1.149 mm pada betina. Berat badan rata-rata adalah 75 kg pada jantan dan 37 kg pada betina Groves, 1971 dalam Maple, 1980.
Menurut Supriatna dan Edy 2000, jika dibandingkan dengan Orangutan di Kalimantan, rambut Orangutan Sumatera lebih terang yaitu
berwarna coklat kekuningan serta lebih tebal dan panjang. Ukuran tubuh rata-rata Orangutan jantan dewasa yaitu berkisar antara 125-150 cm, dua
kali lebih besar daripada Orangutan betina. Berat badan rata-rata Orangutan jantan di alam yaitu berkisar antara 50-90 kg. Orangutan jantan memiliki
kantung suara untuk mengeluarkan suara yang berupa seruan panjang. Menurut Rijksen 1978 perbedaan morfologi Orangutan berdasarkan
kelas umur dan jenis kalamin adalah sebagai berikut : a. Bayi berumur 0-2,5 tahun dengan berat badan 2-6 kg memiliki rambut
berwarna lebih terang pada bagian mulut dan lebih gelap pada bagian muka.
b. Anak berumur 2,5-5 tahun dengan berat badan 6-15 kg memiliki warna rambut yang tidak jauh berbeda dengan bayi Orangutan, namun pada
kelas umur anak, Orangutan sudah mampu mancari makan sendiri walaupun masih bergantung pada induknya.
c. Remaja berumur 5-8 tahun dengan berat badan 15-30 kg memiliki rambut yang panjang disekitar muka.
d. Jantan setengah dewasa berumur 8-1315 tahun dengan barat badan 30- 50 kg memiliki rambut berwarna lebih gelap dan rambut janggut sudah
mulai tumbuh serta rambut di sekitar wajah sudah lebih pendek. e. Betina dewasa 8+ tahun dengan berat badan 30-50 kg sudah memiliki
janggut dan sangat sulit dibedakan dengan betina setengah dewasa. f. Jantan dewasa berumur 1315+ tahun dengan berat badan 50-90 kg.
Jantan dewasa memiliki kantung suara, bantalan pipi dan berjanggut serta berambut panjang.
3. Habitat dan Penyebaran
Hutan hujan tropis di Sumatera memiliki sejarah, iklim dan ekologi yang unik. Kekayaan spesies tertinggi adalah di hutan dataran rendah
Dipterocarpaceae yang memang didominasi oleh pohon-pohon dari keluarga Dipterocarpaceae Ashton; Givinish; Appanah, 1998 dalam Dolhinow
Fuentes, 1999. Pohon-pohon Dipterocarpaceae menyediakan buah yang secara bersamaan pada setiap dua atau lima tahun sekali. Hal tersebut
mengakibatkan pada masa tertentu buah tersedia sangat banyak namun pada waktu yang lainnya buah tersebut sama sekali tidak tersedia. Hal yang
berbeda terjadi pada hutan gambut Sumatera yang memiliki sedikit jenis tumbuhan endemik namun memiliki kepadatan yang tinggi, sehingga buah
akan tersedia setiap tahun. Orangutan berperan penting dalam ekosistem, baik pada hutan dataran rendah Dipterocarpaceae ataupun di hutan gambut.
Kebiasaan Orangutan dalam makan dan pola pergerakannya menyebabkan Orangutan merupakan penyebar bijibenih tumbuhan hutan yang sangat baik
Nellemann et. al., 2007. Orangutan di Sumatera hidup di dalam hutan yang daunnya lebih
rindang daripada Orangutan yang hidup di hutan Kalimantan van Schaik, 2006. Orangutan mampu beradaptasi pada berbagai tipe hutan primer,
mulai dari hutan rawa, hutan dataran rendahhutan Dipterocarpaceae sampai pada tipe hutan pegunungan dengan batas ketinggian 1.800 m dpl. Rijksen,
1978. Namun ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Orangutan Sumatera hidup di dataran rendah aluvial lowland aluvial plains, daerah
rawa dan daerah lereng perbukitan Singleton et. al., 2006. Kepadatan Orangutan yang ada di daerah pada ketinggian 1.000 sampai 1.200 m dpl
terus menurun. Rijksen 1978 mengungkapkan bahwa konsentrasi utama populasi
Orangutan di Sumatera adalah pada habitat hutan dataran rendah dan hutan rawa yaitu terletak diantara Sungai Simpang Kiri sebelah selatan Sungai
Atlas dan daerah pesisir Samudera Hindia memanjang sampai bagian utara daerah Benkung dan Kluet yang merupakan bagian selatan Gunung Leuser.
Konsentrasi populasi Orangutan juga terdapat di habitat yang merupakan hutan pegunungan api Dataran Tinggi Kappi hingga bagian utara hutan
Pegunungan Serbojadi dan hutan dataran rendah anak sungai Jambu Aye. Secara lebih jelas penyebaran Orangutan Sumaetra dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Peta penyebaran Orangutan di Sumatera Menurut Supriatna dan Edy 2000, Orangutan Sumatera tersebar di
bagian utara Sumatera, Aceh, Sumatera Barat dan Riau. Daerah rawa menggambarkan habitat yang optimal bagi Orangutan, seperti di Kluet yang
merupakan daerah rawa tercatat ada lebih dari 8 individu Orangutan setiap km
2
. Di Sungai Ketambe dan Atlas Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang merupakan hutan dataran yang kering bukan rawa kepadatan populasi
Orangutan lebih rendah yaitu sekitar 4 atau 5 individukm
2
Singleton et al. 2005. Di bagian utara danau Toba telah dilaporkan oleh van Schaik et al.
2004 dalam Singelton et. al. 2005 terdapat habitat yang terpisah dari habitat utama Orangutan di bagian Barat dan Timur Leuser. Antara habitat
utama di Barat dan Timur Leuser dengan habitat yang terpisah di selatan danau Toba tidak memiliki koridor penghubung.
Daerah penyebaran Orangutan Sumatera
4. Aktifitas dan Prilaku Harian