 2006 menunjukkan nilai diatas BML. Sedangkan ditinjau dari Fhitung 2,88 F tabel 4 dan
f sign 0,09 0,05 sehingga peningkatan parameter pH di STP - ELCAT tersebut tidak signifikan.
Oleh karena itu kinerja STP - ELCAT untuk parameter pH ini cukup efektif dan hal ini didukung dengan hasil monitoring secara umum masih memenuhi BML
yang dipersyaratkan kecuali hasil monitoring bulan Agustus dan September tahun 2006. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter pH di STP-ELCAT ditunjukkan
pada Gambar 33.
f Total Amoniak
Berdasarkan hasil monitoring outlet STP-ELCAT PT TIFICO pada tahun 2005 sampai pertengahan tahun 2008 menunjukkan nilai antara 0,01 – 1,91 mgl yang
menunjukkan nilai masih memenuhi BML yang dipersyaratkan yaitu 8 mgl. BML yang digunakan adalah Kepmen LH No.51 tahun 1995 lampiran 9B. BML yang
digunakan adalah Kepmen LH No. 51 tahun 1995 lampiran 9B. Sedangkan baku mutu Uni Eropa adalah 10 mgl dan Jepang adalah 100 mgl..
0.5 1
1.5 2
2.5 3
3.5
Ja n
03 Apr
03 Ju
l03 Okt
03 Ja
n 04
A pr
4 Ju
l0 4
Okt 04
Ja n
05 Apr
5 Ju
l0 5
Okt 05
Ja n
06 Apr
6 Ju
l0 6
Okt 06
Jan 7
Apr 07
Jul 07
Okt 07
Ja n
08 Apr
08 Ju
l0 8
N il
a i Mi
ny ak
da n Le
m a
k m
g l
IMPLEMENTASI AMDAL BML
Gambar 32 Kecenderungan nilai minyak dan lemak dari Januari 2005 sampai Juli 2008 hasil proses STP-ELCAT.
Limbah cair yang diolah di STP-ELCAT kalau ditinjau dari sumber limbah cair tidak terlihat potensi untuk meningkatkan parameter amoniak. Berbeda dengan
pengolahan di IPAL dimana terdapat bakteri yang menggunakan nutrisi yaitu urea, yang dapat meningkatkan amoniak.
Ditinjau dari trend analisis menunjukkan kecenderungan penurunan nilai total amoniak dan dilihat dari F hitung 2,06 F tabel 4 , f sign 0,15 0,05 sehingga
kecenderungan penurunan nilai total amoniak tidak signifikan. Sehingga ditinjau dari kinerja STP-ELCAT cukup efektif karena kecenderungan nilai total amoniak tidak
signifikan . Dalam hal ini juga didukung dengan hasil analisis monitoring masih memenuhi BML yang dipersyaratkan. Kecenderungan kualitas limbah cair parameter
total amoniak di STP - ELCAT ditunjukkan pada Gambar 34.
5.3.3 Kualitas Limbah Cair Efluen