Gambar 4. Posisi sarang Orangutan pada percabangan pohon 9. Keberadaan satwa lain dicatat berdasarkan perjumpaan langsung maupun
tidak langsung melalui jejak dan camera trap. Data sekunder yang dikumpulkan adalah kondisi umum lokasi yang
meliputi letak dan luas kawasan, topografi, geologi, iklim curah hujan dan temperatur, potensi flora dan fauna serta kondisi sosial ekonomi masyarakat
sekitar hutan. Selain data mengenai kondisi umum lokasi penelitian juga diperlukan data mengenai bio-ekologi Orangutan Sumatera Pongo abelii
Lesson, 1827.
D. Metode Pengambilan Data
1. Nest Survey
Pengambilan data primer untuk mengetahui karakteristik pohon tempat bersarang Orangutan adalah dengan metode jalur, dimana jalur yang
digunakan merupakan jalur yang telah ada di lokasi penelitian. Jumlah jalur yang digunakan dalam nest survey adalah 8 jalur dengan total panjang jalur
pengamatan adalah 9,47 km. Peta jalur pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 2. Pengamatan dan pengambilan data dilakukan terhadap semua
pohon sarang yang ditemukan saat nest survey. Pengambilan data untuk menemukan sarang Orangutan dilakukan
dengan cara berjalan pada jalur secara perlahan-lahan dengan memperhatikan tajuk pada sudut pandang 180
o
, dengan cara yang sama setiap jalur dilakukan pengulangan pengambilan data pada arah sebaliknya. Pengulangan tersebut
1 2
3 4
dilakukan untuk menghindari kemungkinan suatu sarang tidak tercatat akibat tidak terlihat saat pengamatan. Hal tersebut mungkin saja terjadi karena
beberapa sarang Orangutan tidak terlihat dari satu sudut pandang, namun dari sudut pandang yang lain sarang tersebut sangat jelas terlihat. Sarang
Orangutan berupa jalinan ranting yang dibengkokan atau dipatahkan dilengkapi dengan tumpukan daun yang disusun sedemikian rupa sehingga
berbentuk bulat atau lonjong. Pengambilan data ini dilakukan dengan bantuan binokuler sehingga memungkinkan untuk menemukan sarang yang sulit
terlihat karena letaknya jauh dari jalur atau sarang tersebut sedikit tersembunyi. Setiap sarang yang terlihat selama pengamatan akan dilakukan
pencatatan terhadap semua karakter pohon sarang sesuai parameter pengamatan.
2.Analisis Vegetasi
Pengumpulan data primer kondisi habitat di sekitar pohon sarang adalah dengan melakukan inventarisasi vegetasi dengan metode jalur berpetak pada
tiga formasi hutan yaitu hutan gambut, hutan peralihan ecoton dan hutan
Dipterocarpaceae atas. Pada setiap formasi hutan dibuat jalur dengan luas 0,2 ha, yaitu lebar 20 m dan panjang 100 m seperti terlihat pada Gambar 5
Soerianegara Indrawan, 1988. Jumlah plot yang dibuat adalah lima plot untuk setiap jalur analisis vegetasi. Inventarisasi vegetasi dilakukan untuk
mengetahui struktur dan komposisi vegetasi habitat Orangutan Sumatera.
Gambar 5. Perencanaan analisis vegetasi dengan metode jalur berpetak Arah jalur
20 m 10 m
a a
b b
c
c d
d
Keterangan : a :Petak tingkat semai dan tumbuhan
bawah 2 m x 2 m b :Petak tingkat pancang 5 m x 5 m
c :Petak tingkat tiang 10 m x 10 m d :Petak tingkat pohon 20 m x 20 m
Data dari analisis vegetasi tersebut digunakan untuk mengetahui struktur dan komposisi setiap asosiasi vegetasi yang merupakan habitat
Orangutan. Dari data analisis vegetasi ini akan dihasilkan Nilai Indeks Panting INP suatu jenis yang menujukan dominasi jenis dari masing-masing asosiasi
vegetasi.
3.Studi Literatur
Data sekunder diperoleh dengan cara melakukan studi literatur yang diambil dari berbagai sumber bacaan. Data sekunder juga diperoleh dari
instansi yang terkait dengan Kawasan Hutan Batang Toru. Data sekunder ini digunakan sebagai data pendukung, landasan teori dan dasar penulisan hasil
penelitian.
E. Analisis Data