yang dikeluarkan pabrik untuk kegiatan minimisasi limbah secara total adalah sebesar Rp 6 636 190,- per hari. Benefit cost ratio yang diperoleh PT TIFICO dengan
meningkatkan pemanfaatan limbah cair pada kegiatan minimisasi limbah tersebut adalah sebesar 1,9. Dengan demikian kegiatan minimisasi limbah apabila
ditingkatkannya reuse menjadi 11 000 m3hari maka sangat layak atau menguntungkan dibandingkan dengan reuse yang telah dilakukan PT TIFICO saat
ini. Keuntungan finasial dari pemanfaatan kembali limbah cair untuk kegiatan
proses produksi adalah sebesar Rp. 1 314 952,- per hari. Bila dibandingkan dengan biaya investasi yang dikeluarkan oleh PT TIFICO untuk pembangunan IPAL dan
ELCAT adalah sebesar Rp 7 645 075 000,-.Jika dihitung nilai keuntungan finansial dari minimisasi limbah dengan biaya investasi alat yang dikeluarkan oleh PT
TIFICO, akan berimbang dengan nilai efisiensi selama 5.814 hari produksi atau selama lebih kurang 16 tahun.
Menurut Sjarief, 2002 dalam penggunaan air, setiap orangbadan usaha berupaya menggunakan air secara daur ulang dan menggunakan kembali air. Apabila
penggunaan air ternyata menimbulkan kerusakan pada sumber air, yang bersangkutan wajib mengganti kerugian. Oleh karena itu semakin sedikit limbah cair yang akan
dibuang ke Sungai Cisdaane semakin mengurangi beban pencemaran pada Sungai Cisadane. Sehingga upaya untuk mewujudkan industri yang berwawasan lingkungan
dapat terlaksana dengan baik.
5.3 Kinerja Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Persepsi Karyawan, Instansi Terkait dan Masyarakat
5.3.1 Kinerja Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Persepsi Karyawan
Berdasarkan hasil kuesioner kepada karyawan di bagian ESH dan produksi bahwa rata-rata tingkat pengetahuan terhadap AMDAL sebagai salah satu indikator
pengelolaan lingkungan mencapai 94 yang mengetahui tentang AMDAL yang telah diterapkan oleh pihak perusahaan dan selebihnya 6 dari jumlah responden yang
ada tidak mengetahui tentang AMDAL. Tingkat pengetahuan tentang AMDAL dutunjukkan pada Gambar 47.
96 4
Mengetahui Tidak mengetahui
Gambar 47 Tingkat pengetahuan tentang AMDAL. Tingginya tingkat pengetahuan karyawan terhadap AMDAL karena
responden yang diambil adalah karyawan di bagian ESH dan sebagian bagian produksi. Hal ini sewajarnya karena dalam pelaksanaan laporan RKL dan RPL
dilakukan oleh bagian ESH Environment Safety and Health .Sedangkan 6 responden yang tidak mengetahui tentang AMDAL adalah berasal dari bagian
produksi. Pada dokumen RKL dan RPL yang merupakan implementasi AMDAL, tidak
mewajiban perusahaan untuk melaksanakan sosialisasi terhadap pengelolaan dan pemantauan yang tertuang dalam RKL dan RPL kepada seluruh karyawan
perusahaan.Sehingga hal tersebut yang membuat hasil responden pada bagian ESH lebih mengetahui tentang pelaksanaan AMDAL sesuai yang tertuang dalam RKl dan
RPL. Pengetahuan karyawan tentang AMDAL bukan merupakan jaminan bahwa
setiap karyawan tersebut memahami atau membaca RKL dan RPL yang telah direkomendasi oleh instansi terkait. Karyawan yang memiliki posisi atau jabatan di
bagian ESH yang mengetahui dan memahami secara detail isi dokumen RKL dan RPL.Selanjutnya pejabat pada bagian ESH tersebut akan memberikan instruksi
kepada staf yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang berkaitan tentang limbah cair.Oleh karena itu staf pelaksana telah
menjalankan pengelolaan dan pemantauan sesuai dengan RKl dan RPL, akan tetapi staf tersebut belum tentu membaca dokumen RKl dan RPL tersebut.
Dalam pelaksanaan AMDAL menurut persepsi karyawan , diperoleh bahwa 78 responden mengatakan bahwa AMDAL cukup efektif dalam mengatasi masalah
lingkungan yang terjadi di dalam pabrik, sedangkan menurut 19 responden yang menyatakan AMDAL kurang efektif dan 3 responden menyatakan AMDAL tidak
efektif untuk mengatasi lingkungan di tempat kerja mereka. Gambar 48. Tingginya persepsi karyawan terhadap efektifnya pelaksanaan AMDAL
karena kepedulian dari perusahaan yaitu top manajemen untuk melaksanakan pengelolaan dan pemantauan lingkungan sesuai dengan RKLdan RPL. Hal ini
didukung karena perusahaan akan melaksanakan program-program tentang lingkungan, salah satunya yaitu Prokasih, Proper serta adanya permintaan dari buyer
untuk produk yang dihasilkan oleh PT TIFICO adalah perusahaan yang menghasilkan produk tanpa mencemari lingkungan.
Selain hal tersebut diatas, letak PT TIFICO dikelilingi oleh masyarakat sehingga masyarakat merupakan kontrol bagi pelaksanaan pengelolaan lingkungan
PT TIFICO.
78 19
3 Cukup Efektif
Kurang efektif Tidak efektif
Gambar 48 Efektifitas Pelaksanaan AMDAL.
Berdasarkan karyawan yang merupakan responden bahwa pelaksanaan AMDAL PT. TIFICO dinyatakan cukup efektif maka hal ini mempunyai keterkaitan
dalam perbaikan lingkungan kerja, dimana 91 responden menyatakan bahwa telah
terjadi adanya perbaikan lingkungan setelah pelaksanaan AMDAL dan 9 menyatakan tidak adanya perbaikan lingkungan Gambar 49.
Pelaksanaan monitoring sesuai RKL dan RPL akan berdampak positif terhadap perbaikan lingkungan kerja, karena didalam dokumen tersebut tertuang
peraturan-peraturan yang harus dipenuhi oleh perusahaan yaitu PT TIFICO baik kualitas udara, kebisingan dan kualitas air air tanah, air limbah dan sungai Cisadane
serta estetika lingkungan yang berkaitan dengan limbah padat.
91 9
Perbaikan lingkungan Tidak ada perbaikan
Gambar 49 Perbaikan lingkungan kerja
Dalam pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan akan terkait dengan kesadaran karyawan dalam melaksanakan pengelolaan sesesuai dengan RKL
dan RPL.Hal ini dapat dilihat dengan kedisiplinan karyawan terhadap pemakaian keselamatan kerja serta cara pembuangan limbah padat pada tempatnya dan limbah
cair yang akan dikelurakan harus sesuai dengan BML yang dipersyaratkan.Oleh karena itu diperoleh 70 responden menyatakan terjadinya peningkatan kesadaran
karyawan dan 30 responden menyatakan tidak adanya peningkatan kesadaran karyawan terhadap pengelolaan lingkungan Gambar 50.
Seiring dengan adanya perbaikan lingkungan kerja dan meningkatnya kesadaran karyawan serta keikut sertaan PT TIFICO pada program-program
lingkungan yaitu proper dan prokosih maka hal ini akan meningkatnya citra dari perusahaan.Hal ini didukung dengan hasil wawancara dengan karyawan bahwa 70
responden menyampaikan adanya peningkatan citra perusahaan dan 30 menyatakan tidak terjadinya peningkatan citra perusahaan.
70 30
Kesadaran karyawan Tidak ada
Gambar 50 Peningkatan kesadaran karyawan.
Dengan keikut sertaan PT TIFICO pada program-program pemerintah yaitu proper maka hasil proper tersebut akan terkait dengan citra perusahaan .Warna yang
diperoleh oleh PT TIFICO akan berdampak pada kepedulian tehadap lingkungan . Semakin PT TIFICO peduli dengan lingkungan maka warna yang akan diperoleh
adalah warna hijau dan hal ini akan diumumkan oleh Kementerian lingkungan hidup sebagai perusahaan yang peduli terhadap lingkungan, sehingga citra dari perusahaan
menjadi meningkat.
70 30
Citra Perusahaan Tidak ada
Gambar 51 Peningkatan Citra Perusahaan
5.3.2 Kinerja Pengelolaan Perusahaan Berdasarkan Persepsi Masyarakat di Sekitar Efluen