- Mengadsorbsi zat-zat organik
- Menyerap warna
• Ion exchanger pada kation dan anion exchanger, yang bertujuan untuk menarik garam-garam yang terlarut dalam air tersebut.
• Deaerasi pada Deaerator bertujuan untuk menekan kadar CO
2
, karena dapat mengganggu proses penguapan.
Air ini digunakan sebagai feed water pada boiler untuk menghasilkan kukus steam.
Sistem pengadaan air PT TIFICO ditunjukan pada Tabel 2..
Tabel 3 Pengadaan air PT TIFICO Sumber Jarak Jumlah
Pemakaian Air m
3
hari Bhn Kimia yg digunakan
utk pengolahan Jumlah kgbln
Sungai Cisadane
± 2,5 km 9 002
- PAC - Chlorin
- NaOH 22 500 kgbln
25 kgbln 3 500 kgbln
Sumber : PT TIFICO
4.2.3 Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL dan ELCAT
Limbah cair kegiatan yang ada di areal PT TIFICO diolah dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah IPAL Waste Water Treatment Plant WWTP untuk
limbah cair dari Proses P-BX, P-CP dan ITD-F, sedangkan limbah cair dari Proses SF, FY-1, FY-2 dan M-PBX diolah di ELCAT .
Kapasitas IPAL adalah 1 500 m
3
hari dimana proses pengolahan limbah cair adalah secara fisika dan biologi,diagram alirnya dapat ditunjukkan pada Gambar 16
sedangkan kapasitas dari ELCAT adalah 185m
3
hr dan diagram alirnya dapat
ditunjukkan pada Gambar 17.
Proses pengolahan IPAL adalah sebagai berikut : • Air limbah cair terdiri dari dua macam, yaitu yang dapat langsung diolah
dengan lumpur aktif dan yang tidak dapat diolah oleh lumpur aktif. Air limbah yang dapat langsung diolah dengan lumpur aktif dialirkan ke bak
pengkondisian. Disini terjadi proses pendinginan dan pencampuran limbah cair dari semua proses produksi. Air limbah produksi yang tidak dapat
langsung diolah dengan lumpur aktif, terlebih dahulu diolah dengan menggunakan stripper untuk memisahkan air dengan etilen glikol dan
selanjutnya dialirkan ke bak pengkondisian. • Dari bak pengkondisian, air limbah disaring dan dipompa ke bak aerasi.
Pada bak aerasi ditambahkan larutan nutrisi untuk bakteri yang terdiri dari urea 20 ammonium fosfat 20. Ada 3 buah bak aerasi yang dilengkapi
dengan blower yang dihembuskan dan pengaduk. Konsentrasi bakteri dalam bak aerasi 3000 – 4000 ppm.
• Selanjutnya dialirkan ke bak sedimentasi yang dilengkapi dengan pengaduk
yang berputar secara pelan-pelan.
• Air limbah yang terpisah dari lumpur dialirkan menuju Sungai Cisadane dan dilakukan test secara rutin . Sedangkan lumpur yang berada dilapisan bawah
bak sedimentasi dialirkan ke tangki dehidrator dan sebagian dikembalikan ke bak aerasi sebagai lumpur aktif. Dari dehidrator diperoleh cake yang
terbentuk selanjutnya di treatment lebih lanjut.
Proses pengolahan ELCAT adalah sebagai berikut : Sistem pengolahan limbah cair baru ELCAT untuk menggantikan sludge
treatment plan STP dimana pada dokumen AMDAL bahwa konstruksi ELCAT ini konstruksinya dimulai pada bulan Februari 2006 dan beroperasi pada akhir tahun
2006.
Gambar 15 Gambar IPAL
Gambar 17
Gambar ELCAT
Sistem pengolahan yang ada pada EL-CAT yaitu pengelolaan secara biologi, dilanjutkan dengan pengelolaan secara elektrolisa, filterisasi, dan terakhir secara
kimia dengan menggunakan katalis. Elektrode didegenerasi setiap 20 jam dengan menukar kutub elektoda secara otomatis. Sedangkan degenerasi katalis dilakukan
setiap satu minggu sekali dengan proses back washing secara otomatis pula. Sludge dari ELCAT dibakar di incinerator dan abunya dikirim ke Pihak ke 3 yng memiliki
ijin dari KLH.
Air limbah dari Monosto sebelum dialirkan ke ELCAT dilakukan pretreatment yang ditunjukkan pada Gambar 11. Air limbah dari monosto adalah
limbah cair bekas pencucian filter dari kegiatan proses polimerisasi. Limbah Cair yang tidak dapat diolah di ELCAT maupun IPAL akan dikelola oleh PT Dong Woo
berupa limbah dari TEG dan PPLI berupa garam caolin.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identifikasi Sumber Limbah Cair dan Studi Kecenderungan Perubahan Kualitas Limbah Cair
5.1.1 Identifikasi Sumber Limbah Cair
Identifikasi potensi limbah cair dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar limbah cair yang keluar dari kegiatan proses produksi.
Sehingga dapat diketahui jumlah limbah cair yang dapat diminimisasi. Dalam minimisasi limbah terdapat tiga hal yang harus dilakukan, yaitu
perubahan bahan baku industri, perubahan proses produksi, dan daur ulang limbah. Perubahan bahan baku dan perubahan proses produksi dimaksudkan untuk menekan
jumlah limbah yang dihasilkan, termasuk di dalamnya adalah efisiensi pemakaian bahan-bahan penolong dalam proses produksi. Bila dalam proses produksi ini masih
menghasilkan limbah, maka upaya minimisasi dilakukan dengan daur ulang atau pemanfaatan kembali limbah yang dihasilkan. Limbah yang dibuang ke lingkungan
hanyalah limbah yang benar-benar tidak dapat dimanfaatkan kembali Masduqi dan Wardhani 2005.
Kegiatan minimisasi limbah yang diterapkan meliputi analisis yang mencakup pendataan dari pemakaian fresh water, proses produksi, recycling dari limbah cair
yang dapat digunakan kembali dan pengolahan limbah cair sebagai bagian akhir sebelum dibuang ke lingkungan. Hal ini bertujuan agar dampak lingkungan akibat
limbah yang ditimbulkan dapat dikurangi sekecil mungkin atau bahkan dihilangkan zero waste.
Untuk mengetahui jumlah limbah cair yang dapat diminimisasi pada proses produksi dilakukan penyusunan neraca air. Neraca air atau water balance adalah
perhitungan aliran fresh water air baku melalui suatu proses dalam format yang membuat masukan, perubahan dan keluaran limbah cair yang dapat dikenali dan
ditelusuri. Penyusunan neraca air ini dimaksudkan untuk mengetahui antara jumlah